Sejarah Festival Gandrung Sewu Serta Temanya dari Tahun ke Tahun

Dina Rahmawati - detikJatim
Jumat, 28 Okt 2022 00:21 WIB
Festival Gandrung Sewu 2019/Foto file: Ardian Fanani
Banyuwangi -

Sebagai daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan, Kabupaten Banyuwangi memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Kebudayaan tersebut diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, hingga Eropa.

Salah satu produk kebudayaan Kabupaten Banyuwangi adalah Tari Gandrung. Melansir laman Kemdikbud, Tari Gandrung menjadi ungkapan rasa syukur masyarakat Kabupaten Banyuwangi setiap habis panen.

Tari Gandrung dipentaskan dalam bentuk berpasangan antara penari perempuan dan laki-laki. Tari Gandrung biasanya diiringi dengan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.

Untuk menarik minat masyarakat dan generasi muda terhadap Tari Gandrung, beberapa seniman dan pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengadakan Festival Gandrung Sewu. Festival ini menampilkan lebih dari seribu penari Gandrung.

Sejarah Festival Gandrung Sewu

Mengutip sebuah studi dari Universitas Jember, cikal bakal Festival Gandrung Sewu telah ada sejak 1970-an. Saat itu, Bupati Banyuwangi Djoko Supaat Slamet membuat kebijakan untuk merevitalisasi kebudayaan daerah.

Hal ini karena Bupati Djoko Supaat Slamat menginginkan agar kesenian asli Kabupaten Banyuwangi dapat dikembangkan kembali. Mulai dari lagu-lagu daerah hingga beberapa kesenian seperti Tari Gandrung.

Pada Juli 1974, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengadakan Festival Gandrung untuk pertama kalinya. Pemenang dalam festival tersebut kemudian melakukan rekaman di tahun 1975.

Kemudian, para seniman dan budayawan Kabupaten Banyuwangi membentuk Dewan Kesenian Blambangan (DKB) pada tahun 1978. Pembentukan DKB bertujuan untuk melestarikan dan menjaga seni budaya Kabupaten Banyuwangi.

Sayangnya, Festival Gandrung tersebut tidak berkelanjutan pada tahun-tahun selanjutnya. Hingga pada tahun 2012, Bupati Abdullah Azwar Anas ingin meneruskan kembali kebijakan Djoko Supaat Slamet dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian asli Kabupaten Banyuwangi.

Maka dari itu, Anas meminta bantuan kepada para seniman Kabupaten Banyuwangi untuk membuat atau mengadakan sebuah pertunjukan yang spektakuler. Akhirnya, dibentuklah Festival Gandrung Sewu.

Pencetus ide Festival Gandrung Sewu adalah Paguyuban Pelatih Seniman dan Tari Banyuwangi (Patih Senawangi) yang diketuai oleh Suko Prayitno.

Sebenarnya, istilah Festival Gandrung Sewu sudah dikemukakan sejak tahun 2006. Namun, Festival Gandrung Sewu tidak dapat langsung dilaksanakan karena kekurangan jumlah pakaian dan penari.

Festival Gandrung Sewu baru mulai diselenggarakan pada 2012 yang bertempat di Pantai Boom Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dasar Festival Gandrung Sewu adalah untuk mempersatukan aneka ragam perbedaan kultur di Kabupaten Banyuwangi.

Festival Gandrung Sewu melibatkan lebih dari seribu penari Gandrung dari jenjang SD, SMP, dan SMA yang memiliki tinggi badan minimal 140 cm.

Pada 2013, Patih Senawangi berusaha keras agar Festival Gandrung Sewu dapat tetap terlaksana dengan baik. Saat itu, Patih Senawangi sempat kesulitan dalam mencari bantuan untuk keperluan Festival Gandrung Sewu karena tidak mendapat dukungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Di tahun berikutnya, Pemkab kembali ikut andil dalam pelaksanaan Festival Gandrung Sewu. Pemkab juga menetapkan sejumlah peraturan yang harus dijalankan agar Festival Gandrung Sewu lebih tertata dengan lebih baik.

Dalam pelaksanaan Festival Gandrung Sewu, Pemkab beserta para seniman pasti mengangkat tema yang berbeda-beda.



Simak Video "Memakai Pakaian Tari Gandrung yang Berornamen Gajah Oling di Banyuwangi"

(sun/iwd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork