El Nino merupakan fenomena iklim yang dapat menyebabkan kemarau panjang dan cuaca ekstrem di berbagai wilayah. Lantas, apa penyebab El Nino dan bagaimana dampaknya?
Dikutip dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2023. Kemudian, pada bulan November terjadi transisi musim kemarau ke musim hujan.
Fenomena ini sangat diwaspadai oleh berbagai negara, sebab berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional karena terancam gagal panen. Berikut ini uraian singkat seputar El Nino.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu El Nino?
Mengutip laman resmi BMKG, El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah.
Jika pemanasan ini meningkat secara terus-menerus, maka potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik bagian tengah pun ikut meningkat. Akibatnya, curah hujan khususnya di Indonesia akan berkurang. Secara sederhana, El Nino adalah suatu fenomena alam yang memicu terjadinya kekeringan.
Istilah El Nino berasal dari Bahasa Spanyol yang artinya anak laki-laki. Awalnya, El Nino digunakan untuk menandai kondisi arus laut hangat tahunan yang mengalir ke arah selatan di sepanjang pesisir Peru dan Ekuador saat menjelang natal. Fenomena ini muncul selama berabad-abad, hingga akhirnya dinamai oleh nelayan Peru sebagai El Nino de Navidad.
Penyebab Terjadinya El Nino
Penyebab El Nino dipicu oleh peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik bagian tengah. Perubahan suhu ini akan menyebabkan pergeseran angin dan arus laut. Akibatnya, pola cuaca secara global berubah.
Mengutip laman Dinkes DIY, dalam kondisi normal, angin pasang yang kuat akan mendorong air laut dengan permukaan hangat ke Pasifik barat. Akibatnya akan menghasilkan gradien suhu yang signifikan di Samudra Pasifik dengan air yang lebih dingin sampai naik di sepanjang pantai Amerika Selatan.
Selama El Nino masih berlangsung, angin pasat akan melemah yang memungkinkan air hangat bermigrasi ke timur. Hal inilah yang mengganggu gradien suhu dan memengaruhi sirkulasi atmosfer.
Selanjutnya, perairan hangat akan melepas panas ke atmosfer. Suhu udara naik dan membentuk sistem tekanan rendah di Pasifik tengah dan timur yang mengganggu sirkulasi walker serta pola sirkulasi atmosfer yang mendorong angin pasat dan pola cuaca.
Dampak El Nino
Masih mengutip BMKG, El Nino umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia atau kekeringan. Dampak El Nino tergantung pada intensitas, durasi, dan musim yang sedang berlangsung.
Di Indonesia, El Nino akan memberikan dampak pada kondisi lebih kering sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat. Puncaknya akan terjadi pada Agustus-September 2023. BMKG memprediksi kemarau tahun ini akan lebih kering dari tiga tahun sebelumnya.
Beberapa daerah diprediksi akan memiliki curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami kekeringan yang ekstrem. Daerah tersebut meliputi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung. Seluruh Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, hingga Sulawesi Tenggara.
Selain itu, El Nino juga akan berdampak pada sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang mengandalkan air. Rendahnya curah hujan dikhawatirkan akan menyebabkan gagal panen.
El Nino juga dapat memicu risiko kebakaran hutan dan lahan meningkat. Minimnya curah hujan membuat sejumlah wilayah mengalami kekeringan, sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Itulah informasi mengenai El Nino mulai dari penyebab hingga dampaknya. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Iis Sulistiani peserta program magang bersertifikat kampus Merdeka di detikcom.
(ahr/rih)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM