Sendang Planangan di pekarangan belakang rumah warga Padukuhan Banaran V, Kalurahan Banaran, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul, dinormalisasi warga. Sendang itu lama tak dimanfaatkan sejak warga menggunakan air PDAM.
Warga yang rumahnya dekat dengan sendang itu, Supranoto (40) mengatakan Sendang Planangan dulu dimanfaatkan warga untuk air minum, memasak, mandi, dan untuk minum ternak.
Pantauan detikJogja di lokasi, Minggu (29/10), sendang itu tampak dangkal sebab tanah masih menutupi sumber airnya. Sumber air itu berbentuk segi empat berukuran 2 x 1,2 meter.
Di situ juga terdapat tempat pemandian yang kedalamannya sekitar 50 sentimeter, dibatasi batu sepanjang 2,5 meter dan tembok dari batu kapur.
Kemarin, komunitas resan menginisiasi kegiatan menormalisasi mata air yang tertutup tanah itu, juga pemandian lawas di sampingnya. Normalisasi dua mata air itu dilakukan dengan cara dikeruk. Linggis, cangkul, gancu, tampar, mesin penyedot air, hingga garpu rumput pun digunakan.
Setelah digali sejak pukul 09.00 WIB, airnya mulai keluar pada pukul 10.42 WIB. Warga menyambut kemunculan air itu dengan semringah.
Pengerukan dilanjutkan hingga pukul 14.30 WIB. Air sudah nampak bening meski hanya mengalir sedikit. Warga lalu melepas penat sembari menikmati suguhan.
"Dulunya pengambilan air di sini untuk mandi dan minum. Kalau untuk keperluan mengairi sawah itu tidak," kata Supranoto kepada detikJogja di lokasi, Minggu (29/10/2023).
Dulu, Sendang Planangan juga biasa digunakan untuk wuwung atau mandi nifas bagi perempuan yang sehabis melahirkan. "Untuk wuwung (mandi nifas) juga," imbuhnya.
Sendang Planangan dulunya juga dimanfaatkan oleh warga dari dua padukuhan tetangga. "Ini memang dikonsumsi banyak orang, warga dusun sebelah itu sampai ke sini juga. Bisa dipakai sampai 3 dusun," ucap Supranoto.
Warga juga memanfaatkan air sendang itu untuk menggemburkan tanah yang keras saat hendak memanen kacang.
Supranoto menambahkan, masyarakat sekitar sudah lama tidak memanfaatkan mata air Sendang Planangan. "Kemungkinan dari tahun 90-an itu belum dikeruk," jelasnya.
Pengerukan itu dilakukan, kata Supranoto, agar kembali memberi manfaat meskipun warga telah menggunakan air dari PDAM.
Supranoto menuturkan, Sendang Planangan itu lebih dulu ada sebelum nama Desa Banaran dikenal.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(dil/dil)