Matahari baru saja tergelincir di ladang Dusun Berca, Desa Sumberpetung, Ranuyoso, Lumajang. Sore itu Slamet Aris tengah berjalan sendirian dari rumahnya menuju kediaman mertuanya di desa setempat.
Ia hendak ke sana karena mendapat kabar mertuanya tengah sakit. Karena perjalanannya akan melewati hutan, ia sengaja membawa celurit untuk berjaga-jaga.
Namun siapa sangka setiba di Dusun Berca, Desa Sumberpetung dari kejauhan Slamet melihat Tasrip alias Satam mengendarai motor. Darah petani asal Dusun Gunung Kenek, Klakah itu langsung mendidih.
Ia langsung teringat Sulastri, istrinya yang pernah dibawa kabur Tasrip pada tahun 2006 ke luar pulau Jawa. Selama 11 tahun kabur, Tasrip dan Sulastri akhirnya kembali ke kampung. Dan sore itu, Slamet tak sengaja berpapasan dengan Tasrip.
Petani kelahiran 1959 itu langsung berniat membalas perbuatan Tasrip kepadanya. Ia langsung mengeluarkan celurit dari balik bajunya dan bersiap menyambut Tasrip yang datang dengan mengendarai motor.
Sekonyong-konyong, Slamet langsung menyabetkan celurit ke arah tubuh dan leher Tasrip, namun masih meleset. Sadar diserang, Tasrip turun dari motor dan meladeni serangan Slamet dengan tangan kosong.
Mendapat perlawanan, Slamet semakin membabi buta, ia langsung mengayunkan celuritnya mengenai tangan kanan Tasrip hingga putus. Celurit kembali dilayangkan Slamet ke arah perut, kali ini Tasrip ambruk.
Meski telah ambruk, Slamet yang kalap terus menghujani tubuh Tasrip dengan celuritnya hingga tak bergerak. Duel tak imbang itu akhirnya dimenangkan Slamet. Dan dendamnya berakhir pada Minggu 14 Februari 2016 sore itu.
Slamet kemudian meninggalkan mayat Tasrip. Ia lalu kembali pulang sambil menenteng celurit yang masih basah oleh darah Tasrip. Sedangkan niat awal yang hendak menyambangi mertuanya diurungkan.
(abq/iwd)