Ribuan warga Desa Sedenganmijen, Krian, Sidoarjo menyemarakkan kegiatan sedekah bumi berupa gerebek gunungan tempe raksasa. Acara yang terbuka bagi warga dari luar desa itu berubah gaduh saat seorang copet tertangkap dan dihakimi massa. Setelah acara, 40 orang melapor kehilangan barang.
Dompet, ponsel, dan uang dilaporkan hilang oleh puluhan warga. Beberapa di antara warga yang telah mengikuti acara itu sejak kesal karena harus kehilangan barang dan berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi dalam perhelatan selanjutnya.
Kepala Desa Sedenganmijen, Hasanuddin mengaku kecolongan dengan adanya aksi pencopetan ini. Dia mengatakan insiden semacam ini memang sulit diantisipasi dalam acara yang melibatkan massa besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tradisi gerebek gunungan tempe raksasa ini digelar secara rutin setiap tahun. Gunungan tempe ini terinspirasi warga desa adalah perajin tempe. Dengan harapan setelah sedekah tempe mereka akan dapat rezeki yang lebih melimpah," ujarnya, Minggu (16/2/2025).
Dia menambahkan gunungan tempe ini dibuat 30 perajin tempe dengan menyediakan 2,5 kuintal kedelai. Kurang lebih sebanyak 1.200 bungkus tempe yang disedekahkan untuk dijadikan gunungan setinggi 10 meter.
Sebagai inisiator kegiatan yang dimulai sejak 2018 ini, Hasanuddin mengaku kecewa dengan dengan masuknya para pencopet hingga menyebabkan kericuhan yang tidak terduga. Tapi dia sendiri mengaku sulit untuk mengantisipasi kejadian seperti itu.
"Saya kira, kalau ada acara besar seperti ini di tempat lain pun kejadian seperti ini di luar skenario yang kami harapkan," katanya.
Polisi mendalami kasus ini dan mengumpulkan laporan dari para korban. Hingga saat ini, lebih dari 40 warga telah melapor ke Polsek Krian atas kehilangan barang berharga mereka.
"Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kejadian ini. Kami juga mengimbau masyarakat agar selalu waspada dalam keramaian," ujar seorang petugas kepolisian di lokasi.
Fatma (23), salah satu korban pencopetan mengaku kehilangan tas berisi uang dan ponsel saat berebut tempe. Dia merasa seperti ada yang menarik tasnya tetapi tidak bisa berbuat banyak karena terdorong massa.
"Saya merasakan tas saya ditarik, tapi karena berdesakan saya tidak mengerti, karena didorong orang," kata Fatma usai mengikuti gerebek gunungan tempe.
Hal serupa dialami Sulis. Dia juga kehilangan uang dan HP. Ia ingin barang-barangnya bisa dikembalikan dan berharap kejadian seperti itu tidak terjadi lagi di kemudian hari.
"Minta tolong kembalikan, bukan miliknya kok diambil. Kami berharap tradisi tahunan ini ke depannya dapat berlangsung lebih aman dengan pengamanan yang lebih ketat," kata Sulis.
(dpe/dpe)