Selama 18 hari di ICU RSSA Kota Malang, keluarga Reyvano Dwi Afriansyah (17) hanya bisa berdoa dan berpasrah pada Ilahi. Saban hari, orangtuanya, Arif dan Yayuk bertanya ke dokter soal anaknya, apakah besok masih hidup atau telah tiada.
Reyvano adalah korban meninggal dunia ke-134 dalam Tragedi Kanjuruhan. Sebelum meninggal, ia dirawat di ICU dengan ventilator.
Selama 18 hari, keluarga tak bisa berada di sisi Reyvano. Mereka hanya bisa menilik anaknya dari kejauhan.
Perwakilan tim gabungan Aremania Sutikno mengatakan, keluarga hanya bisa berdoa yang terbaik bagi almarhum ketika berjuang melawan sakitnya. Karena saat dirawat, keluarga tak bisa berada di samping Reyvano.
Namun, mereka senantiasa menunggu di luar ICU. Bahkan Sutikno menyebut, sambil menangis, keluarga Reyvano selalu menanyakan hal yang sama pada dokter.
Pertanyaan ini bukan tanpa alasan, mengingat kondisi Reyvano kritis.
"Hanya ada dua pertanyaan, anakku besok mati atau hidup. Hanya itu, sambil menangis. Hanya itu yang bisa ditanyakan setiap hari, setiap malam," ungkap Sutikno usai pemakaman Reyvano di Kebonsari Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Jumat (21/10/2022).
Sutikno menuturkan, Reyvano mengalami koma sejak dirawat di ICU RSSA. Kondisinya tidak sadar keluarga tak bisa berada di samping Reyvano selama di ICU.
"Yang jelas kondisi pasien di ICU mulai dari awal masuk hingga akhir seperti almarhum memang koma, tidak sadar. Keluarga hanya bisa menunggu, kalau ada perkembangan pasien dipanggil oleh dokter," terangnya.
Simak Video "Video: Piala Presiden Akan Diikuti 6 Tim, Ada Port FC-Oxford United"
(hil/fat)