Rumah Sakit Mata Dr. Yap telah melayani masyarakat selama 100 tahun dalam mengobati berbagai penyakit mata. Di balik berdirinya rumah sakit ini, terdapat peran besar Dr. Yap Hong Tjoen sebagai dokter spesialis mata yang humanis dan berjiwa sosial tinggi untuk menyembuhkan penyakit mata masyarakat semasa penjajahan Belanda sekaligus menerampilkan masyarakat tunanetra. Seperti apa kisahnya? Simak ceritanya berikut ini.
Mengutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Dr. Yap Hong Tjoen merupakan seorang pelajar keturunan Tionghoa yang bersekolah di Universitas Leiden di Belanda untuk mendalami ilmu kedokteran spesialis penyakit mata atau ophthalmologist.
Diceritakan oleh Dwi Anna Sitoresmi (70), Penanggung Jawab Pengelola Museum Mata Dr. Yap Prawirohusodo, alasan terbesar Dr. Yap mendalami ilmu penyakit mata atas keprihatinannya melihat banyak masyarakat pribumi saat itu mengalami penyakit trachoma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dr. Yap kenapa ngambil ilmu mata? Waktu penjajahan itu melihat rakyat menderita sakit mata yang namanya trachoma, yang matanya sering kedip-kedip. Karena itulah dia belajar ilmu mata di Belanda, di Universiteit Leiden," jelas Anna saat ditemui detikJogja, Rabu (29/11/2023).
Selama sembilan tahun, Dr. Yap belajar di Belanda hingga akhirnya lulus pada tahun 1919 dan kembali ke Indonesia untuk menularkan ilmunya. Karena pada saat itu Dr. Yap Hong Tjoen adalah dokter spesialis mata satu-satunya.
"Dia (Dr. Yap) pulang ke Indonesia untuk menularkan ilmunya karena dia waktu itu jadi satu-satunya dokter spesialis mata di Indonesia. Dr. Yap bekerja satu tahun di RS CBS atau sekarang dikenal dengan RS Cipto Mangunkusumo. Kemudian pindah ke bandung di RS Wilhelmina selama satu tahun juga." ucap Anna.
Mendirikan Klinik Penyakit Mata Gratis
Tahun 1920 Dr. Yap mulai mendirikan klinik mata bagi masyarakat pribumi. Klinik tersebut didirikan di Jogja, tepatnya di Gondolayu yang mengobati masyarakat tanpa dipungut biaya bagi masyarakat yang kurang mampu.
Dr. Yap sejak saat itu dikenal sebagai dokter yang humanis dan berjiwa sosial tinggi. Selain itu, beliau juga dikenal 'galak' dalam kebersihan dan segi higienis rumah sakit. Dr. Yap tidak membeda-bedakan kaum miskin ataupun kaya, bahkan Dr. Yap menggratiskan pasien yang kurang mampu saat itu.
"1920 mendirikan klinik di gondolayu yang sekarang jadi Kantor Pos kecil sebelah timurnya Hotel Santika. Di situ banyak yang datang karena waktu itu pengobatannya digratiskan sama Dr. Yap," ungkap Anna
"Di klinik itu Dr. Yap memeriksa, mengobati, merawat pasien-pasiennya gratis, khususnya masyarakat yang kurang mampu. Beliau ini jiwa sosialnya sangat tinggi," tambahnya.
Mendirikan Balai Mardi Wuto Untuk Pengembangan Keterampilan Masyarakat Tunanetra
Selain mendirikan rumah sakit, Dr. Yap juga mendirikan lembaga sosial yang berfokus pada pembinaan penderita tunanetra, yaitu Balai Mardi Wuto pada 12 September 1926. Balai Mardi Wuto sebelumnya bernama Blinden Institute yang lokasinya berada di sebelah barat Rumah Sakit Mata Dr. Yap.
"Dr. Yap mendirikan Blinde Institute sebagai rumah untuk mendidik rumah orang-orang buta. Jadi setiap minggu beliau blusukan ke desa-desa mencari orang-orang yang sakit mata ada yg bisa disembuhkan ada yang tidak atau buta. Nah, yang buta itu dibawa ke Blinden Institute dirawat, dididik, dan diterampilkan," kata Anna.
Blinden Institute ini dibuat oleh Dr. Yap atas dasar humanis yakni memberikan pendidikan keterampilan kepada masyarakat penyandang tunanetra dengan berkembang dan memiliki skill keterampilan dengan tujuan dapat meningkatkan taraf hidupnya.
"Blinden Institute dibuat semacam panti untuk merawat dan memberikan keterampilan pijat, kemudian membaca menulis huruf Braille. Tidak hanya itu, keterampilan yang diajarkan lainnya seperti membuat tahu tempe, bikin keset dari sabut kelapa," cerita Anna.
"Setelah mereka pandai dan terampil dipulangkan ke desanya supaya keterampilan yang diajarkan bisa digunakan untuk mendapatkan uang," imbuhnya.
Berdirinya Rumah Sakit Mata Dr. Yap
Rumah Sakit Mata Dr. Yap didirikan pada 21 November 1922. Kala itu awalnya rumah sakit mata bernama Prinses Juliana Gasthuls voor Ooglijders, yang artinya adalah Rumah Sakit Puteri Juliana untuk Penderita Penyakit Mata.
"Pada tahun 1922 dia mendirikan rumah sakit mata, tapi sebelumnya nama rumah sakit mata ini adalah Rumah Sakit Prinses Juliana Gasthuls voor Ooglijders yang kira kira arti harfiahnya RS Ratu Julianan yang diperuntukan untuk orang-orang yang sakit mata," cerita Anna.
"Rumah sakit mata ini sendiri sudah 100 tahun, Mei kemarin kita memperingati itu 100 tahunnya. Rumah sakit ini sampai sekarang bangunannya nggak berubah, maka ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya," tambahnya.
Saat rumah sakit pertama dibuka, rumah sakit Dr. Yap hanya memiliki satu dokter spesialis mata yaitu Dr. Yap Hong Tjoen seorang. Beliau dibantu tiga mantri dan perawat yang melayani pasien rawat jalan.
"Setelah rumah sakit, juga dokter satu-satunya cuman dia (Dr. Yap Hong Tjoen) pas 1922 itu. Akhirnya dia ambil suster Belanda untuk membantu ngajari coro-corone (langkah-langkah), karena jaman dulu belum ada manajemen seperti sekarang. Dokter yo nyapu, yo periksa, yo nulis," jelas Anna.
"Berubah itu kan karena pas Belanda kalah, kemudian 1942 Jepang kan benci banget apa-apa yang berhubungan dan berbau Belanda, itu terus diganti jadi Rumah Sakit Dr. Yap. Kenapa Dr. Yap karena dia berjasa," jelas Anna.
Memasuki tahun 1949, Dr. Yap Hong Tjoen menurunkan kepengurusan rumah sakit dan Balai Mardi Wuto kepada putranya yang bernama Dr. Yap Kie Tiong yang memang sejak awal sudah dipersiapkan untuk menjadi penerusnya.
"Setelah tua, beliau menyerahkan seluruhnya kepada anaknya. Kemudian dia beserta istri dan anak-anaknya pindah ke Belanda ke tempat tinggal disana sampai dengan meninggalnya. Anaknya itu juga meninggal tahun 1969. Sebelum meninggal, ditulis surat wasiat bahwa kalau dulu rumah sakit ini kan milik keluarga, dan akhirnya diserahkan ke pemerintah daerah," jelas Anna.
Artikel ini ditulis oleh Fiesta Inka Purwoko dan Steffy Gracia peserta magang bersertifikat di detikcom.
(aku/aku)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM