Hans Christian Pratama Tioparta Simanihuruk dikenal sebagai atlet tembak reaksi berprestasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dia pun membagikan ceritanya bisa jatuh hati dengan olahraga tembak yang dikenal mahal ini.
Hans Christian pernah mengharumkan nama DIY dengan meraih medali emas di Pekan Olahraga Indonesia (PON) Papua 2021.
Penembak berdarah Medan itu pun menceritakan awal menyukai olahraga tembak. Yakni berawal dari diskusi lewat media sosial online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu saya berangkatnya dari hobi. Karena pada 2012 itu kan ada kaskus. Terus banyak orang Jogja terutama yang ngerumpi di sana," ujar Hans kepada detikJogja, Rabu (3/4/2024).
"Sehingga persebaran hobi makin banyak dari situ. Salah satunya tembak yang mulai berkembang dan saya mulai tertarik," sambungnya.
![]() |
Hans mulai menggeluti olahraga tembak sejak umur 21 tahun hingga saat ini menjadi atlet profesional dan telah menorehkan berbagai gelar juara.
Selain meraih emas PON, pria berusia 32 tahun itu pernah menyabet berbagai medali di turnamen internasional dan nasional.
"Saya tertarik dari usia 21 tahun sekitar 2012 ke tembak reaksi. Kalau tembak reaksi itu ada dua dari air soft gun dan pistol sungguhan. Kalau saya dulu dari air soft gun dulu baru ke sungguhan," katanya.
"Kenapa senang dengan tembak reaksi karena lebih menantang karena ada gerakan yang lebih banyak action-nya. Misal menembak sambil lari kemudian targetnya juga ada yang bergerak," tambah Hans.
Selain itu, Hans menceritakan olahraga tembak yang terbilang cukup unik, salah satunya adalah biaya membeli peralatan yang cukup mahal.
"Sebenarnya ini olahraga yang cost-nya lumayan tinggi. Untuk beli peralatan itu mahal terus untuk latihan juga mahal," kata Hans.
"Kalau biaya untuk alat itu ya kisaran bisa sampai Rp 200 juta. Kalau untuk latihan itu beli peluru sehari bisa Rp 2 juta," ungkapnya.
Tak hanya itu, izin untuk membeli senjata juga tak begitu mudah, sebab harus melewati ujian psikologis hingga keterampilan.
"Kalau izin beli alat itu sebenarnya tidak susah tapi harus serius. Karena ini alat yang berbahaya juga meskipun dipakai olahraga tapi memang bisa melukai seseorang, jadi ada ujian-ujiannya secara psikologis dan keterampilan," pungkas Hans.
(rih/dil)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu