6 Fakta Komplotan Copet Beraksi di Tradisi Gunungan Tempe Raksasa Sidoarjo

6 Fakta Komplotan Copet Beraksi di Tradisi Gunungan Tempe Raksasa Sidoarjo

Fatichatun Nadhiroh - detikJatim
Senin, 17 Feb 2025 12:45 WIB
Tradisi gerebeg gunungan tempe raksasa
Warga berebut tempe di gerebeg gunungan tempe raksasa (Foto file: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo -

Ribuan warga memadati lapangan Desa Sedenganmijen, Krian, Sidoarjo. Mereka mengikuti tradisi Gunungan Tempe Raksasa yang digelar tiap tahun.

Namun tradisi itu diliputi puluhan orang jadi korban copet. Totalnya, ada 40 warga kecopetan.

Berikut Fakta-faktanya:

1. Tradisi Gunungan Tempe Raksasa Sidoarjo

Tradisi gerebeg gunungan tempe raksasa dalam rangka Ruwah Desa di Desa Sedenganmijen, Krian, Sidoarjo, berubah ricuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu ratusan warga telah memadati lapangan desa sejak pagi. Suasana semakin meriah saat panitia membuka acara dan gunungan tempe setinggi 10 meter mulai diperebutkan.

2. 40 Warga Kecopetan saat Berebut Tempe

Di tengah euforia, sejumlah pelaku pencopetan diduga menyelinap ke kerumunan untuk melancarkan aksinya. Kericuhan terjadi saat salah satu pelaku tepergok mencopet dan langsung menjadi sasaran amukan massa.

ADVERTISEMENT

Rupanya, lebih dari 40 warga kehilangan ponsel dan dompet saat berebut tempe dan hasil bumi dalam tradisi tersebut.

3. Polisi Amankan Pencopet

Polisi yang berjaga di lokasi segera mengamankan terduga pelaku dan membawanya ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut.

Polisi masih mendalami kasus ini dan mengumpulkan laporan dari para korban. Hingga saat ini, lebih dari 40 warga telah melapor ke Polsek Krian atas kehilangan barang berharga mereka.

"Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kejadian ini. Kami juga mengimbau masyarakat agar selalu waspada dalam keramaian," ujar seorang petugas kepolisian di lokasi.

4. Pengakuan Korban Copet

Fatma (23) salah satu korban, mengaku kehilangan tas berisi uang dan ponsel saat berebut tempe. Ia merasa ada yang menarik tasnya, tetapi tidak bisa berbuat banyak karena terdorong oleh massa.

"Saya merasakan tas saya ditarik, tapi karena berdesakan saya tidak mengerti karena didorong orang," kata Fatma usai mengikuti gerebek tumpeng tempe, Minggu (16/2/2025).

Hal serupa dialami Sulis, yang juga kehilangan uang dan HP. Ia berharap barang-barangnya dapat dikembalikan.

"Minta tolong kembalikan, bukan miliknya kok diambil. Kami berharap tradisi tahunan ini ke depannya dapat berlangsung lebih aman dengan pengamanan yang lebih ketat," kata Sulis.

5. Kades Ungkap Copet Susah Diantisipasi

Kepala Desa Sedenganmijen, Hasanuddin, mengaku kecolongan dengan adanya aksi pencopetan ini. Menurut Hasanuddin, insiden semacam ini memang sulit diantisipasi dalam acara yang melibatkan massa besar.

"Tradisi gerebek gunungan tempe raksasa ini digelar secara rutin setiap tahun. Gunungan tempe ini terinspirasi karena warga desa merupakan perajin tempe. Dengan harapan setelah sedekah tempe mereka akan mendapatkan rezeki yang lebih melimpah," kata Hasanuddin.

6. 30 Perajin Tempe Andil dalam Tradisi Gunungan Tempe Raksasa

Hasanuddin menambahkan gunungan tempe ini dibuat oleh 30 perajin tempe dengan menyediakan 2,5 kuintal kedelai, kurang lebih sekitar 1.200 bungkus tempe yang sudah jadi. Namun dalam kegiatan gerebek gunungan tempe ini pihaknya merasa kecewa dengan kericuhan yang tidak terduga.

"Saya kira, kalau ada acara besar seperti ini di tempat lain pun, kejadian seperti ini di luar skenario yang kita harapkan," imbuh Hasanuddin.




(dpe/fat)


Hide Ads