Umat Hindu di Malang Raya mengarak ogoh-ogoh sebagai rangkaian menyambut hari nyepi. Sebanyak 7 ogoh-ogoh diarak melewati kawasan Kayutangan hingga kembali lagi ke titik awal pemberangkatan di Alun-Alun Tugu.
Sejak Minggu (10/3/2024) siang, masyarakat umum maupun umat Hindu di Malang Raya terlihat mulai memadati sekitaran Alun-Alun Tugu untuk menyaksikan 7 ogoh-ogoh diarak. Kegiatan itu dimulai sejak pukul 12.50 WIB.
Perlu diketahui 7 ogoh-ogoh yang diarak memiliki nama dan kisah berbeda. Berikut nama dan makna 7 ogoh-ogoh yang diarak umat Hindu Malang Raya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
1. Bhatara Kala
Bhatara Kala adalah sosok mahluk raksasa yang menyeramkan yang menguasai bawah tanah, konon lahir Saniscara Kliwon Wuku Wayang (yang terkenal dengan Tumpek Wayang) dan merupakan putra dari Dewa Siwa dengan Dewi Durga. Bhatara Kala dikenal sebagai raksasa jahat yang sering membunuh manusia terutama anak-anak.
2. Tarakasur
Tarakasur adalah iblis yang sangat kuat dan telah menerima kekuatan khusus sehingga membuatnya hampir tidak terkalahkan. Dia mulai menggunakan kekuatannya untuk menyebabkan kehancuran dan kekacauan di alam semesta, dan para dewa tidak mampu menghentikannya.
3. Jalandhar
Jalandhar adalah iblis kuat yang lahir dari api Dewa Siwa dan merupakan putra raja iblis Rishi Brighu. Dia menikah dengan dewi cantik Vrinda yang dikenal karena pengabdiannya kepada Dewa Wisnu. Namun, kebangaan dan kehausan akan kekuasaan membuatnya menentang Dewa Siwa dan berusaha mengambil kendali alam semesta. Jalandhar mampu mengalahkan banyak dewa sakti, bahkan dewa Wisnu pun ditantang olehnya.
4. Sang Kala Kalimaya
Sang Kala Kalimaya adalah sosok dalam kepercayaan warga Bali yang dianggap sebagai raja para mahluk halus dan penguasa kuburan, wujudnya sering disamakan dengan Leak Celuluk dan dalam konsep Jawa sering disebut Dedemit.
Sang Kala Kalimaya adalah salah satu sisya dari Sanghyang Durga Birawa sebagai penghuni Gandamayu serta penjaga kesakralan setiap upacara yadnya yang dilaksanakan.
5. Wong Samar
Akhir-akhir ini cukup banyak praktek aborsi yang sangat bertentangan dengan ajaran dharma. Wong Samar adalah roh halus yang belum di aben. Karena karmanya sendiri arwahnya tidak bisa di aben dan menyatu dengan sang pencipta, bayi yang menempel pada tubuh wanita tersebut yang menggambarkan bahwa karma itu melekat kepada kita dan kita akan membawa karma itu kemanapun.
6. Kereb Akasa
Kereb Akasa merupakan salah satu ilmu leak tingkat tinggi dimana penggunaanya bisa berubah wujud menjadi sebuah kain putih yang sangat panjang. Perlu waktu bertahun-tahun bagi orang penekun leak untuk mencapai tingkatan ini dan harus tekun memuja Dewi Durga Birawi yang berstana di Pura Dalem, karena Kereb Akasa adalah kerudung beliau.
Kata 'Kereb' berarti kerudung dan 'Akasa' berarti langit. Kereb Aksa bisa diartikan kerudung yang mampu menutupi langit, dimuat dalam berbagai lontaran di Bali, saat Dewi Durga turun ke bumi beliau membawa sebuah kain sutra putih yang digunakan sebagai kerudung, lalu kerudung tersebut dihidupkan menjadi mahluk halus yang salah satu 'ancangan' atau bawahan Dewi Durga.
7. Aras Ijomaya
Aras Ijomaya adalah ajian tingkat tinggi dalam dunia kawiwesan. Untuk menguasai kawiwesan ini, diperlukan usaha yang tekun belajar yang keras, ketahanan dan kesabaran tingkat tinggi.
![]() |
Ketua Parasida Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Malang, Made Wartana menyampaikan, ogoh-ogoh itu diarak setelah umat Hindhu menggelar upacara Tawur Agung Kesanga. Arak ogoh-ogoh ini dilakukan sebagau simbol untuk menyerap energi negatif.
"Setelah diarak ogoh-ogoh ini kami bakar untuk membakar semua energi-energi negatif yang ada di alam semesta maupun pada diri masing-masing manusia," ujarnya kepada awak media pada Minggu (10/3/2024).
"Seluruh umat hindhu juga melakukan ini, harapannya untuk menetralisir sifat-sifat negatif. Sehingga saat Nyepi, bisa fokus beribadah," sambungnya.
Made mengatakan, sebetulnya ada 24 ogoh-ogoh yang disiapkan untuk diarak pada kesempatan kali ini. Namun, karena terkendala beberapa hal hanya ada 7 ogoh-ogoh yang diarak.
Dalam kirab ogoh-ogoh ini, penampilan seni bantengan dan barongsai juga turut mewarnai acara tersebut. Hal ini tentu menggambarkan kerukunan antar umat.
"Kami juga bersyukur karena rekan rekan kami dari umat konghucu hingga seniman turut berpartisipasi," tandasnya.
(dpe/iwd)