Banyuwangi di Jawa Timur dikenal sebagai daerah yang kaya akan tradisi budaya. Salah satu yang paling ikonik adalah Meras Gandrung, sebuah upacara adat yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kelahiran seni tari Gandrung Banyuwangi.
Tradisi ini bukan hanya sekadar prosesi budaya, melainkan juga ritual sakral yang melambangkan transformasi seorang penari Gandrung dari tahap awal menuju kesiapannya tampil di hadapan masyarakat luas. Hingga kini, Meras Gandrung masih dipertahankan oleh masyarakat Using Banyuwangi sebagai bentuk penghormatan pada leluhur sekaligus pelestarian warisan budaya.
Berikut penjelasan tentang Meras Gandrung, dikutip dari berbagai sumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah dan Asal-usul Meras Gandrung
Tradisi Meras Gandrung sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Upacara ini berawal dari keyakinan masyarakat Using bahwa seorang penari Gandrung tidak bisa begitu saja menari di hadapan publik. Ada proses khusus yang harus dilalui agar penari dianggap sah menjadi bagian dari kesenian Gandrung. Dalam budaya Using, Gandrung bukan hanya sekadar tarian hiburan, melainkan juga sarat makna simbolis sebagai ungkapan rasa syukur dan doa keselamatan.
Pada masa lalu, Meras Gandrung dilakukan setiap kali ada penari baru yang akan naik pentas untuk pertama kalinya. Prosesi ini dianggap sebagai ritual inisiasi, mirip seperti upacara adat lain di Nusantara yang menandai perubahan status seseorang dalam kehidupan sosial dan budaya.
Prosesi Pelaksanaan Meras Gandrung
Meras Gandrung biasanya dilakukan di rumah calon penari Gandrung. Prosesi dipimpin oleh sesepuh adat atau pawang seni yang paham tentang tata cara ritual. Acara diawali dengan doa bersama, persembahan sesaji, serta tabuhan musik tradisional khas Banyuwangi seperti kendang, gong, dan biola.
Calon penari Gandrung akan mengenakan busana khas Gandrung, lengkap dengan mahkota yang disebut omprok. Dalam prosesi, ia akan menari untuk pertama kalinya di hadapan para tamu dan masyarakat. Kehadiran keluarga besar serta tetangga menjadi bagian penting karena Meras Gandrung adalah perayaan kolektif, bukan hanya acara pribadi.
Ritual ini juga disertai dengan sajian makanan khas sebagai bentuk syukuran. Biasanya hidangan berupa tumpeng, ayam ingkung, serta jajanan tradisional. Semua elemen dalam prosesi memiliki makna: doa untuk keselamatan penari, harapan agar ia bisa membawa nama baik kesenian Banyuwangi, serta simbol kebersamaan masyarakat.
Makna Filosofis Meras Gandrung
Lebih dari sekadar ritual penyambutan, Meras Gandrung menyimpan banyak filosofi. Ia melambangkan transformasi seorang anak muda yang siap mengemban peran sebagai duta budaya. Tari Gandrung sendiri dikenal sebagai tarian penyambut tamu yang sarat makna keramahtamahan. Dengan melewati ritual Meras Gandrung, penari dianggap telah "diberkati" sehingga pantas tampil di panggung dan menghibur masyarakat.
Selain itu, tradisi ini juga mempertegas identitas budaya osing Banyuwangi. Dalam dunia modern yang serba cepat, Meras Gandrung menjadi pengingat bahwa setiap karya seni lahir dari akar tradisi dan spiritualitas masyarakat.
Jadwal Sendratari Meras Gandrung 2025
Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan tradisi ini, berikut jadwal Sendratari Meras Gandrung 2025 di Taman Gandrung Terakota:
- Minggu, 7 September 2025
- Minggu, 5 Oktober 2025
- Minggu, 30 November 2025
- Minggu, 28 Desember 2025
Pertunjukan ini menjadi kesempatan emas untuk melihat langsung prosesi budaya sakral yang diolah menjadi tontonan penuh estetika. Dengan latar alam Banyuwangi yang indah, pengalaman menonton Sendratari Meras Gandrung akan meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang hadir.
Meras Gandrung adalah bukti betapa kuatnya akar budaya Banyuwangi dalam menjaga warisan leluhur. Ia bukan sekadar ritual, melainkan simbol persatuan, penghormatan, dan identitas masyarakat 0sing. Dengan adanya jadwal Tari Meras Gandrung 2025, masyarakat luas diundang untuk ikut menyaksikan sekaligus merayakan kekayaan tradisi ini.
(auh/ihc)