Sederet Tradisi Malam Nisfu Syaban di Jawa

Kabar Hikmah

Sederet Tradisi Malam Nisfu Syaban di Jawa

Devi Setya - detikJatim
Kamis, 13 Feb 2025 13:55 WIB
Niat Puasa Nisfu Syaban Lengkap: Arab, Latin, dan Artinya
ILUSTRASI NISFU SYABAN. Ini tradisi Nisfu Syaban di Jawa. Foto: pikisuperstar/Freepik
Surabaya -

Malam Nisfu Syaban merupakan momen istimewa bagi umat Islam di Pulau Jawa. Berbagai tradisi digelar untuk meramaikan malam penuh berkah ini, di mana umat Islam memperbanyak doa, beramal ibadah, dan menjalin silaturahmi sebagai bentuk syukur dan harapan agar dipertemukan dengan Ramadan.

Dilansir detikHikmah, dalam hadis sahih yang diriwayatkan Ibnu Hibban, disebutkan bahwa pada malam Nisfu Syaban, Allah SWT mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali orang kafir dan mereka yang bermusuhan. Malam ini menjadi waktu yang tepat bagi umat Islam untuk meningkatkan amalan ibadah dan memohon ampunan.

Tradisi Malam Nisfu Syaban di Jawa

Setiap daerah di Indonesia memiliki cara tersendiri dalam merayakan malam Nisfu Syaban, termasuk di Jawa. Malam yang diyakini penuh berkah ini menjadi momen bagi masyarakat untuk meningkatkan ibadah dan mempererat silaturahmi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbagai tradisi unik masih lestari, mulai dari doa bersama, pembacaan Yasin tiga kali, hingga ritual khas yang mencerminkan kearifan lokal. Berikut beberapa tradisi malam Nisfu Syaban yang masih dijaga hingga kini.

1. Syabanan (Brebes, Jawa Tengah)

Tradisi Syabanan di Desa Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, diawali dengan ziarah ke makam leluhur. Setelah itu, masyarakat membersihkan masjid atau musala dan mengadakan pengajian di malam harinya. Kegiatan ini ditutup dengan silaturahmi dan makan bersama.

ADVERTISEMENT

Dalam pengajian tersebut, warga bersama-sama membaca Al-Qur'an, memanjatkan doa, serta melantunkan selawat. Sebagai penutup, mereka menggelar silaturahmi dan makan bersama, menjadikan momen ini sebagai ajang kebersamaan dan penguatan nilai-nilai keagamaan.

2. Kupatan (Wonogiri, Jawa Tengah)

Masyarakat Kabupaten Wonogiri merayakan malam Nisfu Syaban dengan tradisi kupatan yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tradisi ini melambangkan pengakuan atas dosa-dosa di masa lalu, serta menjadi momen untuk berdoa dan memohon ampunan sebagai persiapan menyambut Ramadan.

Kupatan dimulai pada tanggal 15 Syaban dengan pemukulan bedug di masjid sekitar, mengundang warga untuk berkumpul. Mereka membawa ketupat beserta lauknya, lalu bersama-sama memanjatkan doa sebelum menutup rangkaian acara dengan makan bersama, mempererat silaturahmi dan kebersamaan.

3. Punggahan (Salatiga dan Sekitarnya, Jawa Tengah)

Di Kabupaten Salatiga dan sekitarnya, masyarakat menyambut malam Nisfu Syaban dengan tradisi Punggahan. Sejak sore, warga berkumpul di masjid atau lapangan untuk berdoa bersama, memohon nikmat dari Allah SWT, serta mendoakan sanak keluarga yang telah meninggal dunia.

Suasana semakin hangat dengan adanya makan bersama di akhir acara malam Nisfu Syaban. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang ibadah, tetapi momen silaturahmi yang mempererat kebersamaan antarwarga.

4. Baratan (Jepara, Jawa Tengah)

Masyarakat Kabupaten Jepara memiliki tradisi Baratan yang telah dilestarikan secara turun-temurun untuk merayakan malam Nisfu Syaban. Kata Baratan berasal dari bahasa Arab baraah, yang berarti berkah atau keselamatan, mencerminkan harapan agar bulan Syaban membawa keberkahan dan kelancaran dalam menjalani ibadah Ramadan.

Pada malam Nisfu Syaban, warga berkumpul di masjid untuk melaksanakan salat Maghrib dan Isya berjamaah, dilanjutkan dengan pembacaan doa serta membaca Yasin tiga kali. Sebagai puncak acara, mereka menggelar karnaval berkeliling kampung, menjadikan tradisi ini penuh semarak dan kebersamaan.

Malam Nisfu Syaban bukan hanya menjadi momen spiritual bagi umat Islam, tetapi memperkuat tradisi dan kebersamaan dalam masyarakat. Beragam perayaan di berbagai daerah menunjukkan kekayaan budaya Islam di Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadan.




(dvs/irb)


Hide Ads