Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan Temukan 3 Gapura Megah Berornamen Batu Putih

Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan Temukan 3 Gapura Megah Berornamen Batu Putih

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 15 Agu 2023 23:45 WIB
situs bhre kahuripan
Situs Bhre Kahuripan (Foto: Enggran Eko Budianto)
Mojokerto -

Ekskavasi tahap 6 Situs Bhre Kahuripan di Desa Klinterejo, Sooko, Mojokerto berakhir hari ini. Para arkeolog berhasil menemukan pagar dan 3 tapak gapura megah yang diperkirakan pintu utama Candi Tribhuwana Tunggadewi. Istimewanya lagi, gapura megah itu mempunyai ornamen batu putih.

Ekskavasi tahap 6 Situs Bhre Kahuripan berlangsung 17 Juli-15 Agustus 2023. Tim dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim fokus menggali struktur yang terpendam di lapangan sepakbola dan kebun tebu di Desa Klinterejo. Hasilnya, para arkeolog mendapatkan temuan penting di sektor ini.

Temuan itu berupa sisa-sisa pagar dan 3 gapura yang megah, membentang dari utara ke selatan sekitar 102 meter. Megahnya bangunan kuno ini nampak dari ketebalan pagar mencapai 130-135 cm. Selain itu, tapak gapura masing-masing berdenah cruciform seluas 26 x 20 meter persegi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dugaan kami mengarah ke sana (gapura akses utama ke Candi Tribhuwana Tunggadewi). Namun, ini masih interpretasi kami berdasarkan indikasi yang kami temukan," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan dari BPK Wilayah XI Jatim, Muhammad Ichwan kepada detikJatim di lokasi, Selasa (15/8/2023).

Ichwan menilai 3 gapura megah Candi Tribhuwana Tunggadewi istimewa. Karena ia menduga gapura itu dihiasi dengan ornamen berbahan batu putih atau batu kapur. Sebab menurutnya banyak temuan batu putih di area tapak gapura, baik yang masih menempel pada struktur maupun temuan lepas.

ADVERTISEMENT

"Sejauh yang saya tahu, baru ini temuan candi di wilayah Mojokerto berbahan batu putih. Ini hal yang menarik dan istimewa. Kalau di wilayah Lamongan, Tuban, Gresik menggunakan batu putih karena bahan bakunya melimpah di sana. Sedangkan di Trowulan umumnya berbahan bata merah," terangnya.

Temuan batu putih di sekitar tapak gapura ada yang berbentuk balok polos, ada yang berprofil pelipit dan lengkungan, hingga berupa fragmen dan serbuk. Salah satunya fragmen batu putih dengan ukiran mata yang diperkirakan bagian dari relief Dewa Kala. Fragmen ini juga mengindikasikan gapura megah Candi Tribhuwana Tunggadewi berbentuk paduraksa seperti Candi Bajangratu di Trowulan, Mojokerto.

"Temuan lepas seperti mata Kala diduga bagian relief Kala yang biasanya ditempatkan di atap gapura atau pintu masuk bangunan, khususnya gapura paduraksa. Batu putih berprofil pelipit-pelipit, ada juga lengkungan yang biasanya ragam hias di kaki candi," jelas Ichwan.

Penggalian arkeologis Situs Bhre Kahuripan, kata Ichwan, akan dilanjutkan tahun depan. Sebab pagar dan 3 tapak gapura hasil ekskavasi tahap 6 merupakan pagar sisi barat Candi Tribhuwana Tunggadewi. Sehingga pihaknya harus menemukan sisi selatan, utara dan timur pagar yang mengelilingi candi tersebut.

"Sudut barat laut pagar sudah kami temukan, ternyata mengarah ke timur. Hasil tes pit kami menemukan struktur yang tebalnya hampir sama, jaraknya hampir 200 meter di sebelah timur sudut barat laut," tandasnya.

Sekitar 45 meter di sebelah timur pagar dan gapura utama ditemukan struktur pagar kedua Candi Tribhuwana Tunggadewi pada ekskavasi tahap sebelumnya. Pagar setebal 98 cm itu membentang dari utara ke selatan.

Juga ditemukan struktur sisa-sisa gapura di bagian selatan pagar kedua. Sedangkan sudut timur laut pagar berbelok ke barat sampai pagar utama. Nah, beberapa meter di sebelah timur pagar kedua terdapat Candi Tribhuwana Tunggadewi yang selesai diekskavasi tahun 2018.

Tangga naik ke candi berada di sebelah barat. Sehingga sinkron dengan hipotesis pagar plus tapak 3 gapura yang ditemukan di sisi barat lapangan sepakbola Klinterejo adalah pintu masuk utama ke area candi.

Candi Tribhuwana Tunggadewi seluas 14 x 14 meter persegi berbahan batu andesit. Di tengahnya terdapat batu yoni berdimensi 191 x 184 x 121 cm. Ukiran angka tahun pada yoni menunjukkan 1294 saka atau 1372 masehi.

Di dalam sumur Candi Tribhuwana Tunggadewi ditemukan lempengan emas berbentuk kura-kura sepanjang 6 cm. Sebuah arca berbahan batu andesit setinggi 200 cm, lebar 180 cm dan tebal 25-30 cm juga ditemukan di candi ini. Sayangnya, wujud arca tersebut tidak bisa dikenali karena sudah dirusak.

Sesuai angka tahun di batu yoni, Candi Tribhuwana Tunggadewi ini dibangun pada zaman Majapahit ketika Raja Hayam Wuruk memerintah 1350-1389 masehi. Para arkeolog meyakini candi tersebut dibangun untuk mendarmakan Ibu Hayam Wuruk, Tribhuwana Tunggadewi.

Tribhuwana menjadi ratu pertama Majapahit menggantikan ayahnya, Raden Wijaya. Ia memimpin dari tahun 1328 masehi sampai turun tahta tahun 1350 masehi. Mahkotanya lantas ia serahkan kepada putranya, Hayam Wuruk.

Tidak hanya candi dan pagar kelilingnya, Situs Bhre Kahuripan diperkirakan mencakup kompleks bangunan yang luasnya sekitar 6 hektare. Sebab banyak temuan bangunan kuno di sebelah barat area Candi Tribhuwana Tunggadewi. Bagian barat ini biasa disebut warga setempat dengan Situs Klinterejo.

Tim ekskavasi dari BPK Wilayah XI Jatim menduga Situs Bhre Kahuripan bekas kompleks permukiman elit yang dilengkapi sejumlah bangunan suci. Selain Candi Tribhuwana Tunggadewi, juga ditemukan struktur berbentuk bintang yang diperkirakan sebuah mandala.




(abq/iwd)


Hide Ads