Lokasi Gua Sono Gresik Ada Sejak Era Hayam Wuruk Termuat di Prasasti Canggu

Lokasi Gua Sono Gresik Ada Sejak Era Hayam Wuruk Termuat di Prasasti Canggu

Denza Perdana - detikJatim
Minggu, 28 Mei 2023 18:50 WIB
Gua Sono Gresik yang diduga sudah ada sejak era Raja Hayam Wuruk memimpin Majapahit.
Salah satu relief di Gua Sono yang merujuk pada masa Kerajaan Majapahit. (Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim)
Gresik -

Lokasi Gua Sono di Desa Melirang, Kecamatan Bungah, Gresik yang dipercaya merupakan tempat pertapaan para pendeta di era Raja Hayam Wuruk memimpin Majapahit disebut termuat dalam Prasasti Canggu atau Trowulan I. Prasasti yang diduga dibuat pada 1358 itu menyebutkan tentang Desa Melirang yang menjadi salah satu Desa Sima.

"Ada di prasasti Canggu, ya, atau prasasti Trowulan I tahun 1358. Di situ tercatat Desa-Desa Sima atau desa-desa yang dibebaskan dari segala pajak maupun pungutan lain oleh Raja Hayam Wuruk. Termasuk disebutkan ada Desa Hajrapura, kalau nggak salah juga ada Desa Melirang," ujar Kang Ega, pendiri Majapahit Study Club (MSC), Minggu (28/5/2023).

Berdasarkan temuan itulah dia menyebutkan bahwa Gua Sono berada di salah satu wilayah Tanah Sima yang turut dibebaskan dari pajak ketika Raja Hayam Wuruk memerintah di Kerajaan Majapahit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi bisa dibilang Desa Melirang dulu memang merupakan Tanah Sima, karena di prasasti Trowulan itu disebutkan tentang Desa Melirang. Prasasti itu ditulis di era Hayam Wuruk, yakni sekitar tahun 1358," katanya.

Kang Ega juga menyebutkan bahwa berdasarkan fakta artefaktual yang dia temukan bersama rekan-rekannya di MSC, Gua Sono tidak hanya digunakan sebagai tempat pertapaan tapi juga sebagai tempat persajian, pemujaan, dan Asrama Kadewaguruan.

ADVERTISEMENT

"Jadi secara inskripsi kami belum membaca secara keseluruhan, tetapi secara umum kalau dilihat dari ciri-ciri yang kami temukan, di masa Majapahit Gua Sono itu memiliki 4 fungsi. Pertama pertapaan, persajian, pemujaan, serta asrama kadewaguruan," ujar Ega.

Berdasarkan jurnal penelitian Agama dan Pendidikan Agama pada Masa Majapahit yang ditulis Hariani Santiko pada 2012 disebutkan bahwa Mandala Kadewaguruan telah muncul di zaman Singasari karena juga dibicarakan di kitab Rajapatiguṇḍala dari masa Singasari.

Namun, berdasarkan penelitian itu, jumlah Kadewaguruan di Majapahit makin banyak sejak pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada 1350 M hingga 1389 M. Sebagaimana disebutkan dalam naskah Nagarakrtagama, Hayam Wuruk diceritakan pernah mendatangi Mandala yang berada di sebuah hutan bernama Wanasrama Sagara.

Kang Ega sebagai pendiri MSC pun menyebutkan dugaannya bahwa Gua Sono, Desa Melirang, Bungah, Gresik itu dahulu merupakan salah satu Mandala atau Asrama Kadewaguruan. Di lokasi itu, menurutnya, ada sejumlah pendeta yang mengajarkan ilmu sembari melakukan ritual.

Gua Sono Gresik yang diduga sudah ada sejak era Raja Hayam Wuruk memimpin Majapahit.Relief di Gua Sono Gresik yang diduga sudah ada sejak era Raja Hayam Wuruk memimpin Majapahit. (Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim)

"Jadi di situ dugaan kami dulu ada beberapa pendeta yang mengajarkan ilmu sekaligus melakukan ritual pertapaan, persajian, dan juga pemujaan. Buktinya ada semacam ceruk pertapaan. Ini juga terdapat di gua-gua yang ada di lereng penanggungan yang juga berasal dari era Majapahit, yang juga memiliki 4 fungsi yang sama," katanya.

Sebelumnya, Kang Ega bersama para anggota MSC lain dalam ekspedisi ke Gua Sono menemukan sejumlah fakta artefaktual bahwa Gua Sono telah difungsikan sebagai pertapaan sejak era Raja Hayam Wuruk.

"Sejak awal di tangga turun itu kami sudah menemukan jejak kuno. Tangganya seperti punden berundak yang banyak ditemukan di lereng Gunung Penanggungan. Kemudian ada relief arca sosok Panji, dicirikan dari kepalanya yang bertopi atau sosok pangeran bertekes. Itu membuat kami langsung, 'wah ini masa Majapahit!'" Ujar Kang Ega.

Dia mengatakan bahwa dalam ekspedisi yang dilakukan di Gua Sono itu anggota Komunitas MSC dibuat terkejut beberapa kali. Termasuk ketika mereka juga menemukan relief sosok bidadari yang menjadi petanda bahwa gua itu merupakan tempat pertapaan di masa lampau.

"Sosok bidadari itu kemudian menandakan ciri khas pertapaan kuno. Artinya ada semacam ajaran Arjuna Wiwaha, yaitu kisah Arjuna yang sedang bertapa lalu digoda oleh para bidadari," katanya.

Keyakinan para anggota MSC tentang Gua Sono itu semakin bertambah kuat ketika mereka menemukan inskripsi berupa aksara Jawa Kuno. Mereka pun meyakini bahwa tulisan beraksara Jawa Kuno di sekujur dinding gua itu merupakan prasasti.

"Kami melihat ada aksara 'La' persis di bawah huruf N. Lho ini kan angka Jawa Kuno. Ternyata yang ada di dinding gua itu adalah prasasti. Banyak prasasti, sebagian besar sudah aus, kami juga tidak detail membaca, hanya ada beberapa aksara seperti Ha dan La yang sangat familier," ujarnya.

Ditambah lagi mereka juga menemukan sejumlah simbol yang mendahului setiap inskripsi beraksara Jawa Kuno yang ada di sekujur dinding itu yang berbunyi Om Swasti (Selamatlah). Mereka pun terus melakukan penelusuran di dinding itu. Hingga apa yang mereka cari akhirnya diketemukan.

"Nah di dinding sebelah timur atau di sebelah kiri gua itu ada deretan empat angka, tapi beberapa di antaranya sudah aus. Hanya dua angka di belakang yang terbaca jelas, yakni 7 dan 5. Sedangkan 2 di depan sudah aus. Tapi kami menduga itu adalah angka 1275 Saka. Atau kalau dijadikan Masehi, kan, ditambah 78. Jadinya 1353 Masehi," ujarnya.

Angka itulah yang telah membulatkan keyakinan para anggota komunitas MSC bahwa Gua Sono itu sudah ada sejak era Hayam Wuruk bertakhta di Kerajaan Majapahit. Seperti diketahui, dalam banyak referensi telah disebutkan bahwa Hayam Wuruk bertakhta selama 39 tahun sejak 1350 Masehi hingga 1389 Masehi.

"Jadi 1353 Masehi itu adalah masa 3 tahun setelah Hayam Wuruk naik takhta. Jadi dugaan awal itu kami melihat ragam aksara atau font-nya itu era Singosari-Majapahit. Tadinya kami tidak tahu apakah itu masa awal Majapahit atau masa akhir, tapi dengan angka tahun 1275 Saka itu kami menduga gua itu dibangun di masa Majapahit di era kepemimpinan Hayam Wuruk, dengan ciri-ciri relief panji dan juga Arjuna Wiwaha," katanya.




(dpe/dte)


Hide Ads