Perayaan Lebaran Ketupat atau kupatan di Trenggalek berlangsung meriah. Ribuan warga berbondong-bondong ke Kecamatan Durenan untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara dan tokoh agama.
Tradisi ini telah berlangsung selama lebih dari 300 tahun. Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan, Kiai Fattah Mu'in, mengatakan tradisi kupatan dengan saling bersilaturahmi ini berawal dari kebiasaan dari kakeknya, Kiai Abdul Masir atau Mbah Mesir. Kala itu Mbah Mesir rutin menjalankan ibadah puasa sunah Syawal selama enam hari mulai tanggal 2 sampai dengan 6 Syawal.
"Selama puasa sunah, Mbah Mesir tidak menerima tamu. Mbah saya itu baru menerima tamu saat Lebaran ke delapan," kata Kiai Fattah Mu'in, Sabtu (29/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi itu dilanjutkan oleh anak Mbah Mesir, Kiai Mahyin hingga Kiai Fattah Mu'in dan para cucunya. Hingga saat ini tradisi kupatan di Durenan telah berlangsung lebih dari 300 tahun.
Dengan kebiasaan itu masyarakat sekitar pesantren Mbah Mesir baru sowan atau silaturahmi ke kiai pada Lebaran Ketupat. Lambat laun tradisi ini terus berkembang dan diikuti oleh masyarakat sekitar.
"Jadi masyarakat sudah hafal sowan ke kiai pada saat kupatan. Termasuk masyarakat jauh atau santri sini baru berlebaran ke sini saat kupatan," jelasnya.
Menurut Fattah, tradisi bersilaturahmi pada saat Lebaran Ketupat masih berjalan hingga saat ini. Sehingga tidak heran pada saat kupatan suasana Kecamatan Duranan, Trenggalek ramai dikunjungi oleh ribuan warga lokal maupun luar kota.
Perayaan kupatan tersebut tidak terpengaruh dengan aneka seremonial maupun kegiatan tambahan lain. Sebab tanpa hiburan tradisi kupatan tetap berjalan dengan meriah.
"Karena orang yang ke sini ini tujuan hanya silaturahmi, bukan cari hiburan, maka sampai sekarang ya tetap ramai," kata Kiai Fattah.
Menariknya, pada momen kupatan masing-masing rumah menyediakan hidangan ketupat sayur dengan aneka lauk pauk. Salah satu sayur khas pendamping ketupat adalah sayur tewel atau nangka muda.
"Siapapun boleh bersilaturrahmi ke sini," jelasnya.
Pihaknya pun membandingkan sejumlah daerah yang mencoba meramaikan tradisi kupatan dengan aneka hiburan dan kegiatan lain. Namun rata-rata tidak bertahan lama, karena warga hanya datang sekadar untuk menikmati hiburan.
"Kalau nggak ada hiburannya ya sepi, kalau di sini beda. Ada hiburan atau tidak ya tetap ramai," jelasnya.
![]() |
Tak hanya santri dan masyarakat, sejumlah tokoh pemerintah juga ikut meramaikan Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, mengatakan tradisi kupatan di Durenan tahun ini berlangsung lebih khidmat. Sebab kegiatan hiburan dan seremonial digelar pada malam sebelumnya.
"Biasanya pawai yang biasanya digelar pagi disepakati untuk dilakukan malam hari, sehingga hari ini masyarakat benar-benar punya waktu untuk silaturahmi ke sini," kata M Nur Arifin.
Pihaknya kagum dengan kelestarian tradisi ini meski telah ada sejak 300 tahun. Salah satu yang menarik, kata Arifin, sajian ketupat sayur menjadi menu wajib di setiap rumah.
"Pokoknya di setiap rumah wajib makan ketupat, ini yang menarik, mau kenal maupun nggak kenal semua bisa makan ketupat," imbuhnya.
![]() |
Sementara Kapolres Trenggalek AKBP Alith Alarino, mengatakan pada perayaan Lebaran Ketupat pihaknya menerjunkan ratusan personel polisi dan aparat terkait untuk membantu pengaturan arus lalu lintas.
Diakui pada saat Lebaran Ketupat terjadi peningkatan volume kendaraan di ruas jalan poros Trenggalek-Tulungagung.
"Kami sudah menyiapkan rekayasa lalu lintas untuk mengatur arus lalin. Dari pantauan hari ini, kondisi jalur poros terjadi kepadatan sekitar 3 kilometer," kata Alith.
(sun/iwd)