Ternyata Bukan Surabaya, Ini Kota Tertua dan Termuda di Jawa Timur

Ternyata Bukan Surabaya, Ini Kota Tertua dan Termuda di Jawa Timur

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Jumat, 31 Mei 2024 08:00 WIB
patung sura dan baya
Kota Surabaya (Foto file: Revica/detikJatim)
Surabaya -

Jawa Timur memiliki letak geografis yang strategis sebagai jalur perdagangan dan perindustrian. Tak heran, daerah ini telah lama didiami oleh masyarakat yang perlahan membentuk sejarahnya sendiri.

Berkat kekayaan budaya dan sejarah yang mendalam tersebut juga, Jawa Timur menyimpan kisah menarik tentang kota-kotanya yang telah berkembang sejak lama hingga saat ini. Provinsi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini juga terkenal sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Jawa Timur yang membentang seluas 47.963 kilometer persegi, terdiri dari dua wilayah utama, yaitu Jawa Timur daratan yang mencakup 88,70 persen atau 42.541 kilometer persegi, dan Kepulauan Madura yang mencakup 11,30 persen atau 5.422 kilometer persegi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, pada tahun 2023, jumlah penduduknya mencapai 41.416.407 jiwa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah detikers tahu kota tertua dan termuda di Jawa Timur? Jika belum, simak ulasannya berikut ini.

Kota Tertua di Jawa Timur

Kota tertua di Jawa Timur adalah Kediri. Dilansir dari laman Pemerintah Kota Kediri, kota yang memiliki luas wilayah sebesar 67,2 kilometer persegi ini lahir pada tanggal 27 Juli 879. Artinya, pada tahun 2024 ini, Kota Kediri akan merayakan ulang tahunnya 1145 tahun.

ADVERTISEMENT

Penemuan artefak arkeologi pada 2007 mengungkap bahwa daerah sekitar Kediri adalah lokasi dari Kerajaan Kediri, kerajaan Hindu pada abad ke-11. Sejarah awal Kediri sebagai pusat kota dimulai saat Airlangga memindahkan ibu kota kerajaannya dari Kahuripan ke Dahanapura.

Seperti yang tercatat dalam Serat Calon Arang. Dahanapura, yang lebih dikenal sebagai Daha, kemudian menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu, sementara Kahuripan menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Jenggala setelah Airlangga.

Setelah kekuatan Kerajaan Tumapel (Singasari) bertambah, Daha diserang dan menjadi vazal bagi kerajaan yang menguasainya, situasi ini berlanjut hingga era Majapahit, Demak, dan Mataram. Kediri kemudian jatuh ke tangan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) sebagai akibat dari Geger Pecinan. Saat itu, Jawa Timur dikuasai oleh Cakraningrat IV dari Madura yang mendukung VOC untuk memperoleh kemerdekaan Madura dari Kasunanan Kartasura.

Namun, ketika permintaannya ditolak oleh VOC, Cakraningrat IV memberontak, tetapi pemberontakannya berhasil dipadamkan oleh VOC dengan bantuan Pakubuwana II, sunan Kartasura. Sebagai imbalannya, Kediri menjadi wilayah yang dikuasai VOC. Penguasaan Belanda atas Kediri berlanjut hingga masa Perang Kemerdekaan Indonesia.

Perkembangan Kota Kediri menuju kota swapraja dimulai dengan didirikannya Gemeente Kediri pada 1 April 1906, yang menjadikannya tempat kedudukan Residen Kediri dengan otonomi terbatas. Gemeente ini memiliki Gemeente Raad (Dewan Kota/DPRD) yang terdiri dari 13 orang, termasuk delapan orang golongan Eropa dan yang disamakan, empat orang Pribumi, dan satu orang Bangsa Timur Asing.

Anggaran keuangannya ditetapkan sebesar f 15.240 dalam satu tahun. Pada 1 November 1928, Kota Kediri akhirnya menjadi "Zelfstanding Gemeenteschap" atau kota swapraja dengan otonomi penuh berdasarkan Stbl No 498 tanggal 1 Januari 1928.


Kota Termuda di Jawa Timur

Setelah mengetahui kota tertuanya, lalu bagaimana dengan kota termuda di Jawa Timur? Kota termuda di Jawa Timur adalah Kota Batu. Daerah yang memiliki luas wilayah sebesar 199,09 kilometer persegi ini resmi menjadi kota otonom pada 17 Oktober 2001. Artinya, pada tahun ini, Kota Batu masih berusia 23 tahun, berbanding jauh dengan Kota Kediri.

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Batu, sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah menjadi tempat peristirahatan bagi keluarga kerajaan karena udaranya yang sejuk di daerah pegunungan, ditambah dengan pemandangan alam yang indah.

Pada masa pemerintahan Raja Sindok, seorang pejabat kerajaan bernama Mpu Supo ditugaskan untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di pegunungan yang dekat dengan mata air. Setelah usaha keras, ia menemukan kawasan yang sekarang dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti.

Dengan persetujuan Raja, Mpu Supo membangun kawasan Songgoriti serta candi bernama Candi Supo. Di tempat itu, terdapat sumber mata air dingin yang sering digunakan untuk mencuci benda pusaka kerajaan yang bertuah dan memiliki kekuatan magis. Konon, akibat penggunaan berulang tersebut, mata air yang semula dingin menjadi panas dan abadi hingga saat ini.

Wilayah Kota Batu terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 700 sampai 1.700 meter di atas permukaan laut. Belum dapat dipastikan kapan nama "Batu" mulai digunakan. Ada kisah yang menyebutkan bahwa nama itu berasal dari seorang pengikut Pangeran Diponegoro sekaligus ulama bernama Abu Ghonaim atau Mbah Wastu, yang kemudian disingkat menjadi "Mbatu" atau "Batu" untuk memudahkan panggilan.

Pada 6 Maret 1993, Kota Batu menjadi kota administratif dari Kabupaten Malang. Kemudian, pada 17 Oktober 2001, Kota Batu secara resmi dipisahkan sebagai kota otonom dari Kabupaten Malang.

Dengan beragam perjalanan sejarah yang membentuk karakteristiknya, Jawa Timur menjadi gambaran yang memukau tentang kekayaan budaya dan ekonomi Indonesia. Dari Kota Kediri yang kaya akan sejarah hingga Kota Batu yang masih muda namun penuh potensi, provinsi ini terus menorehkan jejaknya dalam sejarah dan masa depan bangsa.


Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dpe/fat)


Hide Ads