Masyarakat Tengger mempunyai kekayaan upacara adat, di antaranya Yadnya Karo, Entas-entas, Tugel Kuncung, dan masih banyak lagi. Masing-masing upacara memiliki tujuan dan tata cara pelaksanaannya tersendiri.
Suku yang mendiami kawasan Gunung Bromo ini sebagian besar memeluk agama Hindu dengan corak lokal yang kuat. Mereka juga dikenal sebagai masyarakat yang masih memegang teguh nilai tradisi yang diturunkan dari para leluhur, dan hingga kini masih dijaga keberadaannya.
Upacara Adat Bagi Suku Tengger:
Dikutip dari buku Adat Istiadat Masyarakat Jawa Timur karya Yodi Kurniadi, berikut sederet upacara adat yang diselenggarakan masyarakat Tengger.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Upacara Kasada
![]() |
Upacara Kasada merupakan bagian dari kebudayaan yang dilestarikan masyarakat Tengger yang menghuni wilayah Gunung Bromo. Upacara ini diadakan setiap tahun pada bulan ke-10. berhubungan erat dengan asal-usul nenek moyang orang Tengger yang mendiami lereng Gunung Bromo.
Menurut cerita, Jaka Seger dan Rara Anteng melakukan persemedian untuk memohon kepada Dewata agar dikaruniai 25 orang anak. Permintaan itu dikabulkan dengan syarat anak ke-25 harus dikuburkan bagi Dewa Bromo.
Ketika beranjak dewasa, Kusuma, anak ke-25 mereka, bersedia menjadi persembahan bagi Dewata. Namun ia memohon satu permintaan agar kelak garis keturunan mereka melakukan persembahan kurban ke kawah Gunung Bromo setiap bulan 10, dan tepat pada bulan purnama.
2. Upacara Unan-unan
![]() |
Upacara unan-unan adalah upacara adat yang diadakan setiap 4-5 bulan sekali. Upacara ini digelar dengan tujuan "Ayu Lumahing Bumi dan Kureping Langit" atau mempercantik permukaan bumi dan di bawah langit.
Upacara ini dipimpin seorang dukun. Setiap desa mempunyai dukun atau pendeta yang berperan sebagai pemimpin upacara keagamaan. Dukun ini biasanya dilantik bersamaan dengan pelaksanaan Yadnya Kasada.
Upacara ini bertujuan membersihkan desa dari gangguan makhluk halus. Sekaligus menyucikan kembali arwah-arwah yang belum sempurna, sehingga mereka dapat kembali ke alam asal yang sempurna.
Perlengkapan upacara adat ini meliputi nasi 100 takir, sirih kayu, pisang ayu, jambe ayu, sate korban 100 biji, racikan 100 buah, dan kepala kerbau. Dalam pelaksanaannya, seorang dukun akan membacakan sebuah mantra menggunakan bahasa Sansekerta.
Kemudian, pemberangkatan sesajen diiringi dengan gamelan ketipung menuju punden atau tempat makam para leluhur. Upacara ini tidak hanya diadakan oleh masyarakat Tengger yang mendiami wilayah Probolinggo, melainkan Malang, Pasuruan, maupun Lumajang.
3. Upacara Karo
Upacara Karo adalah upacara yang bertujuan memanjatkan puji syukur terhadap Sang Pencipta sepanjang tahun. Ritual ini juga dikenal dengan nama "riyaya" yang menjadi sarana penyucian diri dan penghormatan kepada nenek moyang.
Upacara ini sering diselenggarakan masyarakat Tengger di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Rangkaian upacara dilakukan selama 15 hari mulai dari hari ketujuh di bulan Karo atau bulan kedua.
Dalam pelaksanaannya, seorang dukun sebagai pemimpin kegiatan ritual adat membacakan mantra yang telah diwariskan oleh leluhurnya. Ritual dimulai dari acara selamatan Ping Pitu dan diakhiri dengan sandranan.
4. Entas-entas
![]() |
Menurut jurnal Fotografi Dokumenter Ritual Adat Entas-entas Suku Tengger di Desa Sedaeng, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur oleh Fridolin Raraswar, entas-entas adalah ritual adat masyarakat Tengger yang bertujuan menyucikan roh nenek moyang yang telah meninggal dunia.
Ritual ini berlangsung selama 3-4 hari diawali dengan Andeg-Andeg, Sedekah, Klakah, Menduduk, Kayopan Agung, Nglukat, dan diakhiri Wayon yang masing-masing mempunyai makna tersendiri.
Misalnya, pelaksanaan Nglukat ditujukan untuk menyucikan arwah nenek moyang yang disimbolisasikan sebagai pembakaran petra (orang-orangan) di pedayangan. Jumlah petra mengikuti jumlah leluhur yang akan dientaskan.
Ritual ini dipimpin seorang Dukun Pandita. Pemilihan tanggal pelaksanaan ritual akan diadakan saat pihak keluarga sudah siap secara finansial karena ritual ini membutuhkan banyak persiapan dan sesaji.
5. Tugel Kuncung
Ritual Tugel Kuncung wajib dilaksanakan masyarakat Tengger, khususnya di Dusun Krajan, Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. Upacara ini diselenggarakan sebelum seseorang melaksanakan khitanan atau nikahan, dan terkadang bersamaan dengan ritual entas-entas.
Upacara ini diawali dengan doa bersama di pura setempat. Kemudian, seorang dukun yang memimpin ritual akan memotong rambut para peserta. Masyarakat Tengger percaya ritual ini bisa menjauhkan dari nasib buruk, dan menghindari berbagai hambatan dalam kehidupan, serta kemakmuran di masa yang akan datang.
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)