Pabrik gula merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian pada masa kolonial. Di Jawa Timur, beberapa pabrik gula tumbuh dan berkembang sebagai pusat industri yang mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Salah satunya adalah Pabrik Gula (PG) Ngadirejo, unit usaha di bawah PT Perkebunan Nusantara X, yang berlokasi di Desa Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Pabrik ini memiliki rekam jejak panjang sejak masa kolonialisme hingga memasuki era kemerdekaan Indonesia.
Berdiri di kawasan dengan ketinggian sekitar 80 meter di atas permukaan laut (mdpl), PG Ngadirejo berada di atas tanah regosol, alluvial, dan mediteran,jenis tanah yang sangat mendukung budidaya tebu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi geografis ini membuat kawasan Kras menjadi lokasi strategis bagi industri gula, sekaligus menjadi magnet migrasi. Pada masa awal berdirinya, banyak penduduk dari Jawa Tengah yang hijrah ke Kediri untuk bekerja di pabrik gula yang sedang berkembang pesat ini.
Sejarah Pendirian PG Djatiroto
Mengutip keterangan dari Kominfo Jatimprov, PG Ngadirejo dibangun pada tahun 1912 oleh perusahaan swasta Belanda NV HVA (Handels Vereniging Amsterdam). Pada masa itu, diterapkan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) yang mewajibkan para petani menanam tebu untuk diolah menjadi gula di pabrik.
PG Djatiroto, eks PTPN XI Foto: Dok. Istimewa |
Pada era kejayaannya, PG Ngadirejo mampu mempekerjakan ribuan buruh dari desa-desa sekitar. Produksi gula yang dihasilkan diekspor hingga ke benua Eropa melalui Pelabuhan Surabaya. Peran industri ini tidak hanya dirasakan dari sisi ekonomi, tetapi membawa perubahan sosial dan infrastruktur di wilayah Kediri.
Salah satu bukti pengaruh besar industri gula adalah berdirinya sekolah Volksonderwijs (SVO) dan Sekolah Taman Kanak-Kanak (STK). Fasilitas pendidikan ini disediakan untuk anak-anak para karyawan pabrik dan masyarakat sekitar.
Pembangunan sarana pendidikan tersebut mendorong meningkatnya jumlah anak yang bisa menyelesaikan pendidikan dasar, sekaligus mencerminkan antusiasme masyarakat terhadap pendidikan.
PG Ngadirejo dalam Pendudukan Jepang
Meski pernah berjaya, PG Ngadirejo juga mengalami masa kelam pada periode 1930-1942. Krisis global akibat kejatuhan pasar saham New York memicu depresi besar-besaran yang dikenal sebagai krisis malaise.
Dampaknya melumpuhkan industri gula di berbagai negara, termasuk Indonesia. Produksi menurun drastis dan banyak pabrik gula mengalami stagnasi, termasuk PG Ngadirejo yang turut menjadi saksi bisu fluktuasi ekonomi dunia.
Area dalam Pabrik gula Ngadirejo di Kediri Foto: Instagram @pgngadiredjo |
Pada tahun 1942 hingga 1945, setelah Belanda dipukul mundur, pabrik ini dikuasai Jepang. Namun, setelah pendudukan Jepang berakhir, Belanda kembali mengambil alih pada tahun 1957.
Tak berselang lama, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi terhadap seluruh perusahaan Belanda, termasuk NV HVA. Sejak itu, PG Ngadirejo resmi berada di bawah pengelolaan Indonesia.
Memasuki masa modern, PG Ngadirejo dihadapkan pada tantangan baru seperti masuknya gula impor murah, produktivitas tebu yang menurun, serta usia mesin dan bangunan pabrik yang mulai menua dan membutuhkan pembaruan.
Kondisi PG Ngadirejo Saat Ini
Hingga kini, Pabrik Gula Ngadirejo masih beroperasi, meski sebagian besar area pabrik telah menjadi situs bersejarah. Bangunan tua peninggalan masa kolonial tetap berdiri kokoh dan menjadi saksi perjalanan industri gula Indonesia.
Pabrik gula Ngadirejo di Kediri Foto: Instagram @pgngadiredjo |
Dengan nilai sejarah yang tinggi, kawasan pabrik memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata heritage. Aktivitas wisata yang dapat dikembangkan antara lain sebagai berikut.
- Wisata edukasi, yang mengulas sejarah industri gula serta proses produksi tebu.
- Wisata fotografi, karena arsitektur bangunan tua peninggalannya sangat fotogenik.
- Wisata budaya, yang mengangkat kehidupan masyarakat yang pernah menjadi bagian dalam sejarah PG Ngadirejo.
Tradisi Manten Tebu yang Tetap Dilestarikan
Salah satu tradisi penting di PG Ngadirejo adalah Manten Tebu, prosesi adat yang digelar menjelang dimulainya musim giling. Tradisi ini bukan penyatuan secara literal antara pabrik dan petani, tetapi merupakan wujud selamatan rakyat yang diiringi pertunjukan seni dan pasar rakyat.
Mengutip detikJatim, pada Jumat 9 Mei 2025, Pabrik Gula Ngadirejo kembali menyelenggarakan prosesi manten tebu. Sementara itu, pembukaan masa giling dijadwalkan pada 11 Mei 2025.
Tahun ini, PG Ngadirejo menargetkan penggilingan 10 juta kuintal tebu dengan proyeksi produksi gula mencapai 80 ribu ton. Selain PG Ngadirejo, beberapa pabrik gula lain di Kediri juga menjadi saksi penting perjalanan industri di masa kolonial, di antaranya sebagai berikut.
- Pabrik Gula Meritjan
- Pabrik Gula Tegowangi
- Pabrik Gula Kawarasan
- Pabrik Gula Pesantren
- Pabrik Gula Purwoasri
- Pabrik Gula Minggiran
Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(ihc/irb)














































