Sejumlah siswi salah satu SD Negeri di Sukomanunggal Surabaya menjadi korban pencabulan oleh pembina pramukanya. Peristiwa itu terjadi saat Perkemahan Jumat-Sabtu (Perjusa) di sekolahnya.
Komnas Perlindungan Anak Surabaya pun prihatin dengan permasalahan tersebut. Selain mengecam perbuatan pelaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pramuka, pihaknya juga menyoroti soal komitmen Sekolah Ramah Anak (SRA) di Surabaya.
Sebagaimana diketahui, Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seharusnya bukan hanya jargon, plakat, atau penandatanganan deklarasi Sekolah Ramah Anak. Tetapi efektitivitasnya dari tim penggerak pencegahan kekerasan anak di lingkungan sekolah (harus diperhatikan). Mereka perlu punya SK petunjuk pelaksanaan sehingga teknis (pencegahan dan penanganan kekerasan) mereka punya," ujar Ketua Komnas PA Surabaya Syaiful Bahri saat dihubungi detikJatim, Rabu (18/9/2024).
Pihaknya berharap, Pemerintah Kota Surabaya terus memperkuat komitmen dan gerakan dalam memutus mata rantai kekerasan pada anak, termasuk di lingkungan sekolah.
"Surabaya ini sudah dapat penghargaan Kota Layak Anak Internasional dan Utama. Sehingga semestinya itu bukan hanya jargon atau statement dan pencitraan," kata Syaiful.
Selain itu, Syaiful juga mengajak peran dari berbagai pihak. Mulai dari lingkungan rumah, ia berharap orang tua bisa memberikan pengawasan dan pendampingan terhadap tumbuh kembang anak.
"Selanjutnya peran serta dari tokoh masyarakat untuk terus berpadu. Termasuk juga tokoh-tokoh agama bagaimana penguatan agama, moral, leading sector yang terkait dengan perlindungan anak," tuturnya.
Tak lupa, dirinya mengajak para generasi muda agar ikut peduli terhadap perlindungan anak sehingga visi Indonesia Emas 2045 benar-benar bisa tercapai.
"Kalau tidak, bukan Indonesia Emas tapi Indonesia Cemas. Peran dari generasi muda yang bisa membantu mencegah kekerasan pada anak juga penting, baik mencegah bullying atau tindak kekerasan lainnya," pungkas Syaiful.
(irb/hil)