- 5 Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #1: 1 Muharram adalah Momentum Introspeksi Diri Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #2: Muharram Bulan Keramat Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #3: Spirit Hijrah Menuju Perubahan Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #4: Keutamaan Bulan Muharram Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #5: Awal Tahun
Menyambut bulan Muharram, umat Islam biasanya menggelar pengajian dan doa bersama yang di dalamnya diisi dengan ceramah agama. Berikut ini contoh ceramah menyambut bulan Muharram yang dapat dijadikan sebagai panduan.
Berdasarkan informasi yang dibagikan dalam buku 'Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah' karya Ida Fitri Shohibah, disampaikan bahwa Muharram merupakan bulan pertama dari 12 bulan yang ada di dalam kalender Hijriah. Terkait dengan bulan Muharram telah disampaikan di dalam salah satu firman Allah SWT melalui Al-Quran Surat At-Taubah ayat 36. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ٣٦
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inna 'iddatasy-syuhûri 'indallâhitsnâ 'asyara syahran fî kitâbillâhi yauma khalaqas-samâwâti wal-ardla min-hâ arba'atun ḫurum, dzâlikad-dînul-qayyimu fa lâ tadhlimû fîhinna anfusakum wa qâtilul-musyrikîna kâffatang kamâ yuqâtilûnakum kâffah, wa'lamû annallâha ma'al-muttaqîn.
Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa."
Salah satu cara untuk mengisi datangnya bulan Muharram adalah dengan menyampaikan maupun mendengarkan ceramah yang berkaitan dengan momentum tersebut. Melalui artikel ini, detikJogja telah merangkum beberapa contoh ceramah menyambut bulan Muharram yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi kaum muslim. Simak baik-baik penjelasannya berikut ini.
5 Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram
Merujuk dari publikasi 'Spirit Hijrah Menuju Perubahan' yang diterbitkan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), hingga laman resmi Kementerian Agama (Kemenag) RI dan Nahdlatul Ulama berikut rangkuman contoh ceramah menyambut bulan Muharram yang singkat.
Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #1: 1 Muharram adalah Momentum Introspeksi Diri
Segala Puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya kita semua berada dalam keadaan sehat wal'afiat. Semoga limpahan berkah dan karunia yang tiada pernah putus dari-Nya, senantiasa meliputi suasana kita semua dalam melaksanakan segala aktivitas di alam dunia ini.
Sholawat dan salam atas junjungan Rasulullah SAW senantiasa kita teguhkan dalam hati dan akal kita. Semoga kita semua akan mendapatkan syafaat darinya di alam akhirat kelak nanti.
Momen 1 Muharram adalah memperingati awal hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatsrib (Madinah). Rasulullah dan sahabat-sahabatnya berhijrah bukan karena ingin beristirahat dan hidup tenang, atau mencari dunia, atau mencari tempat yang aman karena takut serangan kaum kafir Quraisy. Akan tetapi, hijrahnya Rasulullah semata-mata karena perintah Allah SWT. Kandungan ayat 89 Surat An-Nisa, memberi makna bahwa:
"Orang-orang kafir hendak menjadikan kamu menjadi kafir sebagaimana mereka. Maka berhijrahlah dengan ketentuan Allah dan berjihadlah melawan mereka".
Dengan ayat ini Umar Ibn Khattab mengancam kaum kafir jika mereka menghalangi perjalanan hijrah Rasulullah bersama para sahabat. Ketaatan Rasulullah SAW bersama para sahabatnya di dalam menjalankan perintah inilah yang menyebabkan turunnya pertolongan Allah SWT, sehingga lahirlah kejayaan Islam. Dengan peristiwa ini, khalifah Umar Ibn Khattab pada masa 4 tahun beliau berkuasa atau 17 tahun setelah peristiwa hijrah tersebut, beliau menetapkan Tahun Hijrah bagi umat Islam sebagai tahun yang resmi digunakan untuk semua urusan dalam pemerintahannya
Sungguh, dalam peristiwa hijrah Rasulullah terdapat suri teladan yang sangat tinggi nilainya, diantaranya adalah mengajarkan kesabaran dari segala kesulitan hidup, mengajarkan semangat perjuangan melawan hawa nafsu, dan mengajarkan umat manusia untuk senantiasa bersyukur atas nikmat kehidupan.
Dengan sabar kita akan beroleh keteguhan jiwa, dengan jihad melawan hawa nafsu kita akan beroleh keteguhan iman, dan dengan bersyukur kita akan beroleh keduanya sekaligus menegakkan rasa hidup bersama di bumi Allah ini. Barangkali ketiga pelajaran ini, yakni sabar, jihad, dan syukur yang terkandung di dalam peristiwa hijrah Rasulullah SAW dapat dijadikan modal utama di dalam menghadapi tantangan yang sedang kita hadapi sekarang ini.
Kita lahirkan kembali sikap keteladanan yang seolah musnah ditelan gelombang egoisme sektoral yang telah melanda kondisi kita. Dengan semangat saling mengingatkan, kita suburkan nilai-nilai kebenaran, dalam bingkai syukur yang mendalam atas karunia Allah, Tuhan Rabbul 'Alamin.
Ya Allah Tuhan yang Maha Pengampun, ampunilah dosa-dosa kami, tuntunlah kami dengan hidayah-Mu setelah datangnya ampunan-Mu, agar kami senantiasa gemar bermohon kepada-Mu.
Semoga Allah SWT senantiasa menerima amal bhakti dan perjuangan kita selama ini, dan melindungi dengan rahmat dan karunia-Nya terhadap niat dan langkah kita kedepan. Aamiin, ya mujibassailin.
Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #2: Muharram Bulan Keramat
Jemaah yang dirahmati Allah,
Perputaran waktu terus bergulir seiring dengan perputaran matahari. Dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan, tanpa terasa kita sampai pada suatu putaran bulan Muharram yang merupakan permulaan dari putaran bulan dalam kalender Hijriah.
Muharam merupakan bulan yang mulia di sisi Allah SWT. Ia memiliki berbagai keutamaan, di antaranya adalah salah satu bulan haram. Allah SWT berfirman:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ٣٦
Inna 'iddatasy-syuhûri 'indallâhitsnâ 'asyara syahran fî kitâbillâhi yauma khalaqas-samâwâti wal-ardla min-hâ arba'atun ḫurum, dzâlikad-dînul-qayyimu fa lâ tadhlimû fîhinna anfusakum wa qâtilul-musyrikîna kâffatang kamâ yuqâtilûnakum kâffah, wa'lamû annallâha ma'al-muttaqîn.
Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa."
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa ada dua belas bulan, mulai dari bulan Muharram hingga bulan Dzulhijjah. Di antara dua belas bulan itu ada empat bulan haram, yaitu bulan Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Asyhurul haram (bulan haram), termasuk bulan Muharram ini adalah bulan yang dimuliakan Allah SWT Bulan-bulan itu memiliki kesucian, dan karenanya menjadi bulan pilihan.
Jemaah yang dirahmati Allah,
Sayyidah Aisyah Ra, istri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan bahwa hari Asyura adalah hari orang-orang Quraisy berpuasa di masa Jahiliyyah, Rasulullah SAW juga ikut mengerjakannya. Setelah Nabi berhijrah ke Madinah, beliau terus mengerjakan puasa itu dan memerintahkan para sahabat agar berpuasa juga. Setelah diwajibkan puasa dalam bulan Ramadhan, Nabi menetapkan:
مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْبَصْنَهُ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرَكَهُ فَلْيَتَرُكْهُ
Artinya: "Barangsiapa yang menghendaki berpuasa Asyura, puasalah. Dan siapa yang tidak suka, maka boleh meninggalkannya" (HR. Bukhari nomor 1489 dan Muslim nomor 1987).
Dari uraian di atas nyatalah bagi kita, bahwa hari Asyura merupakan hari bersejarah yang diagungkan dari masa ke masa. Kita hendaknya menyambut hari itu dengan banyak mengambil pelajaran yang bermanfaat dari sejarah masa lalu. Kita menyambutnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, agar senantiasa berada dalam bimbingannya.
Dengan memperingati hari Asyura, kita dapat mengambil pelajaran dari perjuangan para nabi dan rasul terdahulu. Peristiwa masa lalu merupakan cermin bagi kita untuk berusaha memisahkan kebenaran dan kebatilan, memisahkan yang baik dan buruk, agar dapat meratakan jalan bagi kita untuk menjangkau masa depan.
Semua peristiwa dan kejadian-kejadian yang ada dalam alam semesta ini merupakan pelajaran yang bermanfaat bagi orang-orang yang mempergunakan akalnya. Pergantian siang dan malam, pergantian musim dan pada segala sesuatu di alam ini terdapat tanda, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah Maha Esa dan Maha Kuasa.
Demikian sebagian dari keutamaan bulan Muharram, semoga kita dimudahkan Allah SWT untuk mengambil ibrah dan menggapai keutamaan itu.
Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #3: Spirit Hijrah Menuju Perubahan
Ma'asyiral muslimîn hafizhakumullah,
Saat ini kita telah berada di bulan Muharram, yang berarti kita baru saja memasuki tahun baru. Pada setiap awal tahun hijriah umat Islam di seluruh dunia memperingati peristiwa hijrah, meski sebagian ada yang tidak peduli. Adalah Umar bin Khattab yang menetapkan pertama kali peristiwa hijrah sebagai awal mula penanggalan hijriah, yaitu bertepatan dengan tahun 622 M.
Peristiwa hijrah dari Mekkah ke Madinah yang dilakukan oleh Rasulullah dan para Sahabatnya merupakan peristiwa yang sangat penting, karena menjadi titik perubahan dalam perjalanan sejarah peradaban Islam. Sebelum hijrah, umat Islam tidak memiliki kekuatan politik yang dapat melindungi kepentingan dakwah dan mempertahankan diri dari gangguan musuh. Setelah hijrah kekuatan itu mulai terbentuk. Penyebaran Islam pun tidak lagi hanya di jazirah Arab, tetapi jauh melampau itu, dengan didukung oleh kekuatan yang dapat melindungi, sampai pun bila harus berperang. Dari yang semula bersifat lokal, menjadi universal.
Hijrah dengan pengertian seperti yang banyak dijelaskan dalam Al-Quran, yaitu perpindahan Nabi dan para Sahabatnya dari Mekah ke Madinah, sejak terjadi Fathu Makkah (tahun ke-8 hijriah) sudah dinyatakan tertutup. Keutamaan berhijrah dan apresiasi yang diberikan Al-Quran kepada mereka yang berhijrah secara fisik dari Mekah ke Madinah sudah tidak berlaku lagi. Rasulullah menyatakan, la hijrata ba'dal fathi (tidak ada lagi hijrah setelah penaklukan kota Mekkah).
Ma'asyiral muslimîn hafizhakumullah,
Kata hijrah dengan berbagai derivasinya yang terulang sebanyak 31 kali dalam Al-Quran lebih banyak digunakan untuk makna perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, sebagai upaya menghindari kesesatan dan penyiksaan yang merajalela dengan tidak ada kemampuan melawannya, untuk mencari tempat yang tenang dan aman. Para nabi terdahulu biasa melakukan hijrah ketika jalan dakwah tertutup.
Kata hijrah dalam Al-Quran banyak disebut secara bergandengan dengan kata iman dan jihad. Sebagai contoh:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۙ اَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللّٰهِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ ٢٠
Alladzîna âmanû wa hâjarû wa jâhadû fî sabîlillâhi bi'amwâlihim wa anfusihim a'dhamu darajatan 'indallâh, wa ulâ'ika humul-fâ'izûn.
Artinya: "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka lebih agung derajatnya di hadapan Allah. Mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Ini menunjukkan bahwa hijrah dan sikap perlawanan terhadap berbagai bentuk kezaliman dan kemaksiatan merupakan buah dari keimanan yang tulus dan sejati. Seorang Muslim yang baik pasti tidak akan pernah tinggal diam menyaksikan berbagai kezaliman dan penindasan, terutama kepada kaum lemah. Seorang Muslim yang baik tidak pernah merasa nyaman ketika berada dalam kemaksiatan. Penyebutannya yang sering diikuti dengan kata jihad menunjukkan bahwa hijrah memerlukan perjuangan dan pengorbanan.
Dalam beberapa riwayat Rasulullah menjelaskan, hijrah sejati adalah ketika seseorang bertekad meninggalkan kemaksiatan, kejahatan, kebiasaan buruk dan apa saja yang dilarang oleh Allah. Yang mendesak untuk dilakukan adalah hijrah secara mental-spiritual yang bersendikan pada akhlak. "Berhijrah" tidak harus memutus silaturahim dengan sahabat dan kerabat yang tidak "berhijrah".
Berhijrah tidak berarti mengasingkan diri, lalu memusuhi atau memandang rendah mereka yang tidak sejalan dengannya. Berhijrah berarti bertekad dan berjuang keras untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, baik dalam konteks personal-spiritual, maupun secara bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya dalam melakukan kerja-kerja positif.
Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #4: Keutamaan Bulan Muharram
Jemaah yang dirahmati Allah SWT,
Saat ini kita sudah memasuki bulan Muharram, Tahun Baru Islam. Muharram menjadi salah satu di antara asyhurul hurum atau bulan-bulan yang dimuliakan. Di antara asyhurul hurum adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Selain itu asyhurul hurum dalam Tafsir Ibnu Katsir juga dimaknai dengan bulan yang diharamkan perang. Hal tersebut karena keistimewaan dan mulianya bulan ini sehingga tidak diperkenankan untuk berperang. Keistimewaan asyhurul hurum ini dijelaskan dalam Al Quran:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًاۗ وَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْاۗ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْۘا وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ٢
Yâ ayyuhalladzîna âmanû lâ tuḫillû sya'â'irallâhi wa lasy-syahral-ḫarâma wa lal-hadya wa lal-qalâ'ida wa lâ âmmînal-baital-ḫarâma yabtaghûna fadllam mir rabbihim wa ridlwânâ, wa idzâ ḫalaltum fashthâdû, wa lâ yajrimannakum syana'ânu qaumin an shaddûkum 'anil-masjidil-ḫarâmi an ta'tadû, wa ta'âwanû 'alal-birri wat-taqwâ wa lâ ta'âwanû 'alal-itsmi wal-'udwâni wattaqullâh, innallâha syadîdul-'iqâb.
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitul Haram sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya."
Jemaah yang dirahmati Allah SWT,
Di dalam bulan Muharram terdapat hari yang begitu penting bagi umat Islam dan bagi umat
agama samawi lainnya. Yakni hari Asyura'. Dari kata 'asyrah atau tanggal sepuluh. Asyura' menjadi hari yang bersejarah, sebagaimana Rasulullah SAW menggambarkan pentingnya hari tersebut berdasarkan hadits:
عنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجى الله فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ المُوسَى شُكْرًا الله فقال أنا أولى بموسى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Artinya: "Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi SAW ketika tiba di Madinah, beliau mendapati mereka (orang Yahudi) melaksanakan puasa 'Asyura dan mereka berkata, 'Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir'aun'. Lalu Nabi Musa AS mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah SWT, (mendengar pernyataan orang Yahudi tersebut) maka Beliau Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umat beliau untuk mempuasainya" (HR. Bukhari).
Jemaah yang dirahmati Allah SWT,
Masuknya kita di bulan Muharram ini semoga kita senantiasa bisa meneladani arti perjuangan. Perjuangan nabi-nabi terdahulu dalam membimbing umatnya. Jika kita saat ini belum bisa berjuang untuk umat, paling tidak kita bisa berjuang untuk membimbing keluarga kita, jika kita merasa belum bisa menjadi pembimbing keluarga kita, paling tidak dimulai dengan berjuang membimbing diri kita sendiri dalam arti membimbing hati kita untuk berusaha menjadi manusia yang mulia, manusia yang berbudi luhur sebagaimana dicita-citakan oleh Nabi Muhammad SAW Karena kasih sayang beliau kepada umatnya-lah beliau menyimpan syafaatnya.
Semoga kita kelak menjadi sebagian di antara orang-orang yang mendapatkan syafaat Baginda Nabi Muhammad SAW. Dan Muharram ini sebagaimana menjadi titik balik para nabi yang mendapat banyak karunia dan kemukjizatan, semoga juga menjadi titik balik kita untuk mendapat kehidupan yang lebih baik dunia dan akhirat. Amin amin ya Rabbal'alamin.
Contoh Ceramah Menyambut Bulan Muharram #5: Awal Tahun
Jemaah yang dirahmati Allah,
Sesungguhnya telah lampau dari masa hidup kita yaitu tahun yang mana Allah SWT telah mengalungkan pada kita suatu nikmat yang tidak mampu untuk kita syukuri, dan menjaga kita dari kejelekan-kejelekan yang tidak mampu kita tolak, maha suci Allah SWT tidak ada tempat
mengungsi kecuali padanya, semoga Allah SWT menerima kebaikan-kebaikan yang diberikan pada kita, dan mengampuni kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan oleh kita. Dan semoga Allah SWT memberikan semua yang kita inginkan, dan memberikan ridho pada semua yang kita cita-citakan.
Kita benar-benar menghadapi tahun baru, di mana kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita, karena sesungguhnya yang mengetahui semua itu hanyalah Allah SWT demi Dzat Kekuasaan Allah bahwa Raja langit dan bumi itu adalah Allah SWT, apabila semua makhluk berkumpul untuk merubah suatu keadaan maka sesungguhnya yang merubah beberapa keadaan hanyalah Allah SWT.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ بَيْنَ مَخَافَتَيْنِ: بَيْنَ أَجَلٍ قَدْ مَضَى لَا يَدْرِي مَا اللَّهُ قَاضٍ فِيهِ وَبَيْنَ أَجَلٍ قَدْ بَقِيَ لَا يَدْرِي مَا الله صَانِعُ بِهِ فَلْيَأْخُذِ الْعَبْدُ مِنْ نَفْسِهِ لِنَفْسِهِ وَمِنْ دُنْيَاهُ لِآخِرَتِهِ، وَمِنَ الشَّيْبَةِ قَبْلَ الْكِبَرِ, وَمِنْ حَيَاتِهِ قَبْلَ الْمَمَاتِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا بَعْدَ المَوْتِ مِنْ مُسْتَعْتَب وَلَا بَعْدَ الْدُّنْيَا مِنْ دَارِ إِلَّا الْجَنَّةَ أَوِ النار
Artinya: "Sesungguhnya hamba yang mukmin itu di antara dua kekhawatiran, yaitu di antara masa yang sudah lewat, tidak tau apa yang diputuskan Allah SWT pada masa itu, dan di antara masa yang akan datang, tidak tau apa yang Allah SWT akan lakukan di masa yang akan datang. Maka hendaknya hamba yang mukmin mempersiapkan dirinya untuk dirinya, dunianya untuk akhiratnya. Dan mempersiapkan mudanya sebelum tua, hidupnya sebelum mati. Maka demi Dzat yang aku ada di kekuasaan-Nya, tidak ada hal yang dianggap sulit setelah mati, tidak ada rumah setelah dunia kecuali surga atau neraka."
Namun Allah SWT telah memberikan ikhtiar pada kita agar kita selalu berbuat baik atau merubah perilaku kita yang jelek menjadi kebaikan, Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran surat Ar-Ra'd ayat 11:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ ١١
Lahû mu'aqqibâtum mim baini yadaihi wa min khalfihî yaḫfadhûnahû min amrillâh, innallâha lâ yughayyiru mâ biqaumin ḫattâ yughayyirû mâ bi'anfusihim, wa idzâ arâdallâhu biqaumin sû'an fa lâ maradda lah, wa mâ lahum min dûnihî miw wâl.
Artinya: "Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
Jemaah yang dirahmati Allah,
Bertakwalah pada Allah SWT, dan tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah tolong menolong dalam perbuatan dosa dan penganiayaan dan semoga Allah SWT merubah perilaku kita pada hal yang lebih baik.
Demikian tadi ceramah menyambut bulan Muharram yang dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi kaum muslim. Semoga informasi ini membantu.
(par/apu)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030