Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) bakal mengerahkan mahasiswa melalui program KKN pengawasan Pemilu untuk mengawasi tempat pemungutan suara (TPS). Hal ini untuk memastikan ada pihak netral yang ikut mengawasi keabsahan Pemilu.
Ketua Umum Forum Rektor PTMA, Prof. Gunawan Budiyanto mengatakan, pihaknya memiliki sumber daya mahasiswa yang banyak, terutama di beberapa kantong suara. Para mahasiswa itu tersebar di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara hingga Kalimantan.
"Nah, Ini mereka kita minta untuk dalam program, apakah program magang atau KKN untuk bisa ikut mengawasi (TPS)," kata Gunawan kepada wartawan di Kampus UMY, Kasihan, Bantul, Sabtu (3/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan sebaran PTMA paling besar di Jawa. Rinciannya, dari 174 perguruan tinggi Muhammadiyah sebanyak 66 persen di antaranya berada di Jawa.
"Sehingga kita punya potensi yang cukup baik untuk ikut menyukseskan Pemilu dalam bentuk memberikan trust (kepercayaan) kepada masyarakat bahwa pemilu ini legitimate," ujarnya.
Selain itu, Gunawan menyebut jika PTMA adalah pihak netral yang ingin berpartisipasi dalam pengawasan Pemilu. Terlebih, semakin banyak pengawasan dalam Pemilu maka semakin legitimate.
"Supaya ada trust, bahwa ada pihak yang netral, yang bukan partisan yang ikut mengawasi proses. Sehingga proses ini apapun hasilnya itu akan lebih legitimate, karena lebih banyak orang yang ikut mengawasi," ucapnya.
Gunawan menyebut peran mahasiswa KKN dalam program pengawasan Pemilu sebagai pemantau independen. Namun, dia meminta hal ini tidak dilihat sebagai sesuatu yagn genting.
"Kita melihatnya bahwa semua proses itu kan sebaiknya harus ada pengawas independen," ujarnya.
"Jadi bukan kemudian ini gawat, kita sudah melakukan program KKN pengawasan pemilu sejak dulu dan ini hanya pengulangan saja kerja sama dengan Bawaslu, kita sudah bekerja sama dengan Bawaslu DIY juga untuk melakukan pemantauan," lanjut Gunawan.
Gunawan tak memerinci jumlah mahasiswa di setiap TPS. Sebab, nantinya masing-masing kampus yang menentukan jumlah mahasiswanya.
"Belum (menentukan satu TPS berapa mahasiswa yang mengawasi), kita sifatnya tidak sentral tapi kita serahkan kepada perguruan tinggi Muhammadiyah Aisyah di sekitarnya. Sehingga mereka yang akan mengatur," katanya.
(ams/dil)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan