Sebanyak 26 warga di Padukuhan Kalinongko Kidul, Kalurahan Gayamharjo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, sempat melakukan kontak dengan hewan ternak yang tiba-tiba mati. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman menindaklanjuti dengan melakukan uji sero survei.
"Kalau sero survei sepertinya kemarin sudah diambil beberapa sampel darah dan 1 swab kulit. Dan sudah dikirim ke lab. 26 sampel darah dari warga yang kontak," jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati, kepada wartawan melalui pesan singkat, Sabtu (9/3/2024).
Yuli menerangkan pengambilan sampel darah itu dilakukan sebab warga mengonsumsi daging kambing yang mati mendadak atau kontak langsung dengan binatang tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa kontak langsung dengan binatang (yang mati mendadak) dan bisa juga yang makan dagingnya," ucapnya.
Meski begitu, Yuli menerangkan pihaknya masih belum bisa mengonfirmasi hasil dari uji lab apakah warga tersebut terindikasi suspek antraks atau tidak. "Kemarin baru diambil sampel darahnya dan baru dikirim ke laboratorium. Belum ada hasilnya," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul mengungkap warga Gedangsari suspek antraks ternyata sempat menyembelih kambing mati atau yang biasa disebut brandu di Sleman. Dia juga mengonsumsi dagingnya bersama beberapa warga yang lain.
Kepala DPKH Gunungkidul Wibawanti Wulandari menuturkan pemotongan kambing mati itu dilakukan pada 24 Februari 2024. Setelah dipotong, dagingnya dibawa pulang ke kampungnya.
"Itu berawal ada orang Serut, Gedangsari, membawa kambing mati milik orang Sleman. Menyembelih di Sleman," kata Wibawanti saat dihubungi, Jumat (8/3).
Di kampungnya, warga tersebut kemudian mengonsumsi daging kambing mati itu bersama warga yang lain. Tak lama kemudian warga tersebut diketahui sakit.
"Kemudian bapak itu (dibawa) ke rumah sakit," jelas Wibawanti.
Kemudian, Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman mengakui ada hewan ternak yang mati mendadak di Kapanewon Prambanan. Meski begitu, hewan mati tersebut masih belum bisa dipastikan suspek antraks.
"Kalau laporan ada (laporan hewan mati), tapi (soal antraks) saya masih nunggu investigasi kawan-kawan saya sampai datanya komplet. Tiga hari ini kawan-kawan saya sudah turun di lapangan," jelas Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman, Suparmono kepada detikJogja melalui telepon, Sabtu (9/3).
(rih/rih)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas