Cerita Para Nakes yang Tetap Bertugas Saat Nyepi di Bali

Cerita Para Nakes yang Tetap Bertugas Saat Nyepi di Bali

Fabiola Dianira - detikBali
Minggu, 30 Mar 2025 07:46 WIB
Petugas ambulans PMI Kota Denpasar mengantarkan pasien sakit ke RSUP Prof Ngoerah, Denpasar, saat Hari Raya Nyepi, Sabtu (29/3/2025). (Foto: Fabiola Dianira/detikBali)
Petugas ambulans PMI Kota Denpasar mengantarkan pasien sakit ke RSUP Prof Ngoerah, Denpasar, saat Hari Raya Nyepi, Sabtu (29/3/2025). (Foto: Fabiola Dianira/detikBali)
Denpasar -

Hampir seluruh fasilitas dan layanan publik di Bali berhenti beroperasi saat Hari Raya Nyepi. Namun, sejumlah rumah sakit tetap buka dan melayani pasien yang membutuhkan pertolongan medis. Para petugas kesehatan (nakes) di Bali pun tetap bekerja ketika warga lainnya hanya berdiam diri di rumah.

I Made Oka Mulyana, misalnya. Petugas ambulans PMI Kota Denpasar itu untuk pertama kalinya bertugas saat Nyepi pada tahun ini. Berbeda dengan hari-hari biasa, dia tidak menerima laporan kecelakaan lalu lintas saat Nyepi.

"Kendala pun tidak ada karena kami memiliki surat perintah jalan dan koordinasi dengan pecalang," tutur Oka saat ditemui di RSUP Prof Ngoerah, Denpasar, Sabtu (29/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oka tidak keberatan meski tetap bekerja saat Nyepi. Ia menyadari tugasnya sebagai petugas ambulas lebih untuk kemanusiaan.

"Ini juga bagian dari dharma (perbuatan baik)," imbuh pria 25 tahun itu.

ADVERTISEMENT

Putu Yunita setali tiga uang. Dokter umum di RSUP Prof Ngoerah itu juga harus bekerja saat keluarganya merayakan Nyepi di rumah. Bagi Yunita, tetap bertugas saat Nyepi adalah bagian dari kewajiban dan tanggung jawab sebagai tenaga medis.

Yunita menuturkan situasi rumah sakit saat Nyepi tahun ini cukup kondusif. "Pada hari biasa, rumah sakit bisa sangat penuh. Kadang saat Nyepi juga bisa ramai, tergantung situasi," tuturnya.

Made Putra Setiawan juga punya kisah tersendiri. Perawat RSUP Prof Ngoerah itu sudah tiga kali bertugas di rumah sakit tersebut saat Nyepi. Ia pun harus merayakan nyepi bersama rekan-rekan lainnya sesama tenaga kesehatan.

"Waktu pertama kali terasa berat, tapi sekarang ya sudah biasa," ujar Setiawan.

Umat Hindu di Bali merayakan Nyepi dengan empat pantangan atau Catur Brata Penyepian. Keempat pantangan tersebut, yakni amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian), amati karya (tidak bekerja), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

Sebagai seorang nakes, Setiawan dan rekan-rekannya tidak bisa menjalankan Catur Brata Penyepian secara penuh karena tugas kemanusiaan. Para tenaga medis di rumah sakit pun tetap harus makan dan minum agar bisa melayani pasien dengan baik.

"Jiwa kemanusiaan adalah dasar dari pekerjaan kami," pungkasnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads