"Ini Somor Tanto (sumur yang muncul sendiri ). Dulunya adalah tempat bertapa para raja (tempat semedinya Trunojoyo ). Di dalam sumur itu ada batu melebar di sampingnya gambar (relief). Itu kata kakek buyut saya," ujar Farida, juru kunci Situs Sumur Daksan kepada detikJatim, Kamis (3/8/2023).
Dalam cerita yang berkembang di masyarakat secara turun temurun dari para sesepuh disebutkan Raden Trunojoyo sempat bertapa di Sumur Daksan ini sebelum berperang melawan penjajah belanda.
![]() |
Usai bertapa, Raden Trunojoyo juga melakukan ritual mengharap karomah dengan merangkak di antara kedua kaki ibunya (sono' kangkangan). Ritual tersebut untuk memohon ampun dan meminta doa restu keikhlasan dari orang tuanya.
"Warga Madura khususnya Sampang banyak melakukan itu (sono' kangkangan) terutama setiap hendak menempuh ujian, berangkat mencari ilmu, maupun hendak bekerja di perantauan," kata farida
Dengan bertapa dan ritual sono' kangkangan tersebut dan berkat pertolongan serta perlindungan Yang Maha Kuasa, berulang kali Raden Trunojoyo mencapai kemenangan.
"Kalau dulu di Sumur Daksan jika ada orang yang bertapa atau bersemedi di sana maka keinginannya akan mudah untuk dikabulkan. Tapi itu tetap tergantung keyakinannya." ucap Farida.
Sumur Daksan merupakan sebuah situs budaya yang berlokasi di Jalan Suhadak, kelurahan Dalpenang kota Sampang. Sumur Daksan tidak seperti umur pada umumnya.
Sumur peninggalan Dinasti Syailendra ini mempunyai dua bagian di dalamnya. Bagian pertama ada di sekitar 2 meter ke dalam sumur. Bagian itu berbentuk oval dengan ukuran diameter sekitar 2 meter menyerupai tempat semedi yang hanya cukup untuk duduk satu orang. Di samping bagian pertama sumur tersebut terdapat sebuah relief di dinding sumur.
Relief itu berbentuk gambar seorang buto diapit dua ekor kuda. Relief itu juga menunjukkan candra sengkala atau tahun kapan sumur itu dibuat. Candra Sangkala itu menunjukkan tahun pembuatan dengan pengertian tertulis Kudok Alih Ngrangsang Ing Buto yang berarti 757 tahun Saka atau 835 Masehi.
(sun/iwd)