31 Mei menjadi momen spesial bagi warga Surabaya. Pasalnya, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS). Bagaimana sejarah di balik penetapan 31 Mei sebagai Hari Jadi Kota Surabaya?
Tahun 2024 bertepatan dengan peringatan HJKS ke-731. Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan HJKS selalu diperingati secara meriah dengan melibatkan berbagai lapisan masyarakat Surabaya.
Demi menyemarakkan peringatan HJKS 2024, Pemkot Surabaya menggelar beberapa event besar, seperti Festival Rujak Uleg, Surabaya Vaganza, dan Festival Tepi Pantai. Tak lupa dengan semboyan 'Satukan Tekad Surabaya Hebat' sebagai tema perayaan tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata, ada alasan tersendiri di balik 31 Mei ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Surabaya. Ini berkaitan dengan pertempuran yang terjadi antara Raden Wijaya dan Pasukan Mongol pada 1293. Berikut sejarah singkatnya.
Sejarah 31 Mei Sebagai Hari Jadi Kota Surabaya
Sejak awal berdiri, Kota Surabaya kental dengan nilai kepahlawanan. Tak heran sebutan Kota Pahlawan melekat pada wilayah yang menjadi ibu kota Provinsi Jatim.
Nama Surabaya diambil dari dua kata, yakni sura berarti berani dan baya berarti bahaya. Dalam kata lain, dua kata itu diartikan sebagai berani menghadapi bahaya yang datang.
Nilai kepahlawanan ini bahkan tercermin dalam dipilihnya 31 Mei sebagai HJKS. Dilansir dari laman Pemkot Surabaya, 31 Mei memiliki hubungan erat pertempuran Raden Wijaya dengan Pasukan Mongol pimpinan Kubilai Khan yang terjadi pada 1293.
Mulanya, pasukan Mongol datang ke Jawa dengan misi untuk menyerang Kerajaan Singasari. Serangan ini dilatarbelakangi utusan Mongol yang disiksa Raja Singasari Kertanegara pada 1289. Sehingga Kubilai Khan mengirim pasukan besar ke Jawa untuk membalas Raja Kertanegara.
Namun, Raja Kertanegara tewas terbunuh sebelum pasukan Mongol tiba di tanah Jawa. Pembunuhan tersebut terjadi akibat Pemberontakan Jayakatwang pada 1292. Pasukan Mongol yang semula berniat menyerang Raja Kertanegara pun berganti haluan dengan menyerang Jayakatwang.
Pasukan Mongol diketahui bekerja sama dengan Raden Wijaya. Selang beberapa hari setelah Jayakatwang menyerah, tentara Raden Wijaya balik menyerang pasukan Mongol. Pertempuran ini terjadi di Jawa atau tepatnya di wilayah Surabaya pada 31 Mei 1293. Peristiwa tersebut yang kemudian dijadikan sebagai Hari Jadi Kota Surabaya.
Sejarah Lain Hari Jadi Kota Surabaya
Sebelum diperingati pada 31 Mei, HJKS rupanya pernah dirayakan setiap 1 April. Dihimpun dari beberapa sumber, versi itu berhubungan erat dengan peninggalan Belanda.
1 April bertepatan dengan pertama kalinya Pemerintah Kota Surabaya terbentuk. Tepatnya pada 1906. Berdirinya Pemerintah Kota Surabaya juga bersamaan dengan empat kota lain di Indonesia yang dibentuk pihak Hindia Belanda. Keempat kota tersebut antara lain Surabaya, Bandung, Medan, dan Makassar.
Meski begitu, peringatan HJKS pada 1 April dinilai kurang pas karena identik dengan peninggalan berbau Belanda. Terlebih, peringatan yang terlalu muda juga tidak cocok dengan eksistensi Surabaya yang sudah ada sejak Kerajaan Majapahit.
Para tokoh sejarah pun mengusulkan perubahan tanggal HJKS kepada R. Soekotjo, Wali Kota Surabaya kala itu. Berdasarkan keputusan Wali Kota Surabaya pada 1973, sebuah tim khusus dibentuk untuk melakukan penelitian terhadap penetapan HJKS yang baru.
Terdapat empat alternatif yang ditemukan melalui pengkajian ini. Alternatif pertama, 31 Mei 1293 karena bertepatan dengan kemenangan Raden Wijaya dari Majapahit dalam melawan Kubilai Khan. Alternatif kedua, 11 Semptember 1294 kala Raden Wijaya menganugerahkan tanda jasa kepada Kepala Desa Kudadu dalam mengusir tentara Tar-tar.
Alternatif ketiga, 7 Juli 1358 atas dasar pertama kalinya nama Surabaya dipakai sebagai naditira pradeca sthaning anambangi (desa di pinggir sungai tempat penyeberangan). Tulisan tersebut tercatut dalam Prasasti Trowulan I.
Sementara, alternatif terakhir pada 3 November 1486. Ini berdasarkan Prasasti Jiu yang menjelaskan bahwa pada tanggal tersebut Adipati Surabaya pertama kalinya mengoperasikan pemerintahan di daerah ini.
Dari empat alternatif yang diajukan, dilakukan penggalian lebih dalam menyangkut data sejarah, pertimbangan ideal, serta nilai dan jiwa kepahlawanan sebagai ciri khas arek Suroboyo. R. Soekotjo mengusulkan kepada DPRD Kota Surabaya untuk menetapkan 31 Mei 1293 sebagai HJKS.
Berdasarkan Surat Keputusan No 02/DPRD/Kep/75 tertanggal 6 Maret 1975, DPRD Kota Surabaya mengesahkan HJKS pada 31 Mei 1293. Wali Kota Surabaya kemudian mengeluarkan Surat keputusan No 64/WK/75 tanggal 18 Maret 1975. Oleh karena itu, peringatan HJKS berubah dari 1 April menjadi 31 Mei sejak 1975.
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)