Kabar Nasional

Menguak Jenis Gas Air Mata Mematikan yang Dipakai Polisi di Kanjuruhan

Tim detikX - detikJatim
Rabu, 12 Okt 2022 12:22 WIB
Polisi saat menembakkan gas air mata di Tragedi Kanjuruhan/(Foto: DW (News))
Surabaya -

Penembakan gas air mata menjadi sorotan publik atas pecahnya Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Gas air mata dituding sebagai pemicu jatuhnya ratusan korban usai laga Derby Jatim, Arema FC vs Persebaya. Gegara gas air mata, penonton berebut keluar stadion, saling injak dan berdesakan.

Melansir dari hasil investigasi tim detikX, setidaknya ada 48 tembakan gas air mata dengan lebih dari 66 peluru yang dilepaskan kepolisian pada malam itu.

Tembakan paling banyak diarahkan ke tribun selatan dan utara. Jumlah tersebut didapat dari perbandingan dan analisis 16 video yang merekam malam kelam di Stadion Kanjuruhan tersebut. Metadata berbagai video tersebut sudah teruji keasliannya.

Tim detikX mengerahkan empat orang untuk sama-sama mengecek jumlah tembakan dan letupan yang terdengar di setiap video. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam menghitung. Jumlah yang didapatkan dari satu video akan dibandingkan lagi dengan video lainnya dari sisi berbeda dan dipastikan lagi menit serta detiknya.

Analisis ini juga sudah disampaikan kepada Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo. Tapi, Dedi menyebut bahwa butuh waktu bagi tim penyidik untuk menganalisis ulang temuan tim detikX tersebut.

"Hanya sesuai info sementara, senjata gas air mata yang ditembakkan oleh oknum anggota Polri dengan total berjumlah 11 kali," kata Dedi Prasetyo kepada reporter detikX, Senin, 10 Oktober 2022.

Pintu pembuka investigasi tim detikX ini sebenarnya diawali dari temuan video milik seorang Aremania, Rinto (bukan nama sebenarnya). Rinto sendiri jadi salah satu dari 132 korban meninggal Tragedi Kanjuruhan.

Rinto sempat mengirimkan sebuah video kepada seorang temannya. Total, dia merekam tiga video detik-detik Tragedi Kanjuruhan. Dia merekam video itu dari Tribun 13 di sisi selatan atau biasa disebut Curva Sud.

"Perekam video juga jadi korban meninggal. Tapi dia sempat kirim video ke temannya pakai Share It. Jadi metadatanya aman. Kami juga nggak tahu gimana caranya," ungkap salah seorang sumber yang tidak ingin disebut nama dan institusinya ditemui di Malang, Kamis, 6 Oktober lalu.

Kembali pada penelusuran, Pasukan Antihuru-hara di Kanjuruhan memakai tipe senjata jenis Flash Ball Super Pro 44 mm. Senjata jenis ini bisa melontarkan dua peluru dalam sekali tembak. Hal itu terkonfirmasi dari foto senjata gas air mata milik kepolisian yang tim detikX dapatkan.

Selain itu, polisi juga menggunakan senjata gas air mata 1 laras dengan 3 tabung, 1 laras 5 tabung, 1 laras dengan 1 tabung, dan 2 laras jenis Flash Ball Compact produksi Varney asal Prancis.

Tim detikX juga menemukan fakta bahwa penembak gas air mata di Kanjuruhan bukan cuma satuan Brimob. Sabhara juga ikut menembakkan gas air mata. Tembakan dari Satuan Sabhara dapat terdeteksi dari daya lontarnya yang lebih jauh dibandingkan peluru gas air mata lainnya. Sedikitnya ada dua kali tembakan gas air mata yang dilepaskan oleh Satuan Sabhara dari arah tribun barat VVIP.

Jenis gas air mata yang digunakan Sabhara adalah MU53-AR. Peluru ini memiliki berat sekitar 115 gram dengan bahan utamanya adalah serbuk 2-chlorobenzalmalononitrile (CS powder). Ini terkonfirmasi juga dari foto selongsong gas air mata yang didapatkan kepolisian pada saat Tragedi Kanjuruhan.

"Yang merah ini untuk mengurai massa dalam jumlah besar," ungkap Dedi Prasetyo kepada media pada Senin, 10 Oktober 2022. "Bahwa gas air mata atau CS ini dalam skala tinggi pun tidak mematikan."

Berita selengkapnya baca di halaman selanjutnya!




(hil/dte)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork