Editorial

Tragedi Kanjuruhan: 125 Tewas, Siapa Tanggung Jawab?

Amir Baihaqi - detikJatim
Senin, 03 Okt 2022 12:03 WIB
Evakuasi korban Tragedi Kajuruhan (Foto: Dok. detikJatim)
Malang -

Sebanyak 125 orang tewas saat Tragedi Kanjuruhan pecah, Sabtu (1/10). Sejumlah pihak kemudian dituding menjadi biang kerok peristiwa paling kelabu dalam sejarah sepakbola Indonesia itu.

Tragedi ini berawal saat Arema FC menjamu Persebaya pada pekan kesebelas lanjutan BRI Liga 1. Laga penuh gengsi ini digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang, kick off pukul 20.00 WIB.

Laga yang berlangsung sengit ini akhirnya dimenangkan tim tamu, Persebaya dengan skor 2-3. Kemenangan Persebaya ini sekaligus mematahkan rekor selama 23 tahun Persebaya tak pernah menang saat berlaga di Malang.

Kekalahan ini membawa kekecewaan bagi Aremania. Beberapa suporter kemudian melakukan pitch invander atau masuk ke lapangan dan memicu tragedi paling kelam dalam dunia olahraga.

Publik kemudian menuding sejumlah pihak menjadi biang kerok tragedi yang menelan nyawa 125 orang ini. Pihak-pihak tersebut mulai suporter, polisi, panpel hingga regulator dalam hal ini PT Liga Indonesia Bersatu (LIB). Lalu siapa yang harus bertanggung jawab?

Tudingan suporter yang turun ke lapangan sebagai pemicu tragedi barangkali memang tak salah. Tapi, tak adil juga menyalahkan mereka. Sebab, di manapun, yang namanya suporter jelas menginginkan kemenangan. Apalagi berstatus tuan rumah.

Pendapat yang menyebut suporter kita masih belum dewasa dan tidak mau menerima kekalahan mungkin ada benarnya. Tapi sangat tidak dibenarkan juga memperlakukan mereka dengan cara-cara kekerasan menggebuk hingga melepaskan tembakan gas air mata yang mematikan itu.

Selanjutnya, tembakan gas air mata ini kemudian memunculkan kecaman. Penggunaan gas air mata saat pengamanan sepakbola terutama di dalam stadion sangat tidak diperbolehkan oleh FIFA.

Dalam pernyataannya, Kapolda Jatim menyebut tindakan menembak gas air mata sudah sesuai prosedur. Versi polisi, massa suporter sudah anarkistis dan membahayakan petugas.

"Kami juga lagi mendalami kenapa suporter dan penonton yang tidak puas itu begitu beringas sampai dengan dikeluarkan gas air mata. Namun upaya gas air mata itu sebelumnya didahului dengan imbauan terlebih dahulu. Tolong dipahami. Kita semua tidak menginginkan," ujar Nico usai tragedi.




(abq/dte)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork