Wajah Jenazah 2 Putrinya Membiru Jadi Alasan Athok Desak Autopsi Kanjuruhan

Wajah Jenazah 2 Putrinya Membiru Jadi Alasan Athok Desak Autopsi Kanjuruhan

muhammad aminudin - detikJatim
Rabu, 19 Okt 2022 17:53 WIB
Keluarga korban Kanjuruhan cabut pengajuan autopsi
Athok menceritakan alasan awalnya mendesak jenazah 2 putrinya korban Kanjuruhan untuk diautopsi. (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Malang -

Keluarga korban tewas Tragedi Kanjuruhan buka-bukaan awal keinginan agar dilakukan autopsi jenazah. Awalnya, keluarga memang merasa ada yang janggal. Belakangan, keluarga mencabut pengajuan autopsi karena merasa berjuang sendirian.

Devi Athok (43), masih tak bisa menyembunyikan raut kesedihan di wajahnya. Kedua putrinya, Devi Anggraeni (16) dan Natasya Febi Anggraeni (13) meninggal saat Tragedi Kanjuruhan pecah.

Athok awalnya melihat ada kejanggalan pada jenazah kedua putri tercintanya. Makanya, dia setuju-setuju saja jika kedua jenazah putrinya yang sudah dimakamkan itu diautopsi. Dia juga mendesak Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 133 orang itu bisa diusut tuntas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditemui detikJatim di rumahnya, Athok mengungkapkan ketidakwajaran dari kematian kedua putrinya. Athok merasakan betul sisa gas air mata masih melekat di tubuh dan pakaian putrinya. Berawal dari itu lah, Athok kemudian ingin mengungkap fakta penyebab dari kematian anaknya.

"Awal Polri sampaikan bukan karena gas air mata, saya sendiri melihat langsung tubuh dan pakaian anak saya melekat sisa gas air mata," katanya, Rabu (19/10/2022).

ADVERTISEMENT

Athok tak dapat melupakan kondisi jasad kedua putrinya saat disucikan. Ia mengatakan, pada bagian dada jenazah putrinya terlihat sampai kepala membiru dan menghitam.

Kemudian di bagian hidung terus mengeluarkan darah. Kondisi serupa juga dialami jenazah putrinya yang lain. Tampak di bagian leher sampai wajah juga membiru dan menghitam.

"Tidak ada luka di bagian badan, si Nayla di hidungnya mengeluarkan busa. Waktu saya mandikan terakhir kali sebelum dimakamkan, tidak ada luka mulai leher ke bawah, lecet apapun tidak ada. Dan memang racun sampai keluar dari hidung, itu amoniak kayaknya di bajunya ada bekas darah dan berbau amoniak," tutur Athok.

Akhirnya Athok mencabut pengajuan autopsi. Apa alasannya?

Keluarga Korban Kanjuruhan Batalkan Pengajuan Autopsi

Namun, akhirnya semangat Athok untuk mempertanyakan keadilan harus pudar. Dia mengurungkan niatnya. Dia mencabut pengajuan autopsi.

Pembatalan autopsi terpaksa diputuskan, karena Athok merasa sendirian dalam mencari keadilan. Tak satupun yang mendampingi dirinya untuk menuntut keadilan atas meninggalnya kedua putrinya.

"Saya putuskan tidak (diautopsi), karena untuk apa? Saya seperti berjalan sendiri tanpa dukungan dari manapun," ujar Athok.

Ia pun menyesalkan mengapa ratusan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan lainnya tak melakukan langkah seperti dirinya. Sehingga, keadilan dituntut bukan hanya semata untuk kedua buah hatinya, melainkan bagi seluruh korban.

"Saya menjalani sendiri, menanggung resiko, buat apa?" katanya.

Sebelumnya, Kapolda Jatim Irjen Toni Harmanto mengungkapkan, batalnya autopsi tersebut bukan keputusan sepihak dari polisi. Toni mengeklaim, keluarga kedua jenazah tersebut tidak berkenan dilakukan autopsi.

"Bagaimanapun untuk pelaksanaan autopsi kita salah satunya meminta persetujuan keluarga dan hasil informasi yang saya peroleh, hingga saat ini keluarga sementara belum menghendaki untuk dilakukan autopsi," ujar Toni kepada wartawan di RS dr Syaiful Anwar (RSSA) Malang, Rabu pagi.

Dengan tidak adanya persetujuan keluarga, kata Toni, maka proses autopsi yang sudah direncanakan terpaksa batal.

Sementara, KontraS menyebut ada upaya intimidasi polisi kepada keluarga korban Tragedi Kanjuruhan agar mencabut pengajuan autopsi. Bahkan, polisi mendatangi keluarga korban Kanjuruhan dengan membawa senjata.

"Kami mendapatkan laporan keluarga korban yang setuju menjalani autopsi didatangi personel kepolisian berseragam lengkap, membawa senjata. Mereka meminta keluarga korban membatalkan pernyataan ketersediaan melakukan autopsi. Meski tidak ada ancaman verbal, ini tetap merupakan bentuk intimidasi secara persuasif," kata Sekjen Federasi KontraS Andy Irfan.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Erick Thohir Akui Tak Ada yang Mampu Obati Luka Keluarga Korban Kanjuruhan"
[Gambas:Video 20detik]
(abq/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads