Kolam Bekucuk di Desa Tempuran, Sooko, Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu tempat yang masih disakralkan sebagian warga. Konon kolam keramat ini merupakan petilasan Eyang Surono alias Mbah Jenggot, pionir kampung tersebut. Apa saja mitos di kolam ini?
Kolam Bekucuk terletak di perkebunan Dusun Bekucuk, Desa Tempuran. Sebelah utaranya merupakan makam warga setempat. Sedangkan sebelah selatannya permukiman padat penduduk. Tempat yang disebut punden oleh masyarakat setempat ini persis di sebelah timur jalur penghubung Kecamatan Sooko dengan Kesamben dan Sumobito di Kabupaten Jombang.
Meski matahari sedang terik, tempat ini terasa teduh sebab ditumbuhi 2 pohon beringin besar. Area kolam dikelilingi pagar dengan cat sudah usang yang luasnya sekitar 8x8 meter persegi. Pintu masuknya di sisi selatan dengan posisi kolam lebih rendah. Pengunjung harus menuruni 3 anak tangga untuk sampai ke tepi kolam yang terbuat dari susunan batu. Ukuran kolam dengan air yang jernih ini sekitar 3,5x3,5 meter persegi.
Nampak gelembung udara terus keluar dari dalam kolam. Entah karena gas atau semburan mata air di dasarnya. Di sudut tenggara pagar kolam ini terdapat pohon beringin besar yang di sisi timurnya terdapat cawan bekas menancapkan dupa. Sebelah timurnya lagi terdapat pendapa kecil untuk para peziarah.
Pohon beringin besar yang pangkalnya dibalut kain putih hanya beberapa meter di sebelah timurnya. Pohon tersebut berhadapan dengan pendapa besar dengan banyak tiang penyangga. Di antara pohon dan pendapa berdiri 2 tungku yang sudah tak terpakai. Sedangkan sebelah barat pendapa merupakan area lapang yang ditumbuhi rerumputan.
Rumah Suwono (57) persis di seberang barat jalan dari Kolam Bekucuk. Rumah orang tuanya, mendiang Sawi dan Ngatemi dulunya di tanah lapang selatan Kolam Bekucuk. Tanah itu sudah dibeli Pemkab Mojokerto. Bapak dua anak ini kerap kali nongkrong bahkan tidur di pendapa kolam. Ia meyakini di bawah pendapa tersebut terdapat makam Eyang Surono.
"Yang babat alas sini (pionir Dusun Bekucuk) Mbah Jenggot atau Eyang Surono. Makamnya di pendapa kecil ini. Beliau bawahan Brawijaya, Raja Majapahit, sahabat karib Syekh Jumadil Kubro," kata Suwono saat berbincang dengan detikJatim di lokasi, Kamis (11/5/2023).
Suwono mengaku sekali berjumpa dengan Eyang Surono dalam mimpi. Sosok kakek-kakek memakai sorban dan jubah putih itu datang ke rumahnya. Jenggotnya yang sudah memutih juga sangat panjang sehingga dijuluki Mbah Jenggot.
"Orangnya sabar. Pesannya jangan punya sifat adigang-adigung, tidak boleh selingkuh dengan istri orang dan mempunyai sifat sombong," tuturnya.
Pernah juga Suwono didatangi kakek-kakek bernama Eyang Pamulung dalam mimpinya. Ia meyakini Pamulung adalah sahabat karib Mbah Jenggot yang berasal dari Gunung Pucangan, Jombang. Pasca mimpi bertemu dua sosok tersebut, ia mendapatkan 4 keris yang tiba-tiba saja muncul di kamar tidurnya.
"Saya dapat keris 4, tiba-tiba muncul di kamar. Saya juga heran kenapa ikut saya. Keris cuma saya pakai nyiwer hujan (mengusir hujan)," tuturnya.
Orang yang dituakan di Dusun Bekucuk, Suroso (72) menjelaskan, punden sekaligus Kolam Bekucuk sudah ada sejak lama. Ia meyakini tempat yang masih dikeramatkan sebagian masyarakat itu peninggalan Eyang Surono, tokoh yang membabat hutan menjadi Dusun Bekucuk. Ketika Surono tiba di tempat ini, dulunya masih berupa hutan yang menjadi habitat kera.
"Menurut cerita, punden itu peninggalan Mbah Jenggot, namanya Eyang Surono. Beliau yang babat alas Dusun Bekucuk. Sosoknya sudah tua, jenggotnya panjang, pakaian kadang putih, batik, kadang jubah. Beliau ulama penyebar Islam," jelasnya.
Suroso menambahkan Mbah Jenggot merupakan sosok gaib yang dituakan di Kolam Bekucuk. Punden dusun itu konon juga dijaga Singoyudo, sosok macan yang keliling dusun pada hari-hari tertentu. Sedangkan sosok ular bertempat di sebelah selatan Dusun Bekucuk. Segala hal gaib yang ia yakini tersebut bagian dari menghormati para leluhur, bukan kemusyrikan.
"Saya sering dicemooh orang sebagai pemuja demit, memuja setan. Saya diam saja. Padahal bukan memuja setan atau demit, tapi inilah tempat orang yang babat alas sini. Beliau yang puasa, perang dengan bangsa halus, kita sekarang enak tinggal menempati," tandas bapak 6 anak ini.
(sun/iwd)