Kesaksian Pilu Emilia Lihat Suami dan Anak Terbujur Kaku di Tragedi Kanjuruhan

Tim detikJatim - detikJatim
Kamis, 06 Okt 2022 09:48 WIB
Emilia bersama orangtuanya (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Malang -

Riuh penonton malam itu masih terngiang di ingatan Emilia. Ia tak menyangka, aksinya mendukung klub sepakbola favoritnya berujung menjadi pilu. Emilia tak akan melupakan momen mencekam saat menemui suaminya, Rudi Hartono dan anaknya terbujur kaku tak bernyawa.

Aremanita berusia 33 tahun itu kehilangan suami dan anaknya untuk selama-lamanya buntut kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10). Emilia mencoba tegar saat menceritakan malam mencekam di Tribun 13 Stadion Kanjuruhan tersebut.

Matanya tampak sembab, tak terhitung berapa banyak derai air mata yang sudah turun. Saat bercerita, suara Emilia seperti tercekat, ia masih merasa lemas menghadapi kenyataan.

Ia mengungkapkan, awalnya pertandingan berjalan seperti biasa. Riuh suporter terdengar meriah menyemangati klub kebanggaannya. Ia, suami dan anaknya juga larut dalam riuh ini.

Namun, peluit panjang yang ditiup wasit ternyata berbuah petaka. Sejumlah suporter merangsek masuk ke lapangan. Aksi ini diikuti suporter lainnya. Tak lama kemudian, terjadi gesekan di lapangan hingga terlihat sebuah benda mengeluarkan asap putih yang dilontarkan polisi ke arah Tribun 13.

Ternyata, asap putih tersebut merupakan gas air mata. Emilia mengaku awalnya tak mengetahui apa itu gas air mata. Saat itu, Emilia hanya merasakan sesak. Bergegas, sang suami mengajaknya keluar dari stadion.

Rudi langsung menggendong anaknya. Mereka turun bertiga untuk menyelamatkan diri dari sesaknya stadion. Rudi mencoba secepat mungkin keluar dari stadion yang hawanya pengap usai tembakan gas air mata.

Namun, takdir berkehendak lain, ia terpisah dengan suami dan anaknya karena harus berdesakan dan saling dorong dengan suporter lain. Hal ini dilakukan karena mereka berebut untuk menggapai pintu keluar.

"Tahu ada gas air mata, suami saya ngajak keluar. Saat itu suami menggendong anak saya. Terus ada satu orang (di belakang suami saya) itu saya. Tapi gara-gara kedorong yang di belakang, saya terpisah sama suami," pilu Emilia saat menceritakan kisahnya.

Menurut Emilia, pintu di Tribun 13 saat itu terbuka sangat kecil. Ia sempat melihat pintu tersebut hanya bisa dilewati 2 orang. Sedangkan ada ratusan orang yang berebut keluar. Mereka saling berdesak-desakan karena gas air mata sudah mulai menyesakkan. Tribun 13 saat itu betul-betul mencekam.

"Saat itu pintu yang dibuka di Tribun 13, cuma cukup buat 1 atau 2 orang. Saat mau turun itu gas air matanya makin terasa ditambah saling dorong orang-orang yang saling ingin menyelamatkan diri masing-masing," sambungnya.

Emilia kisahkan saat bertemu jenazah suami dan anaknya. Baca di halaman selanjutnya!




(hil/fat)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork