Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja mencatat adanya 68 kasus Flu Singapura di Kota Jogja pada minggu ke-15 tahun 2024. Angka tersebut mengalami lonjakan dibanding minggu ke-14, yakni nol kasus Flu Singapura.
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Jogja Endang Sri Rahayu menjelaskan, untuk laporan kasus Flu Singapura di Kota Jogja disajikan secara mingguan.
"Mingguan ya, itu ada di laporan mingguan. Minggu ke-15 kemarin itu ada 68 kasus, terus yang minggu ke 16 ada 9 kasus," jelasnya saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (22/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara umum menyerang anak-anak memang, kurang dari 14 tahun, sangat jarang pada remaja," imbuh Endang.
Adapun dari data yang diberikan Endang, kasus Flu Singapura pada minggu ke-10 sebanyak 9 kasus, minggu ke-11 9 kasus, minggu ke-12 6 kasus, minggu ke-13 13 kasus, serta minggu ke-14 nol kasus.
Endang melanjutkan, suspek-suspek Flu Singapura tersebut sebagian besar dirawat jalan di rumah masing-masing. Menurutnya, suspek-suspek tersebut kini statusnya sembuh.
"Semuanya sembuh, karena ndak ada kematian kan, itu sebenarnya seiring waktu sembuh. Karena kan kayak flu biasa aja sebenarnya. Dia gejala apa nanti diobati sembuh," ungkapnya.
Adapun untuk gejala Flu Singapura, dijelaskan Endang, secara umum mirip dengan gejala infeksi virus pada umumnya, seperti demam, pusing, nyeri, hingga sakit tenggorokan. Namun, ada pula gejala spesifiknya.
"Jadi dia spesifik di mulut, tangan, dan kaki, ya bintik-bintik merah, tangan melepuh, tergantung tingkat keparahannya ya, kadang cuma bintik-bintik kecil. Gatel, perih," paparnya.
Meski tampak ringan, namun Endang bilang, Flu Singapura juga bisa fatal jika tak tertangani dengan benar. Menurutnya, jika merasakan gejala harap langsung mendatangi Fasilitas Kesehatan terdekat.
"Untuk yang tertentu dia, kan panas ya, kalau sampai kejang ndak ditangani ya fatal. Sebenarnya ringan, tapi harus ditangani dengan baik," paparnya.
Lebih lanjut Endang mengatakan jika suspek disarankan untuk rawat jalan di rumah masing-masing, harus memperhatikan beberapa hal. Ia juga mengimbau masyarakat untuk kembali menerapkan pola hidup sehat.
"Perawatan di rumah juga musti hati-hati, banyak minum, minum anget, paracetamol, intinya yang sakit dipisahkan," jelas Endang.
Sementara itu saat disinggung mengenai lonjakan yang terjadi pada minggu 14 ke minggu 15, Endang menjelaskan penyebabnya lantaran masyarakat tak menjaga beberapa faktor, di antaranya:
- melakukan isolasi penderita (tidak melakukan aktifitas bersama dengan anak atau orang lain),
- menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti mencuci tangan dengan sabun,
- menutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin.
- tidak mencium anak yang menderita HFMD,
- tidak menggunakan alat rumah tangga secara bersamaan, seperti cangkir, sendok, garpu dan alat kebersihan pribadi seperti handuk, lap muka, sikat gigi, dan pakaian.
"(Penyebab melonjaknya kasus karena) Faktor tersebut tidak dijaga," pungkas Endang.
(apu/cln)
Komentar Terbanyak
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa