Ramai Pembahasan soal Selat Muria Muncul Lagi, Begini Penjelasan Badan Geologi

Ramai Pembahasan soal Selat Muria Muncul Lagi, Begini Penjelasan Badan Geologi

Antara/detikNews - detikJogja
Jumat, 22 Mar 2024 23:32 WIB
Banjir Demak dan Kudus
Ilustrasi Selat Muria viral di X. Foto: Damar Sinuko
Jogja -

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan penjelasan terkait Selat Muria. Belakangan ini, Selat Muria viral dan menjadi perbincangan di media sosial, khususnya X.

Diketahui, Selat Muria semula merupakan lautan sempit pemisah Pulau Jawa dan Gunung Muria. Selat ini telah hilang dan menjadi daratan pada abad ke-16 atau sekitar 300 tahun lalu.

Kini, muncul narasi di X yang menyebut Selat Muria muncul lagi karena penurunan tanah di pesisir Demak, Jawa Tengah. Banjir juga disebut-sebut menjadi salah satu penyebab kemunculan selat yang hilang itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Meskipun terjadi penurunan tanah di daerah Demak dan sekitarnya, Selat Muria bukan berarti akan terbentuk kembali dalam waktu dekat," jelas Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dilansir detiknews dari Antara, Jumat (22/3/2024).

Menurut penjelasan Wafid, pantai atau dataran pantai merupakan wilayah paling dinamis yang dibentuk oleh proses geologi, kondisi oseanografi, dan klimatologi.

ADVERTISEMENT

Secara umum, proses pembentukan Selat Muria masih berlangsung hingga sekarang melalui proses-proses transportasi, pengendapan, dan konsolidasi sedimen, sehingga rawan terhadap bencana banjir rob, penurunan tanah, dan abrasi.

"Secara teori Selat Muria mungkin saja terbentuk kembali, yakni apabila terjadi proses geologi yang dahsyat, misalnya terjadinya gempa bumi tektonik berkekuatan sangat besar yang menyebabkan terjadinya amblesan tiba-tiba dan mencakup areal yang luas," tuturnya.

Amblesan tiba-tiba atau graben tersebut merupakan bahaya ikutan (collateral hazard) dari kejadian gempa bumi selain dari bahaya guncangan dan sesar permukaan (fault surface rupture).

Wafid menambahkan penurunan tanah tidak cukup sebagai faktor penyebab Selat Muria terbentuk kembali.

"Kalau pun terjadi akan memerlukan waktu yang sangat lama (skala waktu geologi; ratusan sampai ribuan tahun) dan kecepatan penurunannya harus seragam mulai dari Demak hingga Pati," imbuhnya.

Menurut kajian Badan Geologi terdapat perbedaan kecepatan penurunan tanah, di mana pada daerah pesisir lebih cepat dibanding daratan.

"Beberapa perkiraan faktor dominan kemungkinan akan kembali terbentuknya Selat Muria adalah terjadinya penurunan muka tanah yang besar yang juga disertai kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim serta terganggunya pola aliran sungai karena elevasi daratan lebih rendah dibanding muka air laut," jelas Wafid.

Hasil penelitian Badan Geologi mengungkapkan daerah Demak dan sekitarnya secara umum didominasi dan disusun oleh endapan kuarter berupa endapan alluvial pantai atau aluvium. Survei geofisika yang bawah permukaan dilakukan oleh Badan Geologi menunjukkan ada sedimen bersifat lunak dan tebal.

Hal itu dibuktikan dengan pemboran di dataran alluvium hingga kedalaman 100 meter didominasi oleh lapisan lempung lunak. Lapisan itu dalam kondisi normally consolidated dengan sedikit sisipan pasir lepas.

"Kondisi itu menyebabkan mudah mengalami pemampatan alamiah maupun pemampatan karena beban antropogenik yang dikerjakan di wilayah tersebut, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tanah," jelas Wafid.

Selain itu, ia menjelaskan beberapa tempat di daerah pesisir memiliki elevasi yang lebih rendah dibanding muka air laut, sehingga bila terjadi banjir rob akan menjorok jauh masuk ke daratan.

Wafid menjelaskan banjir yang saat ini terjadi di Demak lama surut lebih dipengaruhi oleh iklim, yakni curah hujan yang tinggi, kerusakan infrastruktur tanggul, dan kondisi lapisan tanah di bawah permukaan yang didominasi lapisan lempung lunak yang cenderung bersifat impermable, sehingga lama meloloskan air.

Selain itu, terjadinya banjir rob juga menyebabkan banjir yang cukup tinggi di daerah pesisir dan akan mengalami genangan yang cukup lama.

Artikel ini ditulis oleh Firmansyah Dwi Ardianto, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(cln/cln)

Hide Ads