Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Gielbran M Noor mengaku mendapat intimidasi hingga 'teror' usai mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pihak kampus pun bakal memberikan perlindungan untuk Gielbran.
Pihak kampus menilai aksi pemberian gelar 'Jokowi alumnus paling memalukan' adalah bentuk kritik. Dia menilai tak perlu ada pendekatan keamanan yang berlebihan.
"Tidak perlu ada pendekatan-pendekatan keamanan terlalu eksesif, karena kan ini kan hal-hal yang sama bisa dilakukan dengan cara-cara yang banyak orang lakukan," kata Sekretaris UGM Andi Sandi saat dihubungi detikJogja, Jumat (22/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, dalam demokrasi kritik terhadap pemerintah adalah hal biasa. Dia pun memahami jika pihak keamanan memiliki tugas mengantisipasi. Namun, dia tak sepakat jika pendekatan yang dilakukan sampai harus bertemu dengan orang tua mahasiswa.
"Tetapi saya kira bentuk seperti itu untuk ketemu atau apa saya kira terlalu jauh lah, karena anak-anak itu tahu batasan. Wong mereka itu hanya mengkritik pemerintah," jelas Dosen Hukum Tata Negara ini.
Oleh karena itu, pihaknya pun siap memberikan perlindungan kepada Gielbran jika dibutuhkan.
"Dari sisi kami kalau pun waktu itu kami diinformasikan Mas Gielbran membutuhkan, UGM siap menyiapkan perlindungan ke Mas Gielbran," kata Andi Sandi.
Gielbran Ungkap Adanya Intimidasi
Gielbran sebelumnya mengungkap adanya intimidasi dan 'diteror' oknum mengaku intel. Dugaan intimidasi itu tidak secara langsung diterimanya melainkan melalui kampus maupun orang tuanya.
"Saya dihubungi oleh wakil dekan dan beliau menyampaikan bahwa ada oknum yang mengaku sebagai intel mendatangi fakultas," kata Gielbran kepada wartawan, Kamis (21/12).
Gielbran menyebut oknum mengaku intel itu lalu meminta data pribadi Gielbran ke Fakultas Peternakan. Beruntung, pihak fakultas tidak memberikan biodatanya karena oknum itu tidak membawa surat tugas.
Tak hanya itu, oknum yang mengaku intel juga mendatangi keluarga Gielbran di kampung halamannya di Jawa Tengah. Oknum itu berniat menemui orang tua Gielbran dan berhasil dicegah oleh Ketua RT setempat.
"Dari ketua RT menghalau dan membatasi dan mengimbau untuk tidak usah bertemu dengan orang tua saya sehingga tidak sampai intel-intel tersebut bertemu dengan keluarga saya sudah mengundurkan diri dan tidak mengintervensi secara langsung," bebernya.
Kapolda Persilakan Gielbran Lapor
Sementara itu, Kapolda DIY Irjen Suwondo Nainggolan mempersilakan Gielbran melapor jika mendapatkan intimidasi atau ancaman. Pihaknya siap memproses laporan tersebut.
"Setiap masyarakat, kalau memang mendapatkan ancaman, baik pihak kampus, silakan melapor. Ancamannya seperti apa, biar kita tahu secara detail. Monggo, kita tunggu laporkan ke kepolisian," tegas Suwondo di Kompleks Kepatihan Jogja, Kamis (21/12).
Baca juga: Siapa Pelaku 'Teror' Ketua BEM KM UGM? |
"Pokoknya ada intimidasi, laporkan. Nanti kita punya bahan dasar penyelidikan. Siapa pun itu, kita proses," imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Kapenrem 072/Pamungkas Kapten Arh Siswoto. Siswoto memastikan tak ada instruksi pengerahan intel dari pihaknya seperti peristiwa yang diceritakan Gielbran.
"Tidak ada, sejauh yang saya ketahui tidak ada informasi atau perintah untuk melaksanakan seperti itu. Ini saya juga dengan Pasi Intel, nggak ada yang melaksanakan kegiatan seperti itu," tegas Siswoto.
(ams/dil)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas