Nikah Malem Songo di Tuban, Alternatif Pasangan Terbentur Hitungan Weton

Nikah Malem Songo di Tuban, Alternatif Pasangan Terbentur Hitungan Weton

Savira Oktavia - detikJatim
Kamis, 09 Nov 2023 20:10 WIB
Arab Emirati family outdoors in park.
Ilustrasi menikah/Foto: Getty Images/iStockphoto/aydinmutlu
Tuban -

Setiap daerah memiliki budaya dengan ciri khas masing-masing. Seperti di Kabupaten Tuban ada tradisi pernikahan yang unik.

Tradisi ini dikenal dengan sebutan Nikah Malem Songo. Berikut ini ulasannya.

Pernikahan adalah hubungan antara seorang pria dengan seorang wanita melalui ikatan resmi, suci, halal, dan diakui bersifat sakral. Dalam kebudayaan Jawa, masyarakat memiliki kepercayaan terhadap hitungan weton untuk menentukan kelancaran dan kesuksesan acara pernikahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun berbeda dengan tradisi Nikah Malem Songo di Tuban. Masyarakat Tuban tidak lagi menggunakan perhitungan weton dalam pelaksanaan pernikahan.

Nikah Malem Songo adalah praktik pernikahan yang dilaksanakan pada tanggal 28 Ramadhan atau malam ke-29 bulan Ramadhan. Dimulai dari sekitar pukul 13.00 WIB pada hari ke-28, hingga pukul 23.00 WIB pada malam ke-29.

ADVERTISEMENT

Tidak tergerus zaman, budaya ini tetap eksis di lingkungan masyarakat setempat. Sebab, mereka menghormati budaya dari leluhur yang dianggap suci dan sakral itu.

Husband and wife hands on wedding, holding flowers.Ilustrasi menikah/ Foto: Getty Images/Csondy

Asal-usul Tradisi Nikah Malam Songo

Jurnal bertajuk Tradisi Nikah Malem Songo di Tuban Jawa Timur: Studi Living Hadis karya Eci Dwi, dkk menjelaskan tidak ada kepastian terkait kemunculan tradisi itu di Tuban. Namun, tradisi ini telah melekat dan menjadi bagian dari warisan budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat Tuban.

Malem Songo digunakan dalam penyebutan malam ke-29 Ramadhan bagi masyarakat Jawa. Malem Songo memiliki makna harapan untuk terwujudnya doa-doa pada bulan Ramadhan.

Terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan tersebut. Sehingga banyak masyarakat yang menggunakan momen tersebut untuk menyelenggarakan prosesi pernikahan.

Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan pernikahan pada hari-hari biasa. Hanya saja dikarenakan waktunya yang cukup singkat, maka para penghulu akan mengadakan pernikahan massal.

Caranya dengan mengumpulkan beberapa pengantin yang rumahnya berdekatan di lokasi tertentu. Seperti masjid atau musala guna memaksimalkan waktu.

Makna Tradisi Nikah Malem Songo di Kabupaten Tuban:

1. Sebagai Alternatif terhadap Perhitungan Weton

Adanya Nikah Malem Songo dinilai mempermudah urusan pernikahan dalam lingkungan masyarakat Tuban. Sebab menjadi alternatif bagi pasangan yang memiliki hitungan weton yang dinilai terlalu rumit dan berbelit, akan tetapi mengharapkan adanya kebaikan, keselamatan, dan keberkahan dalam proses akad nikah.

Ketika pasangan yang akan melaksanakan pernikahan dengan memanfaatkan sistem perhitungan weton dan mendapatkan hasil buruk, sehingga terkadang menimbulkan konflik antarkeluarga kedua mempelai. Dalam situasi ini Nikah Malem Songo menjadi alternatif yang tepat untuk menghindari permasalahan tersebut.

2. Harapan Memperoleh Keberkahan Bulan Ramadhan

Dikutip karya ilmiah Eksistensi Budaya Nikah di Malem Songo Bagi Warga Desa Montongsekar Kecamatan Montong Kabupaten Tuban oleh Khofifah Fauziah, bulan Ramadhan dan terlebih pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir, adalah momen yang istimewa dan penuh keberkahan.

Sebab pada momen tersebut masyarakat Muslim mempercayai bahwa doa dan harapan baik mereka akan dikabulkan oleh Allah SWT, termasuk keinginan setiap pasangan untuk membangun rumah tangga yang senantiasa diselimuti kebahagiaan.

Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/iwd)


Hide Ads