Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Jogja, Reni Kraningtyas, memastikan bahwa Jogja saat ini sudah memasuki musim kemarau. Namun dia juga mengingatkan bahwa adanya potensi hujan. Penyebabnya adalah kemunculan bibit La Nina dalam beberapa bulan ke depan.
Reni menuturkan kemunculan hujan bukan karena Madden Julian Oscillation (MJO). Ini karena fenomena ini berada di fase 7, tepatnya di kawasan Samudera Pasifik. Ini pula yang menyebabkan hujan intensitas ringan yang terjadi di sebagian wilayah Jogja pada hari ini, Rabu (12/6/2024).
"Ini karena disebabkan oleh konvergensi angin atau pengumpulan angin di wilayah Jawa bagian barat dan tengah. Pola konvergensi ini diindikasikan karena ada perlambatan kecepatan angin di wilayah Jawa bagian tengah," jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (12/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konvergensi angin, lanjutnya, mengakibatkan pengumpulan massa udara. Sumbernya berasal dari perairan selatan Jogja yang bersuhu cukup hangat antara 28 hingga 29 derajat Celcius. Ditambah adanya pembentukan awan yang berdampak terjadi hujan di Jawa bagian tengah termasuk di Jogja.
"Konvergensi ini dipicu oleh pola siklonik atau Low Pressure Area (LPA) yang berpusat di perairan sebelah barat Sumatera," katanya.
BMKG Sebut Hujan Juga Disebabkan La Nina
Reni turut memaparkan bahwa kemunculan hujan juga disebabkan kemunculan La Nina. Tercatat Indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) pada periode Juni, Juli dan adalah -0.72. Angka ini diartikan keberadan La Nina saat ini masuk kategori lemah.
Dampak kemunculan La Nina Lemah adalah bertambahnya intensitas curah hujan. Sarana pemicunya akibat kemunculan LPA yang tergolong sering. Selain itu konvergensi angin yang dapat mengakibatkan terjadinya hujan di sekitar wilayah Jogja.
"Maka medio Juni hingga Agustus 2024 diprakirakan dalam kategori rendah dengan sifat hujan bawah normal (BN) hingga atas normal (AN). Curah hujan bulan Juni 2024 diprakirakan berkisar 0 hingga 76 mm dengan sifat hujan bawah normal," ujarnya.
![]() |
Strategi Pemkab Sleman Antisipasi La Nina dan Kekeringan
Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono menuturkan pihaknya telah menyiapkan sejumlah skema atas fenomena alam yang terjadi. Terutama untuk keberlangsungan dan ketersediaan pangan di Kabupaten Sleman.
Rencana paling utama adalah ketersediaan dan distribusi air. Guna memastikan tak ada wilayah yang kekurangan atau kelebihan. Sehingga penunjang tanaman pangan di Kabupaten Sleman merata di seluruh wilayah.
"Paling pokok ya kebutuhan air. Makanya di anggaran perubahan kami banyak usulkan pompa air 2 inch. Operasional tidak perlu mahal dan sudah dicoba di beberapa tempat ternyata bisa jalan," kataya.
Terkait wilayah paling terdampak, Suparmono menyebut Kapanewon Prambanan. Kawasan ini, lanjutnya, adalah wilayah terdampak utama saat terjadi kekeringan. Di satu sisi juga berpotensi banjir saat hujan terjadi dalam intensitas tinggi.
Untuk skema, pihaknya memberikan bantuan sumur di kawasan Prambanan. Sementara untuk kawasan Sleman sisi barat berupa optimalisasi saluran irigasi. Adapula bantuan sumur namun dengan kedalaman melebihi kawasan Prambanan.
"Sleman barat itu ada cekungannya, jadi kita pakai sumur dangkal atau sumur sawah itu susah, jadi harus dalam. Kalau anggaran macam-macam, rata-rata di bawah Rp 200 juta. Ada yang Rp 190 juta. Itu kalau ada rumahnya, kalau yang kecil itu tidak sampai Rp 50 juta," ujarnya.
(apu/cln)
Komentar Terbanyak
Sultan HB X soal Keracunan MBG di SMA Teladan: Saya Kan Sudah Bilang...
Jokowi Hadiri Acara Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM
Kenapa Harimau Takut sama Kucing? Simak Faktanya