Analisis Pakar soal Cara Nabi Musa Membelah Laut Merah

Internasional

Analisis Pakar soal Cara Nabi Musa Membelah Laut Merah

Adi Fida Rahman - detikJogja
Selasa, 02 Apr 2024 19:12 WIB
Biblical and religion vector illustration series, Moses held out his staff and the Red Sea was parted by God
Ilustrasi Nabi Musa membelah Laut Merah (Foto: Getty Images/iStockphoto/rudall30)
Jogja -

Sejumlah ilmuwan memberikan analisisnya tentang cara Nabi Musa membelah Laut Merah saat dikejar Firaun. Seperti apa analisisnya?

Dilansir detikInet, Selasa (2/4/2024), analisis itu dilakukan National Center for Atmospheric Research (NCAR) dan University of Colorado di Boulder lewat pemodelan komputer. Lewat pemodelan itu terlihat kombinasi angin timur yang kuat dan gelombang bisa menciptakan jembatan tanah kering.

Penulis utama studi tersebut, Carl Drews dari NCAR menjelaskan simulasi komputer menunjukkan angin timur yang bertiup semalaman bisa mendorong air di pantai utara Mesir. Hal ini bisa membuka daratan lumpur yang memungkinkan orang berjalan melintas sebelum air menutup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian ini menggunakan data geografi kuno untuk merekonstruksi kemungkinan lokasi dan kedalaman saluran air delta Nil. Pemodelan itu juga menujukkan angin dengan kecepatan 101 km per jam bisa menciptakan jembatan darat yang tinggi dan kering dalam waktu empat jam.

"Laut yang membelah bisa dimengerti melalui pergerakan air yang dinamis. Kekuatan angin menggerakkan air sesuai dengan hukum fisika, menciptakan areal yang aman dilewati dengan air di kedua sisi. Kemudian air kembali lagi ke tempatnya semula," ujar Drews.

ADVERTISEMENT

Penelitian lain juga menunjukkan kemungkinan tsunami bisa membuat Latu Merah mundur dan maju. Namun, hal ini tidak sesuai dengan deskripsi kitab suci yang menyebabkan laut terbelah secara bertahap dalam semalam.

Tim ini juga menyatakan hipotesis lokasi terjadinya mukjizat Nabi Musa yang membelah Laut Merah. Menurut periset, mukjizat Nabi Musa itu mungkin terjadi di wilayah Laut Merah di utara Mesir. Wilayaht tersebut saat ini dekat dengan Port Said, sebuah kota yang terletak di Mesir utara dan ujung dari Terusan Suez.

Analisis Ilmuwan Universitas Leicester

Sementara itu, ilmuwan dari University of Leicester, Inggris, juga mengungkapkan analisisnya terkait peristiwa terbelahnya Laut Merah. Mereka menduga ada empat kondisi alam yang mempengaruhi peristiwa itu, di antaranya gelombang negatif, angin timur, gelombang pasang surut, dan gelombang Rossby.

Kombinasi keempat faktor itu berjalan dengan sempurna dan berimbas dengan terbelahnya Laut Merah. Hal itu memungkinkan Nabi Musa dan para pengikutnya menyeberangi lautan tanpa basah terkena air laut.

Ada pula analisis tentang fenomena meteorologi yang menjadi pemicu keempat kondisi yang berujung pada fenomena ekstrem tersebut. Di mana angin yang sangat kuat bertiup terus menerus sehingga bisa menurunkan permukaan air di suatu area sekaligus.

Tiupan kencang ini berimbas pada air yang menumpuk melawan angin. Kemudian laut terbelah sehingga Nabi Musa dan para pengikutnya bisa menyeberangi Laut Merah.

"Kondisi itu telah banyak didokumentasikan, termasuk di delta Sungai Nil pada abad ke-19 ketika angin kencang mendorong air setinggi sekitar lima kaki dan membuka sebuah lahan kering," kata Rebekah Garratt dan Rikesh Kunverji, para peneliti dalam laporannya bertajuk "How did God part the Red Sea?"

Meski banyak penelitian yang memberikan gambaran tentang terbelahnya Laut Merah, tapi masih banyak yang melihat hal itu sebagai mukjizat.




(ams/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads