Makna Tradisi Membuat Jenang Sapar di Jawa yang Perlu Diketahui

Makna Tradisi Membuat Jenang Sapar di Jawa yang Perlu Diketahui

Irma Budiarti - detikJatim
Kamis, 22 Agu 2024 16:45 WIB
Jenang sapar yang biasa dibuat masyarakat Jawa di bulan Safar.
Jenang sapar yang biasa dibuat masyarakat Jawa di bulan Safar. Foto: Perpustakaan Digital Budaya Indonesia
Surabaya -

Masyarakat Jawa mempunyai tradisi memasak jenang sapar untuk dibagikan kepada tetangga dan orang sekitar. Seperti namanya, jenang sapar dibuat setiap bulan Safar, atau dalam kalender Jawa bertepatan bulan Sapar.

Dilansir Nahdlatul Ulama (NU) Online, jenang sapar juga dikenal dengan tajin sapar. Tradisi ini dilestarikan secara turun temurun. Tidak sekadar makanan, jenang sapar memiliki makna filosofis di balik kelezatannya.

Jenang sapar menjadi ungkapan syukur dan mengharap kepada Allah SWT diberikan kehidupan yang manis. Tradisi ini sendiri mirip dengan yang dilakukan Nabi Nuh dan kaumnya setelah berhasil melewati badai dan banjir bandang yang terjadi pada bulan Muharram. Mereka berharap mendapatkan kehidupan manis dan lebih baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nabi Nuh dan kaumnya memasak semua bahan makanan yang masih ada, lalu memakannya bersama-sama. Pada tahun-tahun selanjutnya, mereka memasak makanan seperti itu. Dalam kitab Bada`iuzzuhur karangan syeikh Muhammad bin Ahmad bin iyas al-hanafy, halaman 64 disebutkan:

ويروي ان الطيور والوحوش والدواب جميعهم صاموا ذلك اليوم ثم ان نوح اخرج ما بقي معه من الزاد فجمع سبعة اصناف من الحبوب وهي البسلة والعدس والفول والحمص والقمح والشعير والارز فخلط بعضها في بعض وطبخها في ذلك اليوم فصارت الحبوب من ذلك اليوم سنة نوح عليه السلام وهي مستحبة

ADVERTISEMENT

Artinya: Dan diriwayatkan, seluruh binatang dan hewan yang ikut dalam perahu Nabi Nuh juga melaksanakan puasa. Kemudian, Nabi Nuh mengeluarkan sisa perbekalan selama terapung dalam kapal. Kemudian Nabi Nuh mengumpulkan sisa biji-bijian itu, ada tujuh macam jenis biji-bijian dan jumlahnya tidak banyak, kemudian disatukan dan dijadikan makanan. Dan selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya, Nabi Nuh dan kaumnya selalu membuat makanan seperti itu, dan ini dianjurkan.

Filosofi Jenang Sapar

Sementara itu, tradisi njenang saparan konon berasal dari inisiasi dakwah Wali Songo sebagai upaya pengenalan Islam melalui tradisi dan budaya yang berkembang saat itu. Filosofi yang berkembang menyebut, bulat-bulat yang dari ketan itu mencerminkan sebuah cikal bakal manusia itu sendiri.

Di mana, sejatinya manusia berasal dari hal yang sama, jadi meskipun berbeda-beda, akan menjadi manis jika bersatu. Seperti bulatan-bulatan beras ketan yang disiram jenang warna cokelat tua yang lengket.

Semua perpaduan komponen jenang tersebut menciptakan rasa khas. Artinya, persatuan dari perbedaan itu menghasilkan rasa manis yang diharapkan mampu menumbuhkan semangat kebersamaan.

Di sisi lain, Imam Muhyiddin Yahya bin Syarofuddin An-Nawawi menjelaskan dalam kitab karyanya Bustanul Arifin di bab 115, asal muasal bulan ini dinamakan Safar yang berarti kuning pucat adalah sebagai berikut.

ثم صفر وإنما سموه صفراً لأن الناس قد أصابهم المرض فاصفرت وجوههم فسموه صفراً لصفرة الوجوه فيه، ويقال سمي صفراً لأن إبليس صفر بجنوده حين خرج محرم وحلّ لهم القتال.

Artinya: Kemudian Safar, dan sesungguhnya mereka menamai bulan tersebut dengan nama Safar, karena orang-orang ditimpa satu penyakit, lalu memucat wajah-wajah mereka, maka mereka menamai bulan itu dengan safar, karena pucatnya wajah-wajah di bulan itu. Ada satu pendapat, dinamai Safar, karena sesungguhnya iblis shofaro (bersiul) memanggil bala tentaranya ketika keluar bulan Muharram, dan telah dihalalkan perang bagi orang-orang.

Hikmah Jenang Sapar

Dilansir Unzah Genggong Probolinggo, tidak diketahui secara pasti siapa pencetus pertama jenang sapar. Namun, berdasarkan beberapa catatan, Sunan Kalijaga disebut-sebut sebagai penggagas tradisi ini.

Adapun hikmah tradisi jenang sapar adalah memperkuat silaturahmi. Tradisi dilakukan dengan membagikan jenang sapar kepada tetangga dan kerabat sehingga memperkuat ikatan persaudaraan.

Saling berbagi makanan menandakan kita telah menghindari atau menjauhi peringatan Allah SWT tentang orang-orang yang memutus silaturahmi. Telah jelas di dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوْا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُولَٰئِكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ.

Artinya: Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah, lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.

Orang yang memutus hubungan kekeluargaan mendapat peringatan dan azab dari Allah SWT. Tradisi jenang sapar paling tidak bisa membantu umat kembali menyambung silaturahmi dengan tetangga, lebih-lebih kepada kerabat.

Hikmah lainnya adalah menambah sedekah jariyah. Sedekah jariyah adalah perbuatan yang terus mengalir pahalanya. Berbagi jenang sapar bisa diniatkan sedekah untuk diri sendiri maupun keluarga yang telah meninggal dunia, sehingga pahala sedekah akan tersampaikan kepada para ahli kubur.

Resep Jenang Sapar

Memasak sendiri jenang sapar di rumah, memberikan kesan perayaan bulan Safar yang lebih mendalam. Yuk, bikin sendiri jenang sapar dengan resep yang dirangkum dari laman Perpustakaan Digital Indonesia berikut ini.

Bahan-bahan

  • 500 gr tepung ketan
  • 2.000 ml air mendidih
  • 200 gr air kapur
  • 250 gr gula merah sisir
  • 2 sdm gula pasir
  • 1 sdt garam
  • Secukupnya air dingin
  • 10 biji buah nangka
  • 200 ml santan kental
  • 1/2 sdt garam
  • 1 lembar daun pandan

Cara Membuat

  • Campur tepung ketan, air kapur, dan air secukupnya, hingga bisa dipulung seperti klepon.
  • Pulung adonan hingga habis.
  • Masukkan pulungan tersebut ke dalam air mendidih, dan tunggu hingga mengapung semua.
  • Jika telah mengapung, masukkan gula merah, gula pasir, dan garam. Cicipi rasanya.
  • Tunggu hingga meletup-letup, lalu angkat bubur dan biarkan dingin.
  • Didihkan santan kental beserta garam dan pandannya, lalu angkat.
  • Siapkan piring atau mangkuk saji, lalu tuang secukupnya jenang sapar ke dalamnya.
  • Tambahkan kuah santan secukupnya.
  • Jenang sapar siap disajikan.



(ihc/irb)


Hide Ads