Cerita Makam Mbah Sogol Tetap Utuh Saat Pasar Gondanglegi Terbakar Dahsyat

Urban Legend

Cerita Makam Mbah Sogol Tetap Utuh Saat Pasar Gondanglegi Terbakar Dahsyat

Muhammad Aminudin - detikJatim
Kamis, 22 Jun 2023 14:41 WIB
Mbah Sogol dan asal usul Gondalengi Malang
Pasar Gondanglegi tempat Makam Mbah Sogol sebelum dipindahkan (Foto: Muhammad Aminudin)
Malang -

Mbah Sogol bukan semata rakyat jelata yang kebetulan singgah di wilayah Gondanglegi di tahun 1830. Akan tetapi, Mbah Sogol merupakan prajurit perang Pangeran Diponegoro yang gigih melawan Belanda di masa Perang Jawa.

Sisi lain dari Mbah Sogol adalah dia merupakan seorang alim ulama yang turut menyebarkan agama Islam di wilayah Gondanglegi. Nama Gondanglegi pun tercipta dari Mbah Sogol. Konon, kala itu Mbah Sogol tengah beristirahat di bawah pohon gondang yang dikenal rasa buahnya pahit.

Namun, ketika diambil dan dimakan oleh Mbah Sogol rasa buah itu berubah legi (manis) hingga kemudian menyebar cepat ke masyarakat sampai kemudian dipakai sebagai nama Gondanglegi. Cerita lain dari Mbah Sogol adalah bangunan makamnya yang tak hangus dilanda kebakaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah wafat, Mbah Sogol awalnya dimakamkan di kawasan Pasar Gondanglegi. Namun kemudian dipindahkan ke Jalan Hayam Wuruk, Desa Gondanglegi Wetan, Kabupaten Malang.

Pemindahan makam Mbah Sogol mempunyai cerita tersendiri. Saat itu Pasar Gondanglegi mengalami kebakaran yang meluluh lantahkan seluruh bangunan pertokoan di tahun 1965 dan 1972. Namun dalam kebakaran dahsyat itu, bangunan makam Mbah Sogol tetap utuh.

ADVERTISEMENT

Pemkab Malang kemudian melakukan pemugaran pasca kebakaran, atas saran Bupati Malang Raden Soewigyo melalui Camat Gondanglegi waktu itu menyarankan agar makam Mbah Sogol dipindahkan. Akhirnya semuanya sepakat untuk memindahkan makam Mbah Sogol yang dilakukan pada Jumat legi tahun 1974 ke pemakaman umum Desa Gondanglegi Wetan.

Dari cerita turun temurun yang dicatat oleh Komunitas Pemerhati Makam Mbah Sogol mengungkap betapa istimewanya sosok Mbah Sogol. Di antaranya adalah buah gondang dikenal masyarakat sebelumnya memiliki rasa pahit, menjadi manis.

Kala itu, ada orang yang mengatakan kepada Mbah Sogol yang tengah duduk di bawah pohon gondang bahwa buah gondang rasanya pahit. Mbah Sogol pun menjawab bahwa buah gondang rasanya legi (manis). Sontak ketika diambil dan dimakan ternyata benar, buah gondang itu rasanya manis.

Cerita lain dari keistimewaan Mbah Sogol adalah mengambil air menggunakan keranjang. Tentu bukan hal yang biasa. Keranjang terbuat dari anyaman bambu lazimnya digunakan sebagai tempat hasil bumi, dapat digunakan untuk mengambil air.

"Diceritakan waktu itu, suatu saat Mbah Sogol mengambil air untuk memasak di keluarga Raden Mas Joyo Soepeno, bangsawan yang diikuti asal Klaten, Jawa Tengah. Mengambil air dari sumber yang berada jauh di sebelah timur dipikul menggunakan keranjang," ujar Pengurus makam Mbah Sogol H Abdul Fatah.

Hal menarik lain adalah cara Mbah Sogol untuk menanak nasi yang tidak menggunakan alat masak berbahan logam atau grabah. Melainkan dengan menggunakan bambu. Beras dimasukkan dalam potongan bambu yang diisi dengan air kemudian dibakar dengan api.

"Cara masak ini diistilahkan dengan cara disogol yang kemudian jadi sebutan atau panggilan akrab Mbah Sogol," terang Abdul Fatah.

Berdasarkan cerita, kematian Mbah Sogol disebabkan karena ditangkap oleh tentara Belanda yang kemudian ditembak mati. Mbah Sogol kemudian dimakamkan di atas lahan miliknya yang kini berdiri Pasar Gondanglegi.




(mua/iwd)


Hide Ads