Kabupaten Sidoarjo punya satu ikon kuliner khas pesisir yang sudah melegenda, yaitu ikan asap. Sejak puluhan tahun lalu, olahan ini bukan hanya penggugah selera, tapi juga penopang ekonomi warga Desa Penatarsewu.
Dari bandeng, mujair, hingga udang, semua bisa diolah dengan cara tradisional yang sama, dengan diasap hingga matang sempurna. Penasaran rasanya?
Sejarah Ikan Asap Sidoarjo
Tradisi mengasapi ikan di Sidoarjo berawal dari cara sederhana nelayan untuk mengawetkan hasil tangkapan. Asap dari sabut kelapa atau kayu bakar mampu membuat ikan bertahan lebih lama, sekaligus memberi aroma khas yang menggugah selera.
Seiring waktu, pengasapan bukan sekadar teknik pengawetan, melainkan bagian dari budaya kuliner turun-temurun. Menurut Kepala Desa Penatarsewu, Kholik tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1975.
"Sejak dulu Desa Penatarsewu dikenal sebagai kampung ikan asap," ungkapnya.
Hingga kini, ada sekitar 95 warga desa yang menekuni usaha ini. Jenis ikan yang diasap pun semakin beragam. Selain bandeng yang sudah populer, ada juga mujair, lele, hingga udang. Dari semuanya, mujair asap justru paling banyak diminati karena rasanya gurih dan harganya terjangkau.
Daerah Khas Penjualan Ikan Asap Sidoarjo
Kampung ikan asap berada di Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, sebuah desa yang sudah dikenal luas sebagai sentra pengasapan ikan sejak tahun 1975. Lokasinya cukup strategis, hanya sekitar 5 kilometer dari Alun-alun Sidoarjo menuju arah Malang. Patokan mudahnya, dari pertigaan Pasar Tanggulangin pengunjung tinggal berbelok ke arah timur.
Begitu memasuki kawasan desa, suasana khas kampung nelayan langsung terasa. Hampir di setiap rumah warga tampak cerobong asap menjulang. Jika asap pekat keluar dari cerobong itu, tandanya proses pengasapan ikan sedang berlangsung. Aktivitas ini tidak hanya menjadi rutinitas harian, tetapi juga bagian dari identitas budaya dan ekonomi masyarakat setempat.
Setiap hari, kebutuhan bahan baku ikan di Desa Penatarsewu bisa mencapai 12 hingga 15 kuintal. Ikan-ikan segar tersebut didatangkan dari tambak sekitar Tanggulangin maupun daerah lain. Jenis ikan yang biasa diasap antara lain mujair, lele, bandeng, hingga udang. Dari sekian banyak pilihan, ikan mujair asap menjadi primadona karena paling diminati konsumen.
Hasil olahan ikan asap ini tidak hanya dipasarkan di Sidoarjo, tetapi juga menjangkau kota-kota besar di Jawa Timur seperti Surabaya, Pasuruan, Mojokerto, dan Gresik. Bahkan, tak jarang pembeli dari luar kota datang langsung ke desa untuk membeli dalam jumlah besar. Keberadaan pasar tetap di sejumlah daerah membuat distribusi ikan asap dari Penatarsewu semakin lancar dan stabil.
Bagi warga Penatarsewu, usaha ikan asap bukan hanya soal mencari nafkah, tetapi juga warisan budaya yang terus bertahan lintas generasi. Cerobong-cerobong asap di depan rumah mereka menjadi simbol kehidupan desa sekaligus bukti nyata bahwa olahan tradisional bisa menopang perekonomian modern.
            
            
                Simak Video "Video: Berkah Penjual Ikan Asap di Tuban saat Long Weekend, Raup Cuan Jutaan Rupiah"
    
(irb/hil)