Sholat Kafarat Jumat Terakhir Ramadhan: Tata Cara, Doa, dan Hukumnya

Sholat Kafarat Jumat Terakhir Ramadhan: Tata Cara, Doa, dan Hukumnya

Muhammad Rizqi Akbar - detikJogja
Jumat, 05 Apr 2024 12:32 WIB
Ilustrasi Salat
Ilustrasi sholat. Foto: Dok. Detikcom
Jogja -

Menjelang penghujung Ramadhan, ada sejumlah amalan yang bisa dikerjakan oleh umat Islam. Salah satunya adalah sholat kafarat Jumat terakhir Ramadhan.

Sholat kafarat disebut juga dengan sholat al-bara'ah. Sholat ini ditujukan untuk mengganti sholat fardhu yang pernah ditinggalkan atau yang tidak sah di masa lalu.

Lantas apa itu sholat kafarat? Berikut penjelasannya beserta tata cara, doa dan hukum mengerjakannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa itu Sholat Kafarat?

Berdasarkan buku Fikih Jinayat (Hukum Pidana Islam) yang ditulis Ali Geno Berutu, konsep kafarat berasal dari kata "kufir" yang artinya tertutup. Kafarat dapat dijelaskan sebagai pembayaran denda yang harus diserahkan sebagai akibat melanggar larangan Allah atau tidak memenuhi janji. Kafarat juga dianggap sebagai ekspresi taubat dan upaya untuk menebus dosa seseorang.

Dengan dasar tersebut, beberapa individu percaya bahwa melaksanakan sholat kafarat pada Jumat terakhir di bulan Ramadhan dapat menggantikan sholat yang ditinggalkan di masa lalu. Bahkan, sholat ini dikatakan dapat mengisi kekurangan dalam kekhusyu'an sholat yang sebelumnya diragukan.

ADVERTISEMENT

Mengutip laman NU Online, sholat Kafarat dikerjakan sejumlah sholat fardhu, yakni lima kali waktu sholat atau berjumlah 17 rakaat. Sejumlah ulama berpendapat bahwa sholat ini dibolehkan dengan meng-qadha sholat yang diragukan ditinggalkan atau tidak sah.

Akan tetapi, ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Lantas, bagaimana tata cara mengerjakan dan hukum sholat Kafarat Jumat? Simak penjelasannya di bawah ini!

Tata Cara Sholat Kafarat

Cara melaksanakan sholat Kafarat tidak berbeda dengan sholat wajib pada umumnya. Sholat ini terdiri dari empat rakaat dan dapat dilakukan sesuai dengan langkah-langkah berikut:

  1. Membaca niat sholat kafarat:
    Nawaitu usholli arba'a raka'atin kafaratan limaa faatanii minash-sholati lillaahi ta'alaa.
  2. Membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek, yaitu surat Al-Qadr sebanyak 15 kali dan dilanjutkan dengan membaca surat Al-Kautsar sebanyak 15 kali.
  3. Melanjutkan dengan gerakan sholat wajib pada umumnya.

Doa setelah Sholat Kafarat

Setelah sholat kafarat dapat membaca istighfar sebanyak 10 kali, sholawat nabi sebanyak 100 kali, dan membaca basmallah, hamdallah, serta syahadat. Kemudian, dilanjutkan dengan membaca doa kafarat berikut:

اَللَّهُمَّ يَا مَنْ لاَ تَنْفَعُكَ طَاعَتِيْ وَلاَ تَضُرُّكَ مَعْصِيَتِيْ تَقَبَّلْ مِنِّيْ مَا لاَ تَنْفَعُكَ وَاغْفِرْ لِيْ مَا وَلاَ تَضُرُّكَ يَا مَنْ إِذَا وَعَدَ وَفَا وَ إِذَا تَوَعِدُ تَجَاوَزَ وَعَفَا اِغْفِرْ لِيْ لِعَبْدٍ ظَلَمَ نَفْسَهُ وَأَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ بَطْرِ اْلغِنَى وَجَهْدِ اْلفَقْرِ إِلَهِيْخَلَقْتَنِيْ وَلَمْ أَكُنْ شَيْئًاً وَرَزَقْتَنِيْ وَلَمْ اَكُنْ شَيْئاً وَارْتَكَبْتُ اْلمَعَاصِيْ فَإِنِّيْ مُقِرٌّ لَكَ بِذُنُوبِيْ فَإِنْ عَفََوْتَ عَنِّيْ فَلاَ يَنْقُصُ مِنْ مُلْكِكَ شَيْئاً وَإِنْ عَذَبْتَنِيْ فَلاَ يَزِدُ فِيْ سُلْطَاِنكَ شيئاً اَللَّهُمَّ إِنَّكَ تَجِدُ مَنْ تُعَذِّبُهُ غَيْرِي لَكِنِّيْ لاَ أَجِدُ مَنْ يَرْحَمْنِيْسِوَاكَ فَاغْفِرْ لِيْ مَا بَيْنِيْ وَبَيْنَكَ وَمَا بَيْنَ خَلْقِكَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَيَا رَجَاءَ السّائِلِيْنَ وَيَا أَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ إِرْحَمْنِيْ بِِرَحْمَتِكَ الْوَاسِعَةَ أَنْتَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَاَلمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ِللْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَتَابِعِ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ ربّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ وصل الله على سيّدنا محمّد وعلى ألِهِ وصحبه وسلّم تسليمًا كثيرًا والحمد لله ربّ العالمين. أمين.

Allahumma yaa man laa tan-fa'uka tha'atii wa laa tadhurruka ma'shiyatii taqabbal minnii ma laa yanfa'uka waghfirlii ma laa yadhurruka ya man idzaa wa 'ada wa fii wa idzaa tawa'ada tajaa wa za wa'afaa ighfirli'abdin zhaalama nafsahu wa as'aluka. Allahumma innii a'udzubika min bathril ghinaa wa jahdil faqri ilaahii khalaqtanii wa lam aku syai'an wa razaqtanii wa lam aku syaii'in wartakabtu al-ma'ashii fa-innii muqirun laka bi-dzunuubii. Fa in 'afawta 'annii fala yanqushu min mulkika syai'an wa-in adzdzaabtanii falaa yaziidu fii sulthaanika syay-'an. Ilaahii anta tajidu man tu'adzdzi buhu ghayrii wa-anaa laa ajidu man yarhamanii ghaiyraka aghfirlii maa baynii wa baynaka waghfirlii ma baynii wa bayna khlaqika yaa arhamar rahiimiin wa yaa raja'a sa'iliin wa yaa amaanal khaifiina irhamnii birahmatikaal waasi'aati anta arhamur rahimiin yaa rabbal 'aalaamiin. Allahummaghfir lil mukminiina wal mukminaat wal musliimina wal muslimaat wa tabi' baynana wa baynahum bil khaiyrati rabbighfir warham wa anta khairur-rahimiin wa shallallaahu 'alaa sayidina Muhammadin wa 'alaa alihii wa shahbihi wasallama tasliiman katsiiran.

Artinya:

"Yaa Allah, yang mana segala ketaatanku tiada artinya bagiMu dan segala perbuatan maksiatku tiada merugikanMu. Terimalah diriku yang tiada artinya bagiMu. Dan ampunilah aku yang mana ampunanMu itu tidak merugikan bagiMu. Ya Allah, bila Engkau berjanji pasti Engkau tepati janjiMu. Dan apabila Engkau mengancam, maka Engkau mau mengampuni ancamanMu. Ampunilah hambaMu ini yang telah menyesatkan diriku sendiri, aku telah Engkau beri kekayaan dan aku mengumpat di saat aku Engkau beri miskin.

Wahai Tuhanku Engkau ciptakan aku dan aku tak berarti apapun. Dan Engkau beri aku rizki sekalipun aku tak berarti apa-apa, dan aku lakukan perbuatan semua maksiat dan aku mengaku padaMu dengan segala dosa-dosaku. Apabila Engkau mengampuniku tidak mengurangi keagungan-Mu sedikitpun, dan bila Kau siksa aku maka tidak akan menambah kekuasaanMu, wahai Tuhanku, bukankah masih banyak orang yang akan Kau siksa selain aku.

Namun bagiku hanya Engkau yang dapat mengampuniku. Ampunilah dosa-dosaku kepadaMu. Dan ampunilah segala kesalahanku di antara aku dengan hamba-hambaMu. Ya Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih dan tempat pengaduan semua pemohon dan tempat berlindung bagi orang yang takut. Kasihanilah aku dengan pengampunanMu yang luas.

Engkau yang Maha Pengasih dan Penyayang dan Engkaulah yang memelihara seluruh alam yang ada. Ampunilah segala dosa-dosa orang mu'min dan mu'minat, muslimin dan muslimat dan satukanlah aku dengan mereka dalam kebaikan. Wahai Tuhanku ampunilah dan kasihilah. Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."

Hukum Sholat Kafarat

Ada perdebatan mengenai status hukum sholat kafarat. Dalam buku Kasyf al-Khafa' wa al-Khilaf fi Hukmi Sholat al-Bara'ah min al-Ikhtilaf, Mufti Hadlramaut Yaman, Syekh Fadl bin Abdurrahman, mencatat perbedaan pendapat para ulama tentang masalah ini.

Beberapa ulama memperbolehkan sholat kafarat, sedangkan yang lain menganggapnya sebagai sesuatu yang diharamkan. Berikut penjelasannya yang dirangkum dari laman NU Online.

Pandangan yang Membolehkan:

  1. Mengacu pada pendapat al-Qadli Husain yang membolehkan meng-qadha sholat fardhu yang pernah ditinggalkan atau diragukan.
  2. Tidak ada orang yang dapat memastikan apakah sholatnya yang telah dikerjakan itu dianggap sah oleh Allah SWT. Terlebih lagi sholat yang terdahulu.
  3. Larangan terkait sholat kafarat ini disandarkan pada kekhawatiran bila sholat tersebut cukup untuk mengganti sholat fardhu selama setahun. Sehingga jika kekhawatiran itu hilang, maka hukum haramnya pun hilang.
  4. Alasan mengikut amaliyyah yang telah dilakukan oleh para pembesar ulama dan para wali Allah yang ahli makrifat. Hal ini sudah cukup menjadi hujjah dibolehkannya sholat kafarat ini.

Pandangan yang Mengharamkan:

1. Tidak ada tuntunan yang jelas mengenai sholat kafarat dari hadits nabi atau kitab-kitab syari'ah. Sehingga pelaksanaannya termasuk isyra'u ma lam yusyra' (mensyariatkan ibadah yang tidak disyariatkan) atau ta'athi bi 'ibadatin fasidah (melakukan ibadah yang rusak).

Adapun dalil yang disebutkan di atas sebagai acuan sholat kafarat, oleh Ustadz Yusuf Suharto, disebutkan bahwa hadist tersebut adalah hadits maudhu'. Yaitu hadits palsu yang dan tidak ada berkaitan sanad dengan Nabi.

Menurut para ulama, ketika sebuah amalan bersumber dari hadits maudhu', maka amalan tersebut tidak boleh dikerjakan.

Mengutip laman MUI Jatim, Syaikh asy-Syaukani berkata:

ﻫﺬا: ﻣﻮﺿﻮﻉ ﻻ ﺇﺷﻜﺎﻝ ﻓﻴﻪ ﻭﻟﻢ ﺃﺟﺪﻩ ﻓﻲ ﺷﻲء ﻣﻦ اﻟﻜﺘﺐ اﻟﺘﻲ ﺟﻤﻊ ﻣﺼﻨﻔﻮﻫﺎ ﻓﻴﻬﺎ اﻷﺣﺎﺩﻳﺚ اﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺔ ﻭﻟﻜﻨﻪ اﺷﺘﻬﺮ ﻋﻨﺪ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ اﻟﻤﺘﻔﻘﻬﺔ ﺑﻤﺪﻳﻨﺔ ﺻﻨﻌﺎء ﻓﻲ ﻋﺼﺮﻧﺎ ﻫﺬا ﻭﺻﺎﺭ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻨﻬﻢ ﻳﻔﻌﻠﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﻭﻻ ﺃﺩﺭﻱ ﻣﻦ ﻭﺿﻌﻪ ﻟﻬﻢ. ﻓﻘﺒﺢ اﻟﻠﻪ

Artinya: "Ini adalah hadis palsu. Tidak ada kejanggalan di dalamnya. Tidak aku temukan sedikitpun dalam kitab yang menghimpun hadis-hadis palsu. Hal semacam ini masyhur dilakukan oleh orang-orang yang mengaku ahli fikih di kota Sana'a di masa kami ini. Banyak dari mereka yang melakukannya. Aku tidak tahu siapa yang memalsukannya. Semoga Allah memperlakukan buruk pada mereka (al-Fawaid al-Majmu'ah 1/54)"

2. Mengkhususkan sholat kafarat pada hari Jumat terakhir bulan Ramadhan tidak memiliki dasar yang jelas dalam syari'at.

3. Keterangan Syekh Ibnu Hajar al-Haitami menyebutkan:

وأقبح من ذلك ما اعتيد في بعض البلاد من صلاة الخمس في هذه الجمعة عقب صلاتها زاعمين أنها تكفر صلوات العام أو العمر المتروكة وذلك حرام أو كفر لوجوه لا تخفى

"Yang lebih buruk dari itu adalah tradisi di sebagian daerah berupa sholat 5 waktu di jumat ini (jumat akhir Ramadhan) selepas menjalankan sholat jumat, mereka meyakini sholat tersebut dapat melebur dosa sholat-sholat yang ditinggalkan selama setahun atau bahkan semasa hidup, yang demikian ini adalah haram atau bahkan kufur karena beberapa sisi pandang yang tidak samar." (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz.2, halaman 457)

Buya Yahya, dalam kanal Youtube Al-Bahjah TV mengutip pendapat Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami tersebut menyebutkan bahwa sholat kafarat hukumnya sangat diharamkan.

Penjelasan tentang Mengqadha Sholat

Adapun sholat yang dulunya telah tertinggal, hukumnya wajib untuk diganti (qadha). Hal ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW.

Dari Anas bin Malik Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang lupa (melaksanakan) suatu sholat atau tertidur dari (melaksanakan)nya, maka kafaratnya (tebusannya) adalah melakukannya (mengqadha) jika dia telah ingat." (HR. Bukhari Muslim).

Selain itu, dalam kitab al Fikih alaa Madzaahib al Arba'ah karya Syaikh Abdurrahman al Jaziri dijelaskan, sebagai berikut:

"Hukum mengqadha sholat fardhu menurut kesepakatan tiga madzhab (ulama Hanafi, Maliki dan Hanbali) adalah wajib dan harus dikerjakan sesegera mungkin baik sholat yang ditinggalkan sebab adanya udzur (halangan) atau tidak.

Sementara, menurut ulama madzhab Syafi'i, qadha sholat hukumnya wajib dan harus dikerjakan sesegera mungkin bila sholat yang ditinggalkan tanpa adanya udzur dan bila karena udzur, qadha sholatnya tidak diharuskan dilakukan sesegera mungkin.

Dalam hal ini dijelaskan dalam kitab Majmu' syarh al Muhadzab fi fikih as Syafi'i karya al Imam Nawawi sebagai berikut:

"Orang yang wajib atasnya sholatnya namun melewatkannya, maka wajib atasnya untuk meng-qadhanya, baik terlewat karena udzur atau tanpa udzur. Bila terlewatnya karena udzur boleh meng-qadhanya dengan ditunda tetapi bila dipercepat hukumnya mustahab".

Demikian penjelasan tentang sholat Kafarat pada jumat terakhir Ramadhan. Semoga bermanfaat, Dab!




(cln/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads