Menyelami Khazanah Sejarah Kota Pahlawan Bersama Begandring Soerabaia

Kabar Komunitas

Menyelami Khazanah Sejarah Kota Pahlawan Bersama Begandring Soerabaia

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Rabu, 26 Jul 2023 14:02 WIB
Kegiatan perkumpulan pegiat sejarah Begandring Soerabaia
Komunitas Begandring Soerabaia/(Foto: Istimewa/dok. Begandring Soerabaia)
Surabaya -

Baru-baru ini Pemkot Surabaya mengesahkan pengembalian nama SDN Alun-alun Contong menjadi SDN Sulung. Sekolah bersejarah itu menjadi bagian dari bukti konkret bahwa Bung Karno lahir di Surabaya.

Di balik proses pengembalian nama itu ada peran sejumlah orang yang terus melakukan advokasi kepada guru dan mantan murid yang sadar bahwa nama SDN Sulung sangat perlu dikembalikan demi menjaga sejarah.

Mereka yang turut berperan dalam pengembalian nama SDN Sulung itu adalah Begandring Soerabaia, sebuah komunitas yang berisi orang-orang dengan passion yang sama, yakni tentang sejarah dan budaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Begandring Soerabaia Nanang Purwono mengatakan bahwa komunitas itu berdiri pada Oktober 2018. Anggotanya berlatar belakang bidang kerja beragam. Baik di bidang hukum, komunikasi, hingga jurnalistik.

Nanang memastikan, masing-masing anggotanya adalah individu yang memiliki passion dalam sejarah. Dia sebutkan juga bahwa kecintaan dan kebisaan sejarah mereka pun beragam.

ADVERTISEMENT

"Ada yang spesifikasi pada sejarah klasik, kolonial, pergerakan bangsa, kemerdekaan, arsitektur kolonial, sejarah perkeretaapian, sampai olahraga," kata Nanang kepada detikJatim ditemui di markasnya, Jalan Makam Peneleh 46 Surabaya, Selasa (18/7/2023).

Kegiatan perkumpulan pegiat sejarah Begandring SoerabaiaKegiatan perkumpulan pegiat sejarah Begandring Soerabaia. (Foto: Istimewa/dok. Begandring Soerabaia)

Dengan keberagaman minat pada sejarah itulah Nanang meyakini para pegiat komunitas Begandring Soerabaia menjadi kaya akan khazanah sejarah dan tidak monoton pada satu unsur sejarah saja.

"Begandring adalah komunitas dengan multidisiplin ilmu yang didapat secara otodidak. Masing-masing orang juga mandiri dalam penelusuran sesuai dengan passion-nya. Pengurusnya sekitar 10 sampai 15 orang, jumlahnya tetap kecuali Pak Khotib karena meninggal (saat Pandemi COVID-19)," ujarnya.

Karena itu anggota komunitas ini terus berkembang dan sudah mencapai puluhan orang. Nanang yang merupakan mantan jurnalis televisi lokal Surabaya itu mengatakan, mereka terlibat aktif dalam berbagai kegiatan Begandring Soerabaia.

Seperti keinginannya sejak mendirikan komunitas ini bersama sejumlah rekannya, Nanang ingin ilmu dan pengalaman tentang sejarah dipadupadankan lalu hasilnya dibagikan sesama anggota dan pengurus dalam diskusi.

Dia berharap setiap orang dalam wadah Begandring Soerabaia memiliki derajat pengetahuan yang sama dan memiliki kemampuan mengumpulkan data dan didiskusikan kemudian disajikan dalam berbagai kegiatan untuk publik.

"Dengan demikian satu informasi dapat didistribusikan ke publik yang lebih luas melalui kegiatan-kegiatan. Mulai jelajah sejarah, diskusi, publikasi sampai pembuatan film sekalipun," ujarnya.

Menelusuri akar nama Kota Pahlawan. Baca di halaman selanjutnya.

Baru-baru ini, para pegiat Begandring Soerabaia bertolak ke Jakarta untuk melihat langsung Prasasti Canggu yang dibuat pada era kepemimpinan Hayam Wuruk di Majapahit untuk menemukan akar nama Surabaya.

Para pegiat sejarah Begandring ini pun membuktikan dengan mata kepala mereka sendiri bahwa nama Desa Churabaya termuat dalam prasasti itu sebagai bagian dari Naditira Pradeca, desa pengelola penyeberangan sungai di era Majapahit.

Hal itu membuktikan bahwa akar nama Surabaya memang berasal dari nama Desa Churabaya yang telah tercatat dalam prasasti yang dibuat Hayam Wuruk pada 1358 Masehi saat melakukan perjalanan mengunjungi sejumlah Desa Naditira.

Kuncarsono Prasetyo, pegiat Bergandring Soerabaia lainnya menekankan bahwa penelusuran fakta sejarah menjadi salah satu faktor terpenting sekaligus tulang punggung semua kegiatan komunitasnya.

"Kegiatan-kegiatan itu menjadi kanal distribusi informasi dari Begandring Soerabaia ke masyarakat. Menjadi aktualisasi nilai dari penelusuran yang sebelumnya dilakukan, baik secara individu maupun kolektif," katanya.

Kegiatan perkumpulan pegiat sejarah Begandring SoerabaiaKegiatan perkumpulan pegiat sejarah Begandring Soerabaia. (Foto: Istimewa/dok. Begandring Soerabaia)

Mantan jurnalis media cetak lokal di Surabaya itu memastikan dalam setiap penelusuran yang dilakukan Begandring selalu mencari sumber-sumber yang kredibel baik literatur maupun fakta di lapangan.

Tidak hanya studi literasi, pendekatan empiris faktual juga dikedepankan. Karena itulah Begandring bisa mengetahui gambaran letak dan latar belakang dari objek dan tema yang tengah ditelusuri.

"Dari data dan sumber itu kemudian disusun rangkaian cerita secara kronologis. Dari situ, muncul komitmen bersama di komunitas bahwa tidak ada statement yang keluar ke publik melalui kegiatan-kegiatan tanpa ada dasar. Dasarnya, harus kebenaran yang bersumber pada fakta, bukan opini dan subyektivitas," papar dia.

Pria yang akrab disapa Mas Kuncar itu menegaskan, bagi Begandring, kegiatan penelusuran yang dilakukan tak melulu serius dan menegangkan. Seringkali juga bersifat rekreatif.

Kuncar mengatakan kegiatan yang dikemas dan dilakukan itu sifatnya rekreatif, menghibur diri sendiri, tetapi berorientasi publik dan kerap edukatif. Contohnya seperti jelajah Subtrack (Surabaya Urban Track).

Nama Begandring Soerabaia pun sering muncul di sejumlah media massa. Bagi Kuncar, publikasi menjadi sarana penting bagi komunitas untuk berbagi pesan dari hasil penelusuran yang telah ditata sehingga dinikmati publik secara sistematis dan edukatif.

Menginisiasi Java Coffee Culture di Surabaya. Baca halaman selanjutnya.

Diskusi publik juga menjadi medium bagi Begandring menyebarluaskan informasi dan pesan kepada masyarakat. Begitu tim memperoleh informasi yang sama, tim merencanakan diskusi lebih luas.

Publik diundang untuk datang dalam diskusi itu sehingga kian banyak pihak yang mendapatkan informasi yang mulanya diperoleh secara individu anggota komunitas saat berkumpul di markas mereka di Lodji Besar Peneleh.

Selain diskusi dan penelusuran sejarah, Nanang Purwono sebagai salah satu pendiri Begandring Soerabaia menegaskan bahwa komunitas itu juga menyuarakan kepedulian terhadap sejarah dan cagar budaya melalui advokasi.

Salah satu tujuannya, agar benda maupun objek cagar budaya di Surabaya bisa terus dilestarikan. Untuk itu Begandring membuka jalur komunikasi dengan legislatif dan eksekutif di Surabaya.

Kegiatan perkumpulan pegiat sejarah Begandring SoerabaiaKegiatan perkumpulan pegiat sejarah Begandring Soerabaia. (Foto: Istimewa/dok. Begandring Soerabaia)

Tidak jarang mereka juga terlibat dalam penyusunan peraturan daerah. Salah satunya klausul Badan Pengelola Cagar Budaya dalam Raperda Cagar Budaya Kota Surabaya.

"Untuk hasil advokasi kita lainnya ada Penetapan Cagar Budaya atas Benteng Kedung Cowek (2020), Penetapan Cagar Budaya Langgar Gippo (2021), dan Perubahan nama SDN Alun-Alun Contong ke nama asalnya SDN Sulung (2023)," katanya.

Hingga kini, Begandring Soerabaia lebih mengedepankan sifat Rekreatif dan Edukatif. Melalui metode itu mereka mengklaim Begandring bisa mengajak publik rekreasi sambil belajar atau sebaliknya.

"Karenanya peserta kegiatan Begandring terisi dari beragam usia dan latar belakang. Seperti halnya Festival Peneleh dan Java Coffee Culture 2023, program insidentil yang diselenggarakan secara kolaboratif antara Pemkot Surabaya dan Bank Indonesia," ujarnya.

Kegiatan lain yang juga diinisiasi Begandring Soerabaia adalah Urban Heritage Strategies (2023) hingga keterlibatan dalam forum heritage internasional di Rotterdam Belanda pada 24 Juli sampai 5 Agustus 2023.

Halaman 2 dari 3
(dpe/iwd)


Hide Ads