Teks khutbah Jumat di bulan Jumadil Awal perlu disiapkan oleh siapapun yang hendak bertugas sebagai khatib. Mari simak contoh teks khutbah Jumat tentang cerminan akhlak mulia berikut.
Minggu ini umat Islam bertemu dengan bulan Jumadil Awal. Sama seperti bulan Hijriah lainnya, pada Jumadil Awal juga terdapat ibadah sholat Jumat yang berisi khutbah dan dilakukan oleh laki-laki muslim.
Oleh karena itu, kaum muslim yang mendapat tugas untuk menyampaikan khutbah Jumat di bulan Jumadil Awal, penting sekali untuk mempersiapkan teks khutbah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh Teks Khutbah Jumat Jumadil Awal
Berikut ini contoh teks khutbah Jumat di bulan Jumadil Awal tentang cerminan akhlak mulia seseorang. Contoh teks khutbah berikut dikutip dari laman NU Online.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Mengawali khutbah Jumat pada kesempatan mulia kali ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Pesan penting tentang ketakwaan ini wajib disampaikan oleh setiap khatib karena menjadi salah satu rukun dalam khutbah Jumat. Artinya, jika tidak menyampaikan wasiat tentang takwa, maka tidak lengkaplah rukun khutbah Jumat yang bisa berdampak kepada tidak sahnya rangkaian shalat Jumat yang dilakukan.
Wujud ketakwaan ini adalah dengan patuh menjalankan perintah Allah dan ikhlas meninggalkan larangan-larangan-Nya. Jika ketakwaan sudah terpatri dalam diri setiap kita, maka insyaallah kita mampu menjaga keimanan dan keislaman kita dengan kuat. Ketakwaan, keimanan, dan keislaman merupakan paket lengkap sebagai modal dalam mengarungi kehidupan dunia agar senantiasa tetap di jalan Allah swt. Pesan ini sering disampaikan para khatib dalam khutbahnya melalui ayat Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 102:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ Baca Juga
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."
Pada kesempatan kali ini, khatib juga mengajak kepada jamaah Jumat untuk senantiasa mengingat apa yang sering disampaikan bilal sebelum khatib naik mimbar melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ أَنْصِتْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
Artinya: "Apabila kamu berkata kepada temanmu "diamlah" pada hari Jumat, sementara imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat tiada guna." [HR al-Bukhari]
Melalui hadits ini, kita diingatkan untuk menjadi pribadi yang bisa menjaga diri untuk tidak banyak berbicara dan memahami situasi dan kondisi di mana, kapan, dan dengan siapa kita berbicara. Hal ini penting kita ingat dan aplikasikan bukan hanya pada saat khatib sedang menyampaikan khutbah saja, namun juga dalam aktivitas interaksi dengan orang lain dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Kecenderungan manusia memang suka didengarkan daripada mendengarkan. Kita bisa amati bersama dalam sebuah forum bisa dipastikan ada saja orang yang mendominasi pembicaraan dan tidak mau mengalah dengan pendapatnya. Ketika menanggapi pembicaraan orang lain, ia pun cenderung mengedepankan ke-aku-annya dengan menonjolkan diri dengan apa yang dimilikinya. Banyak orang yang dalam sebuah forum masih saja tidak memahami orang lain. Sebaliknya, ia selalu ingin dipahami oleh orang yang diajak berbicara.
Tentu ini manusiawi. Namun jika kadarnya terlalu sering malah akan menjadikan kontraproduktif dan mengakibatkan dampak negatif dalam interaksi dan komunikasi. Jika komunikasi tidak berimbang dan tidak berlangsung dengan baik, maka orang lain akan bosan dan tidak menanggapi apa yang sedang dibicarakan. Imam al-Lu'lui mengatakan dalam syair Adabut Thalab:
وَفِي كَثِيْرِ الْقَوْلِ بَعْضُ الْمَقْتِ
Artinya: "Dalam banyaknya bicara dapat menimbulkan sebagian kebencian."
Sehingga, di sinilah pentingnya keseimbangan dalam berbicara. Ada kalanya kita berbicara, namun ada kalanya kita mendengarkan. Kita perlu renungkan bahwa Allah swt menciptakan telinga lebih banyak dari mulut. Allah memberi karunia dua telinga di bagian kepala sebelah kiri dan kanan. Sementara mulut diciptakan oleh Allah swt satu buah. Hal ini sebenarnya memiliki hikmah yang mendalam bahwa kita diingatkan untuk lebih banyak mendengar daripada banyak berbicara.
Saat berbicara pun, kita harus memperhatikan dengan siapa kita berbicara. Kita harus bisa memahami gerak-gerik, karakter, tingkat pemahaman dari orang yang diajak berbicara dan mengedepankan akhlakul karimah, tidak sombong dan tidak membangga-banggakan diri. Kita juga diingatkan untuk selalu introspeksi terhadap kekurangan diri dan menanggalkan sikap senang mengoreksi kekurangan-kekurangan orang lain.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Terkait dengan komunikasi Rasulullah saw pun telah mengingatkan umat Islam untuk memiliki tata krama dan etika. Dalam haditsnya, kita diingatkan untuk benar-benar berpikir matang pada apa yang akan kita ucapkan. Kita harus mempertimbangkan manfaat serta mudarat, keuntungan dan kerugian, serta apakah akan berdampak negatif atau positif. Dalam haditsnya Rasulullah bersabda yang artinya: "Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam." (HR Bukhari dan Muslim).
Lisan kita ibarat pisau yang bermanfaat jika digunakan untuk hal-hal yang baik. Namun sebaliknya akan membawa bencana jika digunakan dengan tidak bijak. Bukan hanya melukai diri sendiri, namun bisa melukai orang lain. Bukan hanya luka yang bisa sembuh dalam waktu pendek, namun luka dalam hati yang bisa saja terus bersemayam dalam hati.
Rasulullah mengingatkan dalam haditsnya yang artinya: "Mayoritas kesalahan anak Adam adalah pada lidahnya." (HR. Thabrani). Rasulullah juga mengingatkan "Bertakwalah kalian di manapun kalian berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan yang mana itu bisa menghapusnya, dan pergaulilah orang-orang dengan akhlak yang baik" (HR Imam At-Turmudzi).
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Dengan penjelasan ini, mudah-mudahan kita senantiasa dianugerahi hati yang jernih yang terwujud dalam sikap dan perkataan lisan kita. Semoga Allah swt senantiasa menjaga lisan kita untuk tidak banyak berbicara hal-hal yang tidak penting.
Semoga kita senantiasa bisa berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita dengan akhlak yang baik dan mulia sehingga kedamaian dan kebahagiaan akan senantiasa tercipta. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Demikian contoh teks khutbah Jumat di bulan Jumadil Awal tentang cerminan akhlak mulia manusia. Semoga bermanfaat.
(cln/ahr)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM