Kata Komnas PA Surabaya soal Siswa SMP Tewas Tersengat Listrik di Sekolah

Kata Komnas PA Surabaya soal Siswa SMP Tewas Tersengat Listrik di Sekolah

Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 09 Mei 2025 20:45 WIB
TKP kejadian siswa tewas kesetrum di Surabaya
TKP kejadian siswa tewas kesetrum di Surabaya. Foto: Esti Widiyana/detikJatim
Surabaya -

Komnas Perlindungan Anak Surabaya mendesak agar pihak sekolah segera bertanggungjawab usai insiden tewasnya siswa kelas IX SMP Katolik Angelus Custos Surabaya berinisial SSH (15). Ia diduga tewas tersengat listrik di rooftop SMA Katolik Frateran yang berada di satu kawasan.

"Pertama-tama, kami turut berduka terkait kasus ini dan seharusnya bisa segera ditangani pihak sekolah. Karena ini kejadiannya kan Maret, jadi jika dihitung, sudah hampir dua bulan," ujar Ketua Komnas PA Surabaya, Syaiful Bahri, Jumat (9/5/2025).

Syaiful turut menyoroti insiden yang diduga ada kaitannya dengan tugas pembelajaran itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedua bahwa kejadian tersebut terjadi saat kegiatan belajar-mengajar, khususnya saat anak-anak tengah dalam kapasitas belajar untuk persiapan PJOK," katanya.

Ia pun menekankan bahwa seharusnya pihak sekolah mengimplementasikan nilai-nilai Sekolah Ramah Anak untuk memastikan perlindungan anak selama berada di lingkungan sekolah.
Termasuk yang berkaitan dengan sistem pembelajaran maupun penugasan untuk siswa.

ADVERTISEMENT

"Bukan hanya dipahami terkait kesalahan atau kelalaian, tetapi pemberian label Sekolah Ramah Anak pun harus jadi perhatian khusus. Bahwa Sekolah Ramah Anak bukan hanya sekadar tulisan, deklarasi, atau jargon di lingkungan pendidikan," terangnya.

Menurutnya perlu ada komitmen mulai dari pihak sekolah, Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK), hingga komite sekolah untuk memastikan terlindunginya hak-hak anak di lingkup institusi pendidikan.

Selain harus segera mengusut dan melakukan penanganan terhadap insiden tersebut, Komnas PA juga menyatakan bahwa perlu ada pendampingan untuk siswa-siswi di sekolah itu. Tujuannya antara lain mencegah rasa trauma atas peristiwa yang terjadi.

"Kasus ini juga harus mendapat pendampingan khusus, termasuk bagi anak-anak yang ada di sekitar itu," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang siswa kelas IX SMP Katolik Angelus Custos Surabaya berinisial SSH (15) tewas tersengat listrik di rooftop sekolah. Saat kejadian, ia tengah mengerjakan tugas ujian praktik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) bersama teman-temannya. Kejadian tragis itu terjadi saat libur sekolah, Jumat (28/3/2025).

Ayah korban, Tanu Hariadi, mengungkapkan, anaknya pergi ke sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok. Namun karena lapangan dipakai siswa SMA dan kelas dalam keadaan terkunci, mereka memutuskan pindah ke rooftop lantai IV SMA Katolik Frateran.

Di lokasi itu, SSH diduga hendak meletakkan ponsel untuk merekam kegiatan tugas kelompoknya. Tanpa disadari, ia menginjak kabel AC yang terkelupas, hingga akhirnya tersengat listrik.

"Teman-temannya bersaksi putra saya sempat berteriak 'aku kesetrum' lalu mematung selama sekitar 40 detik sebelum akhirnya terjatuh dan kepalanya terbentur pagar," kata Tanu kepada wartawan, Kamis (8/5/2025).

Teman-temannya sempat melarikan SSH ke RS Adi Husada Undaan Wetan, namun nyawa pelajar itu tak tertolong.

"Saat memandikan jenazah, saya melihat luka di kakinya, bercak merah di punggung, dan bintik-bintik merah di lengannya. Diduga, urat syarafnya putus," ungkap Tanu.

Pihak keluarga pun mencoba mencari kejelasan ke sekolah, namun merasa tidak mendapat tanggapan memadai.

"Kalau memang ada empati datang ke rumah, jelaskan, maka kami sebagai orang tua akan jatuh hatinya," lanjutnya.




(auh/abq)


Hide Ads