Serangan monyet ekor panjang di Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunungkidul tidak hanya mengganggu aktivitas warga. Lebih parah, warga kehilangan lahan untuk bertani karena terus diganggu oleh monyet ekor panjang (MEP).
Salah seorang petani asa Padukuhan Ngawen, Sumardi mengatakan, dirinya memiliki lahan di gunung sekitar satu hektare yang dulunya produktif. Namun semenjak ada MEP, dia tidak lagi menanami lahannya.
"Sekitar satu hektare. Sebelum ada monyet, lumbung pangan saya di sana mas. Bisa ditanemi macem-macem. Pas ada monyet sekitar 5 tahunan ya tidak ditanemi karena ada monyet. Hampir semua keluh kesahnya sama dengan bapak," papar Sumardi kepada detikJogja saat ditemui, Rabu (25/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan monyet juga membuat Sumardi harus merugi jutaan rupiah. Hal ini karena tanaman yang ditanamnya tidak bisa dipanen karena habis dimakan MEP.
"Kalau musim tanam dikalkulasi itu sekitar Rp 2 jutaan, benihnya aja kita beli mas. Sudah mahal dan kita tanam kita nggak bisa ngunduh panennya," jelasnya.
Padahal penghasilan selama bertani, kata Sumardi, dia bisa membiayai kuliah dan sekolah anaknya.
"Dulu biayain anak kuliahan dari pertanian. Dulu hasil pertanian untuk biayai sekolah itu sudah cukup," jelasnya.
4 Dukuh Terdampak
Menurut Kartinem, Dukuh Ngawen, Kapanewon Kampung, Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, ada setidaknya empat padukuhan di Kalurahan Kampung yang terdampak hama MEP. Kartinem menyebutkan, padukuhan tersebut yakni Ngawen, Gununggambar, Suru, dan Gelaran.
Kartinem menjelaskan, masyarakat tidak dapat menanggulangi serangan MEP tersebut. Warga di sana, kata Kartinem, juga sudah berkeluh kesah ke pihak pemerintah.
"Untuk menanggulangi, karena kita tidak bisa kita menanggulanginya kita belum menemukan, soalnya kita berkeluh kesah kepada pemerintah mereka juga tidak tahu cara penanggulangannya," papar Kartinem sast ditemui detikJogja di rumahnya, Rabu (25/10/2023).
Sebenarnya, jelas Kartinem, banyak tanaman yang bisa tumbuh di lahan tersebut, dari padi hingga singkong. Kendati demikian, ungkap Kartinem, lahan pertanian di gunung itu tidak produktif akibat serangan MEP.
Kartinem menyebutkan, setidaknya ada 20 hektare lahan di gunung yang terganggu.
"Ada 20 hektar lebih (lahan di gunung, red). Selama 5 tahun ini ada yang produktif tetapi harus ditunggu, tapi lebih banyak yang tidak produktif," paparnya.
(apl/apl)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang