5 Contoh Materi Ceramah Lailatul Qadar, Bisa untuk Kultum 7 Menit

5 Contoh Materi Ceramah Lailatul Qadar, Bisa untuk Kultum 7 Menit

Nur Umar Akashi - detikJogja
Sabtu, 30 Mar 2024 15:32 WIB
Ilustrasi Ceramah Agama.
Ilustrasi materi ceramah Lailatul Qadar, bisa untuk kultum. Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash
Jogja -

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya malam Lailatul Qadar. Umumnya, menjelang 10 hari terakhir Ramadhan, para penceramah akan membawakan materi kajian tentang malam spesial ini. Yuk, simak lima contoh materi ceramah Lailatul Qadar di bawah ini!

Menurut informasi pada situs Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, di antara keistimewaan malam Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al-Quran. Tak hanya itu, Lailatul Qadar juga terkenal sebagai malam yang lebih baik dibanding 1.000 bulan.

Rasulullah SAW sendiri tidak pernah menyebutkan secara pasti pada tanggal berapa Lailatul Qadar itu terjadi. Namun, beliau telah memberi petunjuk bahwasanya malam ini terjadi di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: "Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan." (HR. Bukhari)

ADVERTISEMENT

Nah, bagi pembaca sekalian yang sedang membutuhkan contoh materi ceramah Lailatul Qadar, berikut ini telah detikJogja himpunkan lima contohnya.

Kumpulan Materi Ceramah Lailatul Qadar

Contoh Materi Ceramah Lailatul Qadar #1: Menggapai Lailatul Qadar

(sumber: buku 'Syiar Ramadhan Perekat Persaudaraan' terbitan Kementerian Agama)

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَالصَّلاةُ وَالسَّلامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.

Hadirin Rahimakumullah!
Sejak kecil, ada satu kalimat yang tidak ang dan selalu terdengar di bulan Ramadhan, terutama di penghujung bulan tersebut.. Ya, tentunya kita tidak asing dengan kata Lailatul Qadar. Malam yang mulia ini hanya ada di bulan Ramadhan, Satu malam yang sangat diidamkan oleh seluruh umat Islam di dunia.

Betapa tidak? Malam Qadar adalah satu malam yang lebih dari seribu bulan, setara dengan 83 tahun lamanya. Ada satu surah yang tentu sangat kita hafal sejak kecil, Q.S. Al-Qadr: 3-5 sebagai berikut:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر (۳) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (٤) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (۵)

"(3). Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (4). Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (5). Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."

Mengenai ayat 3 ini, As-Syaikh Wahbah Az-Zuhaili menulis dalam kitabnya, Tafsir Al-Wajiz sebagai berikut: "Malam Lailatul Qadar yaitu malam dimana amal shalih ketika itu lebih baik daripada amal selama seribu bulan di waktu selain Lailatul Qadar.

Jarir mengatakan dari Mujahid yang berkata: "Salah satu laki-laki dari Bani Israil ada yang melaksanakan sholat di waktu malam sampai pagi, kemudian berperang memerangi musuhnya di waktu siang sampai sore, dan dia melaksanakan hal itu selama seribu bulan, kemudian Allah menurunkan ayat (Lailatul Qadari khairum min alfi syahr) sebagaimana yang diamalkan oleh laki-laki itu."

Dan pada malam tersebut, bumi disesaki oleh para malaikat yang dipimpin oleh Jibril. Para malaikat mendoakan orang-orang yang beribadah di malam tersebut.

Masih dalam kitab yang sama, Asy-Syaikh Wahbah melanjutkan penafsiran ayat 4 dan 5 sebagai berikut: "Malaikat berbondong-bondong turun ke bumi beserta Jibril di antaranya pada malam ini atas perintah Tuhan mereka untuk menunaikan setiap perkara yang hendak dipenuhi oleh Allah di tahun berikutnya, dan memberikan kebaikan untuk orang-orang yang taat, di antaranya adalah ada yang mendoakan keselamatan mereka, memohonkan ampun dan mendoakan mereka. Malam ini adalah malam (yang penuh) kesejahteraan dan penuh kebaikan mulai permulaannya sampai terbitnya fajar."

Hadirin Rahimakumullah!
Menurut hadis sahih, Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menggapai malam tersebut pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ. (رواه البخاري ومسلم والترمذى و احمد).

"Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan". (HR. Al- Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).

Lalu bagaimana cara menggapai malam terbaik tersebut? Ya tentu banyak caranya. Di antaranya adalah dengan memperbanyak i'tikaf di 10 malam terakhir. Bangunkan anak dan istri kita untuk memperbanyak ibadah sebagaimana hadis Rasulullah SAW:

عَنْ عَلِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوقِظُ أَهْلَهُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ. (رواه الترمذي).

"Dari Ali bahwa Nabi SAW biasa membangunkan keluarganya pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadlan." (HR. At-Tirmidzi Sekalipun tidak bisa iktikaf sepanjang malam, kita bisa memperbanyak membaca Al-Quran atau berzikir di rumah kita. Jangan sampai karena alasan tidak iktikaf, kita habiskan malam kita dengan sesuatu yang kurang bermanfaat. Perbanyak pula membaca doa berikut ini, terutama di 10 malam terakhir sebagimana hadis berikut:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي. (رواه الترمذي).

"Dari Aisyah ia berkata; wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam apakah Lailatul Qadar, maka apakah yang aku ucapkan padanya? Beliau mengatakan: "Ucapkan; Allaahumma innaka 'afuwwun kariimun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku). (HR. At-Tirmidzi).

Hadirin Rahimakumullah!
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang memang harus bekerja di malam hari dan tidak sempat ber'itikaf seperti para sekuriti, sopir bis malam, atau pegawai yang mendapatkan jadwal piket malam hari? Apakah mereka bisa mendapatkan lalilatul qadar?

Ya tentu bisa, selagi pada malam itu mereka beribadah. Jika mereka tidak sempat qiyamullail, mereka bisa bekerja sambil memperbanyak zikir. Zikir apa? Banyak, bisa dengan salawat. Tahlil, tasbih, tahmid atau istighfar.

Jangan sampai mengabaikan begitu saja hanya karena alasan pekerjaan. Dan terlebih lagi, jangan sampai bermaksiat di malam Lailatul Qadar. Ingatlah bahwa pada malam itu para malaikat berdesakan turun ke bumi untuk mendoakan hamba-hamba Allah.

Hadirin Rahimakumullah!
Demikian mauizah singkat yang dapat saya sampaikan. Semoga Allah memperkenankan kita untuk memperoleh Lailatul Qadar, malam yang nilaimya lebih baik dari beribadah selama 83 tahun atau seribu bulan.

Wal'afwu minkum. Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarakatuh.

Contoh Materi Ceramah Lailatul Qadar #2: Memburu Malam Seribu Bulan

(sumber: tulisan Zuhrul Anam dalam situs Pengadilan Agama Sanggau)

Bulan Ramadhan ini merupakan bulan yang begitu istimewa bagi para mukmin di seluruh dunia. Mengapa demikian? Allah SWT telah memberikan rahmat-Nya di bulan tersebut dengan mewajibkan puasa sebagai bagian bentuk dari ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Bagi mereka yang menjalankan puasa tersebut, maka Allah SWT secara langsung memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya itu sebagaimana yang terdapat dalam hadits qudsi. Selain itu, keistimewaan lainnya adalah dilipatgandakannya amal-amal yang dikerjakan selama bulan suci Ramadhan.

Tidak hanya sampai disitu, di bulan Ramadhan pula Al-Quran diturunkan. Keistimewaan tersebut menjadi terasa sempurna ketika di bulan Ramadhan pula terdapat Lailatul Qadar sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Qadr sebagai berikut:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ -1 وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ - 2 لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ - 3 تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ - 4 سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ - 5

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (5)"

Dalam kitab Tafsir Jalalaın karangan Imam Jalaluddin As-Suyuti dan Imam Jalaluddin Al-Mahalli disebutkan bahwa yang di maksud "malam kemuliaan lebih baik dari 1000 bulan" adalah amal-amal shaleh (ibadah) yang kita lakukan di malam tersebut lebih baik daripada melakukannya di malam-malam selainnya.

Anas bin Malik ra menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keutamaan di situ adalah bahwa amal ibadah seperti sholat, tilawah Al-Quran, dan dzikir serta amal sosial (seperti shodaqoh dan zakat), yang dilakukan pada malam itu lebih baik dibandingkan amal serupa selama seribu bulan (tentu di luar malam Lailatul Qadar sendiri).

Dalam riwayat lain Anas bin Malik juga menyampaikan keterangan Rasulullah SAW bahwa sesungguhnya Allah mengaruniakan "Lailatul Qadar" untuk umatku, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya.

Apa itu Lailatul Qadar? Kapan malam tersebut datang sehingga kita dapat melaksanakan amal-amal sholeh yang balasannya setara dengan 1000 bulan, atau lebih tepatnya 80 tahun lebih 4 bulan?

Sebagaimana yang diterangkan oleh Wahbah Az Zuhaili dalam kitabnya Tafsir Munir bahwa Lailatul Qadar merupakan suatu malam yang mulia karena pada malam tersebut diturunkan Al-Quran.

Di malam itu juga turun para malaikat dan malaikat Jibril untuk memohonkan kepada Allah SWT untuk memberikan cahaya cahaya, keberkahan, keutamaan, dan kebaikan kepada hamba-hamba Allah SWT yang beribadah (melakukan amalan sholih) di malam tersebut.

Selain itu dalam Tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan bahwa Lailatul Qadar disebut dengan malam yang mulia karena Allah SWT telah mengkhabarkan sesungguhnya la telah menurunkan Al-Quran pada malam Lailatul Qadar. Allah berfirman dalam surat Ad-Dukhan 3, yaitu:

إِنَّا أَنزَلْتَهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَرَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

"Sesungguhnya Kami turunkannya di malam yg barakah"

Inilah yang kemudian dikenal sebagai malam Al-Qadar yg berada di dalam bulan Ramadhan sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 185 yaitu:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

"Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran."

Berkata Ibnu Abbas bahwa Allah SWT menurunkan Al-Quran keseluruhannya (secara total) darı Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah dari langit dunia kemudian ia diturunkan secara berpisah dan berperingkat selama 23 tahun keatas Nabi SAW, kemudian firman Allah beliau memuliakan Lailatul Qadar dimana Allah SWT telah mengizinkan penurunan Al-Quran.

Adapun mengenai waktu hadirnya Lailatul Qadar terdapat beberapa perbedaan pendapat dari para ulama Kemungkinan hal ini terjadi karena Lailatul Qadar memiliki waktu yang berbeda-beda di setiap tahunnya. Adapun beberapa pendapat mengenai waktu hadirnya Lailatul Qadar di bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:

1. Dalam kitab Hasyiyah Showi 'Ala tafsir Jalalain karangan Syeikh Ahmad bin Muhammad As Showi Al Maliki, disebutkan bahwa:

فعن أبي الحسن الشاذلي إن كان أوله الأحد فليلة تسع وعشرين أو الإثنين فإحدي وعشرين أو الثلاثاء فسبع وعشرين أو الأربعاء فتسعة عشر أو الخميس فخمس وعشرين أو الجمعة فسبعة عشر أو السبت فثلاث وعشرين

"Dari Abi Al-Hasan As-Syadzili (mengatakan bahwa) jika awal puasa hari Ahad, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 29, jika awal puasa hari Senin, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 21. jika awal puasa hari Selasa, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 27, jika awal puasa hari Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 19, jika awal puasa hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 25, jika awal puasa hari Jumat, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 17, jika awal puasa hari Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 23."

2. Dalam kitab Hawasyi Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil Minhaj karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamı dalam pembahasan Lailatul Qadar disebutkan bahwa:

"Para ulama' menyatakan mengenai ketentuan (hadirnya Lailatul Qadar) dan sebagian dari mereka menyatakan dalam bentuk nadhom (syair) sebagai berikut:

Sesungguhnya kami semuanya jika berpuasa (awal ramadhan) di hari Jumat # maka ambillah tanggal 29 sebagai Lailatul Qadar. Dan jika hari Sabtu merupakan hari puasa kami # maka berpeganglah pada tanggal 21 (akan datangnya Lailatul Qadar) tanpa ada pertentangan (sepakat).

Jika awal puasa hari Ahad maka tetapkanlah tanggal 27 (hadirnya Lailatul Qadar). Jika awal puasa hari Senin # maka ketahuilah bahwa kamu akan mendapatkan (Lailatul Qadar) pada tanggal 19. Jika awal puasa hari Senin # maka carilah (Lailatul Qadar) pada tanggal 17.

Dan jika telah jelas awal bulan (ramadhan) di hari Kamis # maka berijtihadlah maka Lailatul Qadar akan jatuh setelah tanggal 10 di malam ganjil"

3. Dalam kitab l'anatut Thalibin karangan Sayyid Bakri Syatha menyatakan sebagai berikut:

قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر، فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء: فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين. أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين أو الخميس: فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت: فهي ليلة ثلاث وعشرين

"Telah berkata Imam Ghozali dan ulama selainnya bahwasanya Lailatul Qadar dapat diketahui melalui hari awal dari bulan (ramdhan). Jika awal puasa hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 29, Jika awal puasa hari Senin, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 21, Jika awal puasa hari Selasa atau jum'at, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 27. Jika awal puasa hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 25, Jika awal puasa hari Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 23."

Adapun ciri-ciri sekaligus menjadi tanda-tanda ketika malam kemuliaan (Jailatul qadr) itu adalah sebagaimana dalam kitab sholih Imam Muslim sebagai berikut:

حدثنا محمد بن مهران الرازي حدثنا الوليد بن مسلم حدثنا الأوزاعي حدثني عبدة عن زر قال سمعت أبي بن كعب يقول وقيل له إن عبد الله بن مسعود يقول من قام السنة أصاب ليلة القدر فقال أبي والله الذي لا إله إلا هو إنها لفي رمضان يحلف ما يستثني ووالله إني لأعلم أي ليلة هي هي الليلة التي أمرنا بها رسول الله صلي الله عليه وآله وسلم بقيامها هي ليلة صبيحة سبع وعشرين وأمارتها أن تطلع الشمس في صبيحة يومها بيضاء لا شعاع لها .

"Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mahran Ar Rozi, telah bercerita kepada kami Walid bin Muslim, telah bercerita kepada kami Al Auzi'ni, telah bercerita kepadaku Abdah dari Zur, ia berkata Saya mendengar Ubay bin Ka'ab berkata: dikatakan bahwa sesungguhnya Abdullah bin Mas'ud berkata: siapa yang mendirikan kesunahan pada saat malam kemuliaan (Lailatul Qadar)?

Maka Ubay berkata: Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, Sungguh malam itu (Lailatul Qadar) ada dalam bulan ramadhan. Demi Allah aku sungguh tahu kapan malam itu. Malam itu adalah malam dimana Rasulullah SAW perintahkan kepada kita untuk beribadah, yaitu malam 27 yang bersinar. Adapun tanda-tandanya adalah matahari terbit pagi harinya dengan cahaya putih namun tidak ada sorotnya."

Terlepas dari ketentuan hadirnya Lailatul Qadar dan tanda-tandanya sebagaimana yang telah dijabarkan di atas, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut dengan meningkatkan iman, ibadah dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Karena dengan begitu, ketika Allah SWT ridho kepada kita, Allah SWT akan menghadirkan malam seribu bulan tersebut kepada kita Pada akhirnya, tujuan kita diciptakan ke dunia ini tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran surah Ad Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan tidaklah Aku (Allah SWT) ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka (jin dan manusia) beribadah kepada-Ku."

Contoh Materi Ceramah Lailatul Qadar #3: Lailatul Qadar Malam Spesial Khusus Umat Nabi Muhammad

(sumber: tulisan Ustadz Sunnatullah dalam situs NU Online)

Di antara pembahasan yang sangat menarik seputar bulan Ramadhan adalah adanya salah satu malam yang lebih baik dan lebih mulia dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Ia merupakan malam yang ada di antara malam-malam selama Ramadhan, dan juga dikenal dengan malam kemuliaan dan keutamaan (lailatusy syaraf wal fadhl).

Pada malam yang satu ini, Allah SWT mengutus para malaikat untuk turun ke langit dunia dengan membawa tugas masing-masing. Di antara mereka ada yang bertugas mencatat rezeki, ada yang bertugas mencatat ajal, ada yang mencatat jodoh, dan ada yang mencatat kebaikan dan keburukan manusia selama satu tahun, terhitung sejak malam Lailatul Qadar hingga datangnya Lailatul Qadar selanjutnya.

Selain itu, kemuliaan dan keagungan malam yang satu ini tidak lepas dari diturunkannya Al-Quran yang sangat mulia nan agung, sebagai mukjizat Rasulullah yang paling agung, dan sumber hidayah bagi umat-umatnya. Malam Lailatul Qadar bertepatan dengan malam diturunkannya Al-Quran dari Lauhul Mahfudz oleh Allah 'azza wa jalla secara menyeluruh ke langit dunia, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad oleh malaikat Jibril secara berangsur-angsur, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Islam saat itu.

Dengan demikian, malam yang satu ini tentu sangat mulia dan tidak heran jika kemuliaannya melebihi seribu bulan. Oleh karenanya, orang-orang yang bisa menjumpai malam yang satu ini tentu sangat beruntung. Sebab, saat itu semua pahala amal kebaikan nilainya berlipat-lipat dan tidak bisa ditemukan pada malam-malam lainnya.

Kemuliaan dan keagungan Lailatul Qadar diabadikan oleh Allah dalam satu surat Al-Quran secara khusus, tanpa bercampuran dengan ayat-ayat lainnya, yaitu:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

Artinya, "Sungguh Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar. (1) Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (3) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (4) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS Al-Qadr: 1-5).

Selain dalam Al-Quran, Rasulullah juga menguak dan menjelaskan keutamaan dan kemuliaan malam yang satu ini. Dalam sebuah hadits hadits disebutkan,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, "Barangsiapa beribadah pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu". (HR Al-Bukhari).

Dengan dua dalil di atas, setidaknya sudah bisa disimpulkan perihal keutamaan dan kemuliaan Lailatul Qadar. Ia merupakan satu-satunya malam dalam satu tahun yang benar-benar harus dijaga oleh umat Islam. Pada malam yang satu ini, kita harus berusaha untuk meraih dan mengambil keuntungan, pemberian dan anugerah yang dilipatgandakan oleh Allah di dalamnya.

Kendati demikian, malam yang satu ini ternyata hanyalah malam spesial yang hanya dikhususkan bagi umat Nabi Muhammad. Umat-umat para nabi sebelumnya tidak pernah merasakan kemuliaan Lailatul Qadar.

Imam Malik bin Anas (pendiri mazhab Malikiah, wafat 179 H) dalam salah satu kitab haditsnya meriwayatkan salah satu hadits, bahwa suatu saat Rasulullah melihat umur umat-umat terdahulu, saat itu ia melihat bahwa umur mereka jauh melebih umat-umatnya. Tentunya, amal ibadah yang mereka lakukan juga lebih banyak dari umatnya. Hanya saja, di saat yang bersamaan Allah memberinya keitimewaan berupa Lailatul Qadar:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوا مِنْ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ غَيْرُهُمْ فِي طُولِ الْعُمْرِ فَأَعْطَاهُ اللَّهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Artinya, "Sungguh telah diperlihatkan kepada Rasulullah umur-umur umat (para nabi) sebelumnya, atau (diperlihatkan) apa yang dikehendaki oleh Allah dari semua itu. (Melihat itu) seolah Rasulullah pesimis bahwa usia umat-umatnya tidak akan mampu untuk mencapai amal ibadah yang dilakukan umat-umat tersebut. Kemudian Allah memberi Nabi Muhammad (dan umatnya) malam Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan." (Imam Malik, al-Muwattha' libni Malik, [Muassasah ar-Risalah: 2004, tahqiq: Syekh Musthafa al-A'dzami], juz III, halaman 462).

Berdasarkan hadits di atas, Syekh Abu Muhammad Badruddin al-'Aini (wafat 855 H) dalam salah satu kitab haditsnya mengutip salah satu pendapat bahwa Lailatul Qadar adalah pemberian dan anugerah khusus dari Allah yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad. Dalam kitabnya disebutkan:

إِنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَاصَةٌ بِهَذِهِ الْأُمَّةِ وَلَمْ تَكُنْ فِيْ الْأُمَمِ قَبْلَهُمْ

Artinya, "Sungguh malam Lailatul Qadar hanya khusus bagi umat ini (umat Nabi Muhammad), dan tidak ditemukan dalam umat sebelumnya," (Syekh al-'Aini, Umdatul Qari Syarah Shahihil Bukhari, [Darul Ihya' at-Turats: 2006], juz XVII, halaman 168).

Dengan demikian, sudah seharusnya malam yang satu ini benar-benar dijaga oleh semua umat Islam, setidaknya bisa lebih meningkatkan semangat dan antusias yang tinggi dalam beribadah. Sebab, pada malam yang mulia ini, nilai-nilai ibadah dilipatgandakan oleh Allah tanpa terkecuali. Tentunya, semua itu tidak lain agar ibadah umat akhir zaman ini bisa menandingi nilai ibadah umat-umat terdahulu yang hidup selama ratusan tahun.

Ketika Rasulullah mengagumi ibadah umat terdahulu,

Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Baqi az-Zaraqani (wafat 1122 H) dalam kitabnya bercerita, suatu saat Rasulullah menyampaikan sebuah hikayat kepada para sahabatnya, bahwa di antara orang-orang bani Israil terdapat empat orang yang beribadah kepada Allah selama delapan puluh tahun dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya sekalipun sebatas kedipan mata.

Empat orang itu adalah Ayyub, Zakaria, Hizqil, dan Yusya' bin Nun. Mendengar cerita empat Bani Israil tersebut, para sahabat lantas heran dan sungguh takjub dengan ibadah mereka yang sangat istiqamah, bahkan dalam kurun waktu yang tidak sedikit, mereka tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Hanya saja, di saat yang bersamaan datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah, kemudian berkata kepadanya,

عَجَبَتْ أُمَّتُكَ مِنْ عِبَادَةِ أَرْبَعَةٍ ثَمَانِيْنَ سَنَةً لَمْ يَعْصُوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ فَقَدْ أَنْزَلَ اللهُ عَلَيْكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. هَذَا أَفْضَلُ مِمَّا عَجَبَتْ أُمَّتُكَ

Artinya, "Telah heran umatmu akan ibadah empat orang selama delapan puluh tahun dan mereka tidak pernah bermaksiat sekalipun sebatas kedipan mata. Sungguh, Allah telah menurunkan bagimu (dan umatmu) yang lebih baik dari semua itu, yaitu malam Lailatul Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Ini (Lailatul Qadar) lebih utama dari apa yang dikagumi oleh umatmu."

Mendengar apa yang disampaikan malaikat Jibril tersebut, akhirnya Rasulullah dan para sahabat saat itu sangat bahagia, serta tidak khawatir amal ibadah mereka akan kalah dengan ibadah umat sebelumnya. (Syekh az-Zaraqani, Syarhu az-Zaraqani 'alal Mawahib al-Ladunniyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1411], juz II, halaman 292).

Alhasil, Lailatul Qadar menjadi satu-satunya malam bagi umat Nabi Muhammad untuk semakin semangat dalam menambah ibadah dan ketaatan, serta tidak banyak menggunakan waktu di bulan Ramadhan dengan hal-hal yang tidak memiliki manfaat dan faidah.

Demikian penjelasan perihal Lailatul Qadar. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa meningkatkan kualitas ibadah selama bulan Ramadhan, khususnya di hari-hari terakhir sebelum hari raya ini, dan juga bisa menjumpai malam agung yang lebih utama dari seribu bulan itu, Amin.

Contoh Materi Ceramah Lailatul Qadar #4: Tafsir Surat Al-Qadr, Menguak Misteri Malam Lailatul Qadar

(sumber: tulisan Dr. Kerwanto, M.Ud. dalam buku 'Ramadhan Bulan Tarbiyah')

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa. Bulan pendidikan rohani bagi umat Islam. Bulan yang di dalamnya umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan puasa.

Sebuah keterangan hadits menjelaskan, barang siapa melaksanakan puasa karena iman dan semata-mata mengharapkan ridha-Nya, maka Allah SWT menjanjikan kesucian, kembali kepada fitrah insaniah. Yakni, dilebur segala dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan.

Keutamaan bulan Ramadhan, tidak hanya pada kewajiban puasa tersebut. Di dalamnya, terdapat malam yang nilainya lebih utama (lebih) baik dari 1000 bulan, yakni malam Lailatul Qadar. "Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan". (Q.S. al-Qadri 97: 3).

1000 bulan merupakan kias yang menunjukan keagungan malam tersebut. Yakni, lebih dari 80 tahun, sehingga sekiranya seseorang tidak diberikan umur yang panjang, maka cukuplah baginya untuk mendapatkan anugerah malam tersebut, untuk menutupi segala kekurangan amal ibadahnya. Ini merupakan rahmat yang diberikan Allah SWT bagi umat Muhammad SAW, yang tidak diberikan kepada umat-umat terdahulu.

Malam Lailatul Qadar, disebut juga sebagai malam penuh berkah, karena pada malam tersebut, Allah SWT menurunkan kandungan Al-Quran secara keseluruhan kepada ruh Nabi Muhammad SAW, yang kemudian selanjutnya diturunkan secara bertahap selama 23 tahun pada dua periode (periode Mekkah dan Madinah) sebagaimana diisyaratkan dalam Q.S. al-Qadr/ 97: 1.

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada Lailatul Qadar."

Al-Tustarī menjelaskan, disebut sebagai Lailatul Qadar, karena ketersambungan keberkahan Al-Quran yang menghubungkan antara satu dengan lainnya. Seluruh semesta mendapat keberkahan Al-Quran.

Demikian juga, disebut Lailatul Qadar, karena pada malam tersebut, Allah SWT menetapkan (mentakdirkan) segala rahmat bagi seluruh hamba-Nya/makhluk-Nya. Malam yang dipenuhi oleh cahaya, rahmat, keberkahan, keselamatan, dan segala kebaikan.

Takdir atau ketetapan Ilahi seperti apakah yang terjadi pada malam ini?

Sebagaimana disebutkan pada ayat lainnya seperti dalam Q.S. al-Dukhan/ 44: 3-4 maupun riwayat-riwayat lainnya, maka Allah menentukan semua takdir manusia selama setahun penuh ke depannya. Ditentukan rizki dan segala perkara lainnya pada malam tersebut.

Keterangan semacam ini tidak menafikan kebebasan kehendak dan ikhtiar manusia. Bisa dimaknai, bahwa Allah SWT menentukan takdir tiap individu sesuai dengan kelayakannya. Atau, aktualitas takdir selaras dengan kesiapan diri manusia itu sendiri, sesuai dengan potensi diri pada manusia.

Keagungan lain pada malam ini adalah turunnya seluruh ruh suci (ruh para nabi dan ruh para kekasih Allah), Jibril dan seluruh malaikat dari alarm malakut menuju alam dunia, menebar salam dan rahmat pada setiap hamba (manusia) yang sedang ingat kepada Allah (dhikrullah), melaksanakan sholat (qiyam al-lail), serta ibadah-ibadah yang disyariatkan lainnya.

Berapa lama waktu malam Lailatul Qadar? Para ahli tafsir menyebutkan, dari waktu Magrib hingga pagi hari (terbitnya waktu Fajar), sebagaimana diisyaratkan Q.S. al-Qadr/ 97: 5. "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar".

Pertanyaan selanjutnya adalah lebih tepatnya pada malam hari ke berapa Lailatul Qadar berlangsung?

Terkait hal ini, terdapat banyak tafsir ulama. Ada sebagian pendapat, yang menyatakan, ia berlangsung pada awal-awal bulan Ramadhan. Ada juga pendapat, ia berlangsung pada malam ke-17, atau 19. Pendapat yang masyhur, menyebutkan, ia berlangsung pada salah satu malam pada malam-malam ganjil akhir bulan Ramadhan.

Menurut Ibn 'Arabī, penyandaran kata al-lail, yang berarti "malam" pada kata al-qadar, dan bukan kata nahär, yang berarti "siang", merupakan sebuah kias akan gelap-nya takdir Tuhan, sebagaimana gelapnya malam itu sendiri.

Yakni, disebut sebagai takdir karena ia bersifat rahasia (gaib), yang manusia tidak mengetahuinya. Karena sifatnya yang gaib tersebut, maka Rasulullah memerintahkan kepada umatnya untuk meraihnya, mencarinya.

Tidak diketahuinya secara pasti berlangsungnya malam Lailatul Qadar, menjadi sumber semangat, bagi kita agar kita selalu menghidupkan seluruh malam bulan Ramadhan, lebih-lebih pada malam-malam akhirnya. Berdasar pada sebuah keterangan, 10 terakhir terakhir bulan Ramadhan Nabi SAW mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan.

Selain itu, diharapkan, selama sebulan penuh diri kita menjaga diri dari kemaksiatan, lebih mengarahkan diri pada ketaatan, mempersiapkan diri menerima limpahan rahmat Allah SWT. Sehingga, saat ditentukan segala takdir pada malam Lailatul Qadar, diri kita sedang melaksanakan ibadah (dalam ketaatan), bukan dalam kemaksiatan.

Akhirnya, saat selesai bulan Ramadhan, kita lulus ujian, mendapatkan anugerah dan ampunan, kembali menjadi insan yang fitri/ suci. Wallahu a'lam bil showab.

Contoh Materi Ceramah Lailatul Qadar #5: Meraih Kesuksesan Hidup

(sumber: tulisan M. Kholili dalam buku 'Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan')

Islam adalah agama rahmat, agama yang memberi anugerah sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada umat manusia. Rahmat mengandung dua makna, yaitu nikmat (kemurahan-hadiah) dan anugerah (karunia dari Allah al-Khaliq kepada makhluq yang bernama manusia dan alam beserta isinya).

Itulah Islam, adalah agama yang menjadi anugerah dan dirasa nikmat bagi manusia seluruhnya. Dan puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu contohnya. Kenapa demikian, sebagaimana Allah berfirman dalam Surat al-Baqarah (2: 183), berikut ini:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Berdasarkan al-Quran tersebut, maka dapat kita tafsirkan, bahwa jika puasa dilakukan secara baik dan maksimal di bulan Ramadhan, maka akan melahirkan takwa. Ketakwaan pada diri seseorang akan melahirkan sebuah kesuksesan.

Di mana kesuksesan takwa terdapat beberapa indikator, diantaranya: (1) mampu membedakan hal yang baik dari yang buruk (QS. al-Furqon [8]:29); (2) memperoleh jalan keluar atas masalah yang muncul (QS. ath-Thalaaq [65]: 2);

(3) memperoleh rezeki yang tidak terduga (QS. ath-Thalaaq [65]: 3); (4) memperoleh kemudahan setiap langkah yang ditempuh (QS. ath-Thalaaq [65]: 4); dan (5) dihapus dosanya dan memperoleh keuntungan (pahala) yang berlipat (QS. ath- Thalaaq [65]: 5).

Pada bulan Ramadhan umat Islam digembleng untuk selalu berusaha melakukan amalan-amalan yang akan dapat menghapuskan dosa. Misalnya, banyak bersilaturahmi dengan sesama, berwudhu', sholat, dan puasa itu sendiri.

Selain itu, bulan Ramadhan umat Islam juga digembleng melakukan sholat untuk mendekatkan diri dan berdo'a kepada Allah dengan khusyu'. Beberapa tanda sholat yang khusyu', di antaranya adalah:

  1. Mengerjakan sholat secara ikhlas.
  2. Setiap gerakan dan ucapan sholat dilakukan dengan lembut, pelan dan rileks (santai).
  3. Menghayati makna yang terkandung dalam gerakan dan bacaannya.
  4. Penuh kesadaran akan kehadiran diri kita di hadapan Allah.
  5. Penuh kesadaran dalam menghadap dan mendekatkan diri kepada Allah.
  6. Merasakan kenikmatan dan kegembiraan saat melaksanakan.

Di samping itu, di bulan Ramadhan umat muslim juga digembleng untuk memperbanyak melakukan dzikir dan membaca Al-Quran, agar senantiasa mengingat dan mendekat diri kepada Allah.

Sesungguhnya dzikir telah mengantarkan dan memudahkan seseorang kepada kekhusyu'an pada saat melaksanakan sholat. Membaca Al-Quran merupakan kegiatan ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, yang akan membantu orang yang melakukannya mudah mencapai keberhasilan.

Daripada itu, apa yang perlu dilakukan dan bagaimana caranya kita usahakan? Dalam ceramah ini, saya mengajukan dua langkah jitu untuk meraihnya. Pertama, meraih Lailatul Qadar menuju revolusi kehidupan.

Di mana kita-yang sudah relatif bersih, telah melaksanakan sholat khusyu' dan banyak dzikir ini, pada malam Lailatul Qadar berusaha mendekat kepada Allah kemudian berdo'a agar diberi dan ditetapkan oleh Allah peluang-peluang yang besar dan baik bagi kehidupan dalam setahun ke depan-baik bagi umur, rezeki, jodoh, dan kehidupan yang lain.

Mengapa demikian, karena Allah menetapkan peluang mengenai kejadian dalam setahun seperti umur, rezeki, jodoh, dan segala kebaikan bagi umat manusia adalah ditetapkan pada malam Lailatul Qadar. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat ad-Dukhan (44: 4), berikut ini:

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah."

Selain penjelasan Al-Quran, juga dipertegas dalam hadist yang di Riwayatkan oleh Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa "Pada malam Lailatul Qadar, ditulis pada ummul kitab segala kebaikan, keburukan, rizki dan ajal yang terjadi dalam setahun." Inilah yang perlu kita lakukan secara seksama dalam momentum Ramadhan.

Kedua, mengekskusi dan meraih peluang yang telah didapat pada malam lailatul qodar itu dengan cara kerja keras, sholat yang khusyu', dzikir yang banyak dan doa yang khidmat. Di mana peluang-peluang yang telah ditetapkan pada malam Lailatul Qadar harus dieksekusi, ditindaklanjuti, dan diraih dengan cara kerja keras, kerja cerdas, kerja profesional dan berdoa kepada Allah.

Dengan proses yang demikian, kerja keras dan doa-maka kerja keras yang kita lalukan akan diarahkan dan dimudahkan oleh Allah tatkala dihadapkan pada kesulitan, dengan sendirinya Allah akan senantiasa membantu memberikan jalan keluar. Itulah tanda-tanda takwa sebagai hasil ibadah puasa pada ramadhan yang dijanjikan oleh Allah.

Dalam menyongsong kehidupan pasca Ramadhan, kita harus senantiasa istiqomah menjalankan apa yang sudah dilakukan pada bulan suci Ramadhan. Dengan berharap, peluang setahun ke depan yang diberikan Allah, adalah peluang yang besar untuk kebaikan kehidupan kita, sehingga dapat memperoleh kebaikan atas ridho-Nya.

Berkaca dari momentum ini, yang lebih besar harapan kita semua, sekiranya umat muslim Indonesia dapat memaksimalkan amalan puasa dan amalan baik lainnya, niscaya sukses besar bangsa ini akan mudah diraih.

Nah, demikianlah lima contoh materi ceramah Lailatul Qadar yang dapat dibawakan untuk kultum Tarawih ataupun subuh. Semoga membantu, ya!




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads