Para arkeolog mendapat temuan baru ekskavasi Situs Kumitir tahun 2024 di Desa Kumitir, Jatirejo, Mojokerto. Temuan ini di dalam area yang diyakini bekas istana Bhre Wengker. Yaitu berupa struktur lumayan besar berbahan bata merah kuno.
Temuan baru ini di depan makam Mbah Musthofa. Panjangnya struktur sudah tampak dari utara ke selatan mencapai 4 meter. Struktur yang menyerupai tembok tebalnya 100 cm, sedangkan tingginya 80 cm. Bangunan ini menyambung dengan struktur menyerupai lantai di sebelah baratnya dengan lebar sekitar 250 cm. Tinggi struktur ini hanya 3 lapis bata.
Ketua Tim Ekskavasi Situs Kumitir dari, Muhammad Ichwan menjelaskan, struktur tersebut masih berlanjut ke utara dan selatan. Sayangnya, ekskavasi tidak bisa dilanjutkan karena lahan di sebelah selatan dan utara bangunan purbakala ini belum dibebaskan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami belum tahu konteksnya, denah dan bentuknya, apakah di situ ada bangunan tertentu. Karena baru kami temukan sebagian. Yang jelas itu bukan bagian dari talud keliling," jelasnya kepada detikJatim di lokasi ekskavasi, Jumat (4/10/2024).
Di titik ekskavasi depan makam Mbah Musthofa, sebelumnya juga ditemukan sejumlah bata merah kuno berhias ukiran dengan motif sulur. Bata berelief itu bercampur dengan reruntuhan bata kuno pada kedalaman 80 cm dari permukaan tanah. Bata berukir tersebut diperkirakan hiasan bangunan yang pada masa Majapahit berdiri di atas struktur fondasi.
![]() |
Sedangkan penggalian arkeologi di 3 titik lainnya di Situs Kumitir, sebatas menampakkan bagian talud keliling yang masih terpendam. Yaitu 2 titik ekskavasi untuk menampakkan kelanjutan talud sisi barat Istana Bhre Wengker.
Menurut Ichwan, penggalian bakal dilakukan sampai sudut barat daya talud. Sejauh ini struktur talud yang ditemukan sudah rusak parah.
"Untuk menampakkan talud bagian utara sudah selesai, kami dapatkan data memang kelanjutan talud bagian utara. Kondisinya rusak, tersisa hanya beberapa lapis bata," terangnya.
Ekskavasi Situs Kumitir tahun 2024 digelar selama 23 hari, yakni 17 September-9 Oktober 2024. Ahli Geologi dari BRIN juga turun tangan untuk meneliti lapisan dan jenis tanah di bekas istana Bhre Wengker ini. Penelitian tersebut untuk menentukan penanggalan situs purbakala ini.
Bekas istana Bhre Wengker hanya tersisa bagian fondasinya di Situs Kumitir. Tepatnya di sebelah barat makam Dusun Bendo. Fondasi berbahan bata merah kuno dan bebatuan atau bolder itu seluas 20x26 meter persegi.
Posisi gerbang persis di tengah pagar sepanjang 203 meter tersebut. Hanya saja gerbang yang dulunya megah itu sudah tidak utuh lagi. Struktur gerbang yang sudah nampak diapit 2 pilar besar pada sisi utara dan selatan. Jarak antar pilar yang diperkirakan sebagai pipi tangga itu mencapai 12 meter.
Masing-masing pilar tersusun dari bata merah kuno, sepanjang 177 cm, lebar 177 cm dan tinggi yang sudah nampak 65 cm. Di antara pipi tangga tersebut terdapat bangunan tangga yang juga dari susunan bata merah kuno. Struktur tangga yang sudah nampak lebarnya mencapai 12 meter, panjangnya dari barat ke timur sekitar 6 meter. Ketinggian tangga yang berundak menuju ke pintu gerbang sekitar 2,5 meter.
Sisa-sisa bangunan gerbang istana Paman Hayam Wuruk itu menyambung dengan dinding yang membentang ke arah utara dan selatan. Ketebalan tembok yang terbuat dari bata merah kuno itu mencapai 199 cm. Bagian paling tinggi yang ditemukan mencapai 295 cm. Dinding sisi barat ini lebih tebal dibandingkan sisi timur Situs Kumitir yang hanya 140 cm.
Hipotesis Situs Kumitir adalah bekas istana Bhre Wengker dan Bhre Daha atau istana timur Majapahit didukung berbagai temuan arkeologi, Naskah Negarakertagama dan peta rekonstruksi peneliti Belanda. Di dalam Naskah Negarakertagama, Situs Kumitir disebut istana ajaib Bhre Wengker dan Rani Dhaha.
![]() |
Istana timur dan barat Kerajaan Majapahit dibangun pada pemerintahan Putri Raden Wijaya, Tribhuwana Tunggadewi 1328-1350 masehi. Yaitu setelah wafatnya kakak tirinya yang menjadi Raja Kedua Majapahit, Jayanegara 1309-1328 masehi.
Kedua istana dibangun untuk mencegah perebuatan kekuasaan antara Tribhuwana Tunggadewi dengan adik kandungnya, Bhre Daha. Karena kedua putri Raden Wijaya, pendiri Majapahit dengan Dyah Gayatri atau Rajapatni tersebut sama-sama berhak menjadi penguasa kerajaan setelah Jayanegara wafat.
Istana barat dan timur dibangun di Wilwatiktapura atau Kota Raja Majapahit yang diyakini berada di Kecamatan Trowulan dan sekitarnya. Istana barat ditempati Tribhuwana Tunggadewi dengan suaminya Bhre Tumapel atau Kertawardhana. Selanjutnya, istana barat diwariskan ke putra Tribhuwana, Raja Hayam Wuruk.
Istana barat Majapahit diperkirakan berada di Situs Kedaton atau Situs Sumur Upas, Desa Sentonorejo, Trowulan. Pertikaian di Majapahit baru terjadi melibatkan keturunan Hayam Wuruk. Raja Majapahit paling terkenal ini mewariskan tahtanya kepada Wikramawardhana, buah pernikahan dengan Prameswari.
Hayam Wuruk juga mempunyai anak dari selir, yaitu Bhre Wirabhumi. Wirabhumi diangkat anak oleh Bhre Daha dan dibesarkan di istana timur Majapahit. Ia menikah dengan cucu ibu angkatnya, Nagarawardhani dan dijadikan Bhre Lasem. Sebenarnya Wirabhumi sudah mengalah, tapi Wikramawardhana mengganti jabatan Wirabhumi sehingga memicu Perang Paregreg antara Majapahit barat dan timur (1404-1406 masehi).
Situs Kumitir juga menjadi tempat pendarmaan atau tempat menghormati Mahesa Cempaka, salah seorang raja bawahan Singosari. Bhre Wengker membangun tempat suci untuk menghormati leluhurnya, Mahesa Cempaka di dalam istananya yang kini menjadi Situs Kumitir.
Mahesa Cempaka meninggal pada 1268 masehi. Semasa hidupnya, dia menjadi Bhre Daha, salah satu negara bagian Kerajaan Singosari. Sementara Singosari kala itu dipimpin saudara tirinya, Wisnu Wardhana.
Mahesa Cempaka merupakan keturunan kedua Ken Arok dengan Ken Dedes. Dia adalah kakek Raden Wijaya, pendiri Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana keturunan kedua dari Tunggul Ametung dengan Ken Dedes.
Simak Video "Video: Arkeolog Temukan Makam Tua, Usianya Diperkirakan 5 Ribu Tahun"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/fat)