Temuan pagar keliling mengungkap luas Candi Bhre Kahuripan di Desa Klinterejo, Sooko, Mojokerto yang mencapai 22.143 meter persegi. Sayangnya ekskavasi pagar sisi timur terkendala jalan aspal antardesa.
Candi Bhre Kahuripan dikelilingi pagar megah berdenah persegi panjang. Panjang pagar kuno ini mencapai 183 meter membentang dari barat ke timur. Sedangkan lebarnya mencapai 121 meter membentang dari utara ke selatan.
Tebal sisa-sisa pagar berbahan bata merah kuno ini setelah diukur mencapai 100-105 cm dan 130-135 cm.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pintu masuk Candi Bhre Kahuripan dipastikan di sisi barat dengan adanya temuan 3 tapak gapura yang masing-masing berdenah cruciform seluas 26x20 meter persegi. Tapak gapura menyambung dengan sisa pagar yang tebalnya 130-135 cm.
Pagar sisi utara juga tak kalah megah karena tebal struktur yang tersisa mencapai 100-105 cm. Dari sudut barat laut sampai timur laut terdapat 5 tapak pilar yang masing-masing berdenah bujur sangkar seluas 3,7x3,8 meter persegi dengan jarak antarpilar 40 meter.
Pagar sisi selatan Candi Bhre Kahuripan diperkirakan mempunyai struktur yang sama. Ekskavasi baru dilakukan di beberapa titik untuk dilanjutkan tahun depan. Lain halnya dengan ekskavasi pagar sisi timur yang belum bisa dikerjakan karena strukturnya ternyata berada di bawah jalan aspal.
Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim, Muhammad Ichwan menjelaskan pihaknya telah menemukan indikasi kuat pagar sisi timur Candi Bhre Kahuripan di bawah jalan aspal.
Jalan ini merupakan akses masyarakat Desa Klinterejo ke Desa Panggih, Kecamatan Trowulan.
Indikasi pertama, sudut timur laut pagar keliling Candi Bhre Kahuripan ditemukan di ujung timur pagar utara. Hanya sisi barat struktur sudutan ini yang berhasil ditampakkan sedangkan sisanya berada di bawah jalan Klinterejo-Panggih.
"Sebagian besarnya (struktur sudut timur laut pagar keliling) sampai ke timurnya ada di bawah jalan," jelasnya kepada detikJatim di lokasi ekskavasi, Selasa (23/7/2024).
Sudut timur laut pagar keliling Candi Bhre Kahuripan itu, kata Ichwan, menyambung dengan struktur pagar ke selatan. Sayangnya, struktur pagar sisi timur ini ternyata berada di bawah jalan Klinterejo-Panggih.
"Kalau kami senter dari as candi ke as pagar sisi barat, kami bandingkan dengan sisi timur, itu (pagar sisi timur) ada di (bawah) jalan," ungkapnya.
Untuk menampakkan pagar sisi timur Candi Bhre Kahuripan, para arkeolog tentu harus membongkar jalan aspal. Oleh sebab itu, kata Ichwan, pihaknya akan lebih dulu berkoordinasi dengan instansi terkait. Seperti Pemdes Klinterejo dan Pemkab Mojokerto.
"Kami belum tahu (apakah pagar sisi timur akan digali). Yang jelas kami rekom seperti apa tentu ada koordinasi-koordinasi lebih lanjut," tandasnya.
Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan dikerjakan BPK Wilayah XI Jatim secara bertahap sejak tahun 2018. Halaman utama atau area sakral Situs Bhre Kahuripan berupa candi seluas 14x14 meter persegi berbahan batu andesit.
Di tengahnya terdapat batu yoni berdimensi 191 x 184 x 121 cm. Ukiran pada kiri atas yoni menunjukkan angka tahun 1294 saka atau 1372 masehi.
Di dalam sumur Candi Bhre Kahuripan ditemukan lempengan emas berbentuk kura-kura sepanjang 6 cm. Sebuah arca berbahan batu andesit setinggi 200 cm, lebar 180 cm dan tebal 25-30 cm juga ditemukan di candi ini. Sayangnya, wujud arca itu tidak bisa dikenali karena sudah dirusak.
Sesuai angka tahun di batu yoni, Candi Bhre Kahuripan ini dibangun pada zaman Majapahit ketika Raja Hayam Wuruk memerintah 1350-1389 masehi. Para arkeolog meyakini candi itu dibangun untuk mendarmakan Ibu Hayam Wuruk, Tribhuwana Tunggadewi.
Tribhuwana menjadi ratu pertama Majapahit menggantikan saudaranya, Jayanegara. Ia memimpin dari tahun 1328 masehi sampai turun tahta tahun 1350 masehi. Mahkotanya lantas ia serahkan kepada putranya, Hayam Wuruk.
Adapun nama Bhre Kahuripan merupakan salah satu gelar bagi Tribhuwana Tunggadewi sekaligus dijadikan penamaan untuk situs yang gapuranya sedang diekskavasi oleh tim arkeolog.
Gapura yang diekskavasi saat ini bukan lah pintu masuk utama ke candi. Namun, akses masuk dari halaman tengah ke halaman sakral. Uniknya, gapura itu nampak tidak di tengah pagar pembatas halaman. Karena posisinya sedikit melenceng ke selatan.
(dpe/iwd)