Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran, Manyar, Gresik, diklaim sebagai masjid tertua di tanah Jawa. Dibangun pada tahun 1389, masjid ini pernah menjadi pusat syiar agama Islam di Tanah Jawa.
Masjid tersebut merupakan peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim setiba di Pulau Jawa. Saat itu, Syekh Maulana Malik Ibrahim bersandar di sebuah dermaga kecil yang berada di belakang masjid. Ia menggunakan dermaga Leran untuk bersandar dan mendirikan Masjid Pesucinan tersebut.
Di dalam masjid, terdapat peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim yang tersimpan rapi. Beberapa peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim yang hingga kini masih dimanfaatkan pengunjung yakni kolam berukuran 3 kali 3 meter yang berada di dalam masjid. Selain itu, ada beberapa peninggalan lainnya seperti kubah masjid, batu tempat sandar kapal, dan mimbar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kolamnya itu adalah tempat pesucinan atau tempat berwudu Syekh Maulana Malik Ibrahim. Selain itu para santri Syekh Maulana Malik Ibrahim juga banyak yang berwudu di kolam itu. Diantaranya ulama dari Persia," ujar takmir masjid Pesucinan Muhamad Musholin .
Penduduk setempat percaya bahwa kolam peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim memberikan berkah tersendiri. Warga memiliki keyakinan bahwa air tersebut memberikan khasiat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Banyak warga yang meyakini kalau warga yang sakit tidak sembuh-sembuh, dengan mandi di kolam maka akan sembuh.
"Ini yang sampai saat ini kami yakini masih kuat khasiatnya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Tentunya dengan izin Allah," tutur Mushollin.
Pembangunan masjid ini menjadi penanda syiar ajaran agama Islam pada zaman dahulu. Syekh Maulana Malik Ibrahim, merupakan wali tertua sebelum adanya Wali Songo.
"Masjid ini paling tertua di tanah Jawa. Karena Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah wali tertua di tanah Jawa, dan beliau telah mendirikan masjid pertama di Pulau Jawa," jelas Mushollin.
"Belum ada literatur resmi. Tetapi kami menilai sebagai masjid tertua. Sebab, Siti Fatimah Binti Maimun yang ada makamnya di Leran, tidak ditemukan simbol peribadatan masjid," lanjut Mushollin.
Selain itu, pucuk kubah peninggalan wali yang kerap dipanggil Sunan Gresik itu masih terpasang di atas masjid. Beberapa ornamen modern tampak dalam ukiran Arab di gapura masjid.
"Secara keseluruhan bangunan masjid telah mengalami perubahan. Renovasi terakhir kami lakukan 2005. Jadi tampak seperti masjid baru pada umumnya," kata Mushollin.
Renovasi tersebut dilakukan lantaran lantai masjid sebelumnya terbuat dari kayu. Kini sudah berubah menjadi keramik dengan penutup karpet. Hanya saja, beberapa peninggalan menjadi koleksi museum.
"Ada beberapa peninggalan sudah berada di Museum Gresik. Seperti kayu-kayu yang dulu digunakan sebagai lantai masjid dan peninggalan lainnya," tutup Mushollin.
(dpe/iwd)