Baliho 'Jokowi Alumnus UGM Memalukan' Vs 'Jokowi Alumnus UGM Membanggakan'

Baliho 'Jokowi Alumnus UGM Memalukan' Vs 'Jokowi Alumnus UGM Membanggakan'

Tim detikJogja - detikJogja
Senin, 18 Des 2023 08:45 WIB
BEM KM UGM pasang poster Jokowi alumnus paling memalukan, Jumat (8/12/2023).
BEM KM UGM pasang poster 'Jokowi alumnus UGM paling memalukan', Jumat (8/12/2023). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja
Jogja -

Muncul baliho bergambar Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertuliskan narasi alumnus UGM paling memalukan. Selang beberapa hari, muncul baliho gambar Jokowi bernarasi alumnus UGM paling membanggakan.

Dua baliho yang dipasang di kawasan Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, DIY, itu seolah saling adu.

'Jokowi Alumnus UGM Paling Memalukan'

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan nominasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai alumnus memalukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nominasi itu diberikan saat acara diskusi publik dan mimbar bebas di utara Bundaran UGM, Jumat (8/12/2023) lalu. Di acara diskusi itu terpasang satu banner besar bergambar Jokowi.

Banner itu bertulisan 'BEM KM UGM Presents Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan'. Di bawahnya tertulis 'Mr Joko Widodo' dan di pojok bawah terdapat tulisan '2014-2024?', '1980-1985'. Foto Jokowi dalam banner itu pun diedit sedemikian rupa dengan latar gedung istana dan gedung UGM.

ADVERTISEMENT

Foto Jokowi juga diedit memakai jas serta mahkota dan memakai jas almamater UGM serta caping.

Alasan BEM KM UGM Beri Nominasi Alumnus Memalukan

Ketua BEM KM UGM, Gielbran Muhammad menyebut nominasi itu diberikan sebagai wujud kekecewaan selama dua periode kepemimpinan Jokowi masih ada masalah fundamental yang belum terselesaikan.

"Mulai dari kasus korupsi, yang sekarang justru, pimpinan KPK yang notabene merupakan garda terdepan pemberantasan korupsi justru menjadi pelaku kriminal," kata Gielbran saat ditemui wartawan di sela diskusi, Jumat (8/12).

"Belum bicara soal kebebasan berpendapat. Revisi UU ITE sangat amat mempermudah para aktivis untuk dikriminalisasi, belum bicara soal konstitusi," sambungnya.

Dia juga menilai beberapa indikator yang membuat Jokowi mendapat nominasi tersebut. Dia menyinggung soal sidang Mahkamah Konstitusi (MK) yang akhirnya memuluskan jalan anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, maju cawapres.

"Di akhir periode beliau justru beliau menghendaki perpanjangan kekuasaan layaknya seorang raja Jawa," imbuhnya.

Dia lalu menyoroti indeks demokrasi yang dinilainya makin merosot. Menurutnya, semakin banyak kasus kriminalisasi. Gielbran juga menyebut Jokowi merupakan representasi Orde Baru dengan gaya baru.

"Jelas banyaknya korban yang diskriminasi, kemudian sekarang banyak sekali intimidasi dan represifitas. Kita menyebutnya tidak hanya semacam Orde Baru tapi orde paling baru karena bentuk represifitasnya dibentuk dikemas dalam bentuk yang lain tetapi kejamnya sama. Otoriternya sama tapi dibungkus layaknya seorang yang innocent yang tak berdosa," katanya.

Gielbran lalu menyinggung soal dinasti politik yang tak mencerminkan nilai-nilai UGM. Oleh karena itu, dia pun menilai Jokowi pantas disebut alumnus UGM paling memalukan.

"Beliau yang secara vulgar terpampang di depan mata kita, sehingga saya rasa tadi tidak ada momentum lain selain sekarang untuk menobatkan beliau sebagai alumnus UGM yang paling memalukan," ujar dia.

Respons Presiden Jokowi

Presiden Jokowi merespons santai soal gelar 'alumnus paling memalukan' dari BEM KM UGM. Jokowi menyatakan dalam demokrasi hal itu boleh-boleh saja.

"Ya itu proses demokrasi, boleh-boleh saja," kata Jokowi kepada wartawan di Kali Sentiong, Jakarta Utara, Senin (10/12/2023), dikutip dari detikNews.

Meski begitu, Jokowi juga mengingatkan soal etika sopan santun dalam menyampaikan pendapat. Namun, Jokowi tidak lantas menganggap nominasi tersebut berlebihan.

"Tetapi perlu saya juga mengingatkan kita ini ada etika sopan santun ketimuran," ujar Jokowi saat itu.

"Ya biasa saja," kata Jokowi saat ditanya apakah nominasi yang disematkan kepada dirinya itu berlebihan atau tidak.

'Jokowi Alumnus UGM Paling Membanggakan'

Muncul sebuah baliho bertulisan 'Jokowi Alumnus UGM Paling Membanggakan' di kawasan utara Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM). Pemberian gelar itu dilakukan oleh pihak yang mengatasnamakan diri mereka Badan Etik Mahasiswa (BEM) UGM.

Berdasarkan informasi yang diperoleh detikJogja Jumat (15/12/2023), aksi simbolis pemberian gelar itu sejatinya akan digelar Badan Etik Mahasiswa UGM pada pukul 14.00 WIB. Bahkan, undangan aksi tersebut sudah tersebar luas. Tetapi agenda itu dikabarkan batal.

Meski begitu, sekitar pukul 17.38 WIB, ada sejumlah orang membawa baliho dengan tulisan tersebut dan memasangnya di depan Bundaran UGM. Orang yang mengatur pemasangan baliho itu tidak bersedia diwawancarai saat ditemui detikJogja.

Inilah baliho bertuliskan 'Jokowi Alumnus Paling Membanggakan' yang muncul di Bundaran UGM.Baliho bertulis 'Jokowi Alumnus UGM Paling Membanggakan' yang muncul di Bundaran UGM. Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja

Pengamatan detikJogja, baliho bertulisan 'Jokowi Alumnus UGM Paling Membanggakan' itu mirip dengan yang dipasang BEM KM UGM.

Dalam baliho itu bertuliskan 'BEM UGM (Badan Etik Mahasiswa UGM) Presents Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Membanggakan'. Di bawahnya tertulis 'Presiden Pertama Dari UGM' dan Mr Joko Widodo' dan di pojok bawah terdapat tulisan 'CP: Feri Cadang' lengkap dengan nomor ponselnya.

Pada banner itu, foto Jokowi diedit sedemikian rupa dengan latar gedung istana dan gedung UGM. Sementara foto Jokowi diedit memakai jas serta mahkota dan jas almamater UGM dan caping.

Saat dihubungi, Feri Agung Hermawan atau Feri Cadang yang nomornya tertera di baliho itu mengaku sebagai ketua Badan Etik Mahasiswa UGM. Namun, dia menyatakan menarik diri dari aksi yang batal digelar.

"Untuk aksi di bundaran UGM saya tegaskan sekali lagi saya hanya salah satu bagian dari sekumpulan massa yang punya keresahan yang sama terhadap pernyataan saudara Gielbran, dan saya berpartisipasi demi terwujudnya gerakan yang tidak berfokus pada figur tetapi independen, dan saat saya tadi mau berpartisipasi, saya menemukan alasan pribadi untuk tidak berpartisipasi," kata Feri dalam pesan singkatnya, Jumat (15/12/2023).

"Sebab saya anggap ada sebagian hal-hal yang kontraproduktif terhadap gerakan yang seharusnya. Sehingga sikap pribadi saya menarik seluruh kontribusi pada aksi ini," imbuhnya.




(rih/aku)

Hide Ads