Larangan Saat Ritual Unan-Unan yang Pantang Dilanggar Suku Tengger

Larangan Saat Ritual Unan-Unan yang Pantang Dilanggar Suku Tengger

M Rofiq - detikJatim
Selasa, 23 Apr 2024 19:07 WIB
Upacara adat Unan-Unan yang digelar masyarakat Suku Tengger di Probolinggo.
Upacara adat Unan-Unan yang digelar masyarakat Suku Tengger di Probolinggo. (Foto: M Rofiq/detikJatim)
Probolinggo -

Upacara adat Unan-Unan atau Mayu Bumi yang digelar tiap 4 atau 5 tahun sekali oleh Suku Tengger di Probolinggo. Dalam upacara yang diwarnai ritual doa atas hasil bumi dan hasil ternak warga itu ada sejumlah pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat adat Tengger.

Unan-Unan digelar 4 hingga 5 tahun sekali karena di antara 5 tahun itu ada 1 tahun yang dinamai tahun panjang, tahun Landung, atau Tahun Paing. Ada sejumlah larangan yang pantang dilanggar oleh masyarakat Suku Tengger pada saat upacara itu digelar.

Beberapa larangan itu di antaranya masyarakat Suku Tengger tidak boleh melakukan ritual yang sifatnya individu pada saat Unan-Unan digelar. Tidak boleh membunyikan gentang, dan seluruh masyarakat Suku Tengger tidak boleh mengadakan acara entas-entas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upacara adat Unan-Unan yang digelar masyarakat Suku Tengger di Probolinggo.Upacara adat Unan-Unan yang digelar masyarakat Suku Tengger di Probolinggo. (Foto: M Rofiq/detikJatim)

Selain itu, larangan untuk masyarakat Suku Tengger saat Upacara Unan-Unan tidak boleh mengadakan ritual yang mempertemukan kemanten anyar (pengantin baru), dan tidak boleh nutuk lambang sunan, atau tidak boleh membuat rumah yang setiap saat ditempati selamanya.

"Karena semua leluhur (saat tradisi unan-unan) diyakini sedang dalam masa tapa atau istirahat. Sehingga kalau memaksa, maka upacara atau ritual sebesar apapun akan sia-sia karena tidak sampai ke leluhur," ujar Legen (Wakil) Dukun Pandita, Mulyono Hadi, Selasa (23/4/2024).

ADVERTISEMENT

Mulyono mengatakan ritual atau tradisi upacara adat Unan-Unan bertujuan untuk menyucikan alam semesta. Selain itu, adanya kerbau sebagai salah satu sesaji juga diyakini sebagai simbol untuk memakmurkan dan menyuburkan tanah di wilayah Tengger.

"Hewan kerbau ini memiliki simbol tersendiri, yaitu simbol dari kemakmuran. Selain itu hewan kerbau juga merupakan simbol tunggangan dari Dewa Yamayang atau Dewa Keadilan," ungkapnya.




(dpe/iwd)


Hide Ads